Alt Title

Kriminalitas Anak Meningkat Bukti Krisis Akhlak

Kriminalitas Anak Meningkat Bukti Krisis Akhlak




Sistem pendidikan saat ini membentuk pemuda berpikiran sekuler

yang berorientasi pada materi atau mencari kesenangan duniawi

______________________________


Penulis Luth Balqist

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Darah muda darahnya para remaja

Yang selalu merasa gagah

Tak pernah mau mengalah

Masa muda masa yang berapi-api

Yang maunya menang sendiri

Walau salah tak peduli

Darah muda


Penggalan lagu di atas seolah-olah menggambarkan kehidupan anak muda yang tidak mau terkalahkan apalagi kalau ditantang. Sebagaimana akhir-akhir ini banyak kasus tawuran terjadi di antara para remaja.

Seperti yang terjadi pada hari Minggu (22-9-2024) sekitar pukul 00.15 WlB di Jalan Raya Buntu, Desa Cisalak, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur untuk menindaklanjuti laporan masyarakat terkait adanya kelompok geng motor yang diduga hendak melakukan tawuran. Polsek Cidaun, Cianjur berhasil menangkap lima belas orang yang diduga akan terlibat tawuran.

Di antaranya berinisial R (18), G (18), DNS (14),MNP (18), D (17), ER (18), SR (18), J (18), AM (17), AE (16), RH (17), AA (17), DH (16), M (16), dan RA (17). Dari para pelaku, polisi berhasil mengamankan satu bilah pisau, golok, serta kendaraan roda dua sebagai barang bukti. (RRl.co.id, 22-9-2024)

Di Medan, seorang remaja di bawah umur pada Minggu (22-9-2024) di Jalan Durung, Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan mengaku sebagai anggota geng motor Mce_boys ditangkap polisi saat hendak melakukan tawuran.

Remaja tersebut mengaku hendak melakukan tawuran bersama teman-temannya dengan geng motor lain di Hamparan Perak. Di lokasi ditemukan barang bukti berupa satu buah celurit, satu parang berbentuk gergaji, dan dua parang panjang. (TRIBUN-MEDAN.com, 22-9-2024)

Polrestabes Semarang berhasil mengamankan puluhan anggota gangster dari lima kejadian berbeda. Ada 49 anak di bawah umur yang sempat diamankan dalam penindakan. Menurut Kapolrestabes Semarang, lrwan Anwar kejadian tawuran yang terjadi sejak Januari hingga September 2024 sebanyak 21 kejadian dan 117 pelaku yang ditangkap.

Setelah ditelusuri, alasan mereka melakukan tawuran karena ada yang menantang di media sosial. Mereka memenuhi tantangan tersebut demi pamor grup dan gengsi. Mereka akan menggunakan senjata tajam dalam beraksi dan sebagian dari mereka ada yang mengonsumsi minuman keras. (www.detikJateng.com, 20-9-2024)

Faktor Pendorong Tawuran


Fenomena tawuran di kalangan pemuda dan pelajar yang dianggap sebagai tradisi dipicu beberapa faktor di antaranya, lemahnya kontrol diri dan krisis identitas pemuda akibat sistem pendidikan yang jauh dari lslam.

Sistem pendidikan saat ini membentuk pemuda berpikiran sekuler yang berorientasi pada materi atau mencari kesenangan duniawi, termasuk menyalurkan emosi melalui tawuran. Hidupnya tidak produktif dan penuh kesia-siaan, bahkan membuat onar di tengah masyarakat.

Pemuda berpikiran sekuler liberal diakibatkan disfungsi keluarga. Ibu yang berperan mendidik anak memiliki kepribadian lslam, saat ini abai terhadap peran tersebut.

Penerapan sistem ekonomi kapitalis menciptakan kemiskinan struktural menjadikan para ibu terpaksa bekerja membantu perekonomian keluarga. Banyak orang tua yang tidak memahami peran dan tanggung jawabnya terhadap anak.

Seiring canggihnya teknologi informasi saat ini memudahkan para remaja mengakses segala informasi yang mereka inginkan. Sayangnya, media hanya mengedepankan bisnis dibanding edukasi. Alhasil, banyak tayangan yang berpotensi mengarahkan pemuda pada hal-hal negatif dan kemaksiatan.

Negara seakan abai dalam pembentukan kepribadian mulia generasi muda. Negara dengan kebijakan kapitalisnya menerapkan sistem pendidikan sekuler yang justru merusak pemikiran generasi. Kebijakan terkait generasi jauh dari kebijakan manusiawi dan berujung pada menyia-nyiakan potensi generasi.

lslam Membentuk Generasi yang Berkualitas


Dalam sistem lslam yang dipimpin seorang khalifah, negara bertanggung jawab atas urusan umat termasuk dalam pembentukan generasi yang unggul dan berkualitas. Sebagaimana hadis Nabi saw.: "Imam/khalifah itu raa'in/pengurus rakyat dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang diurus." (HR. Bukhari dan Ahmad)

Pemuda diposisikan sebagai pembangun peradaban lslam yang mulia. Bersumber dari syariat lslam yang saling berkelindan satu sama lain. Islam berusaha menjauhkan pemuda dari kerusakan dengan menempatkan keluarga sebagai madrasah pertama.

Ibu adalah ummu warabatul bait yang bertanggung jawab mengenalkan anak identitas dirinya sebagai muslim. Hingga anak berpikir dan beramal hanya dengan sandaran lslam, sebagai pengontrol diri agar anak tidak mudah berbuat maksiat.

Islam akan menerapkan sistem pendidikan yang berasaskan akidah lslam yang akan membentuk anak berkepribadian mulia dengan pola pikir dan pola sikap lslam. Alhasil, mampu mencegahnya bertindak kriminal.

Anak tidak hanya disiapkan untuk terjun ke dunia kerja untuk mendapatkan materi. Anak disiapkan menjadi generasi hebat yang mengarahkan potensinya untuk berkarya dalam kebaikan, mengkaji lslam, dan mendakwahkannya, serta terlibat dalam perjuangan lslam.

Negara juga menyiapkan kurikulum pendidikan dalam keluarga, sehingga terwujud keluarga yang harmonis. Senantiasa memberikan lingkungan kondusif bagi anak-anak yang tumbuh di dalam keluarga dan memberikan pengaruh positif kepada lingkungan sekitar.

Adapun masyarakat lslam menjadi lingkungan yang kondusif bagi anak-anak, sebab standar yang terbangun adalah standar halal haram. Adanya budaya amar makruf nahi mungkar dalam masyarakat lslam tidak akan membiarkan kemaksiatan sekecil apa pun menjamur di tengah masyarakat.

Kebijakan terkait pemuda, Islam akan menumbuhsuburkan ketakwaan dan mendorong produktivitas pemuda. Sistem ekonomi lslam yang diterapkan menjamin kesejahteraan masyarakat individu per individu, sehingga fungsi keluarga berjalan sesuai koridor syariat.

Ibu akan fokus mendidik generasi, bukan sibuk mencari nafkah. Islam akan menjaga media dari konten-konten yang mengandung unsur kekerasan dan ide-ide yang bertentangan dengan lslam. Jika terlanjur menyebar, negara dengan cepat menghapus konten tersebut.

Konten yang diperbolehkan hanya konten yang mengedukasi dan menguatkan ketakwaan generasi. Hanya Islam yang mampu memberantas budaya tawuran dalam sistem kapitalis saat ini. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]