Praktik Kerja Lapangan (PKL), Benarkah Mendidik?
OpiniKapitalisme saat ini berhasil memengaruhi pemikiran dan pengetahuan anak-anak terdidik
untuk ikut berkontribusi meningkatkan industri
______________________________
Penulis Melta Vatmala Sari
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Dikutip dari (tempo.co, 7-10-2024), menurut Ai Maryati Solihah Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), program Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dapat menggunakan pekerja anak untuk keuntungan.
Ia mengatakan, menerima banyak laporan tentang pelanggaran yang dilakukan oleh bisnis yang memanfaatkan program PKL untuk mempekerjakan anak di bawah umur. Sebagai contoh, pada tahun 2022, sebuah hotel bintang 4 di Kota Bekasi Jawa Barat, memanfaatkan program PKL untuk mempekerjakan anak di bawah umur dari pagi sampai malam tanpa digaji. Di Kantor KPAI, Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 7 Oktober 2024. Program PKL keuntungan bagi idustri.
Menurut penjelasan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan siswa terutama untuk bekerja pada bidang tertentu. Program magang juga dikenal sebagai PKL, di sekolah menengah (SMK) atau sekolah tinggi adalah program yang memungkinkan siswa untuk meningkatkan keterampilan mereka melalui magang di perusahaan. Adanya sekolah vokasi di tingkat menengah dan tinggi merupakan upaya untuk menghubungkan dunia pendidikan dengan dunia industri (DUDI). Akibatnya, program ini muncul.
Karena tujuan menghasilkan keuntungan, program ini rawan menjadi cara perusahaan mengeksploitasi siswa dan mahasiswa dalam kapitalisme. Beban kerja yang tinggi, overtime, tanpa gaji, tanpa jaminan keselamatan kesehatan, dan lain-lain adalah beberapa contoh eksploitasi. Ini semua hasil kapitalisasi pendidikan.
Selain itu, kapitalisme mengubah hubungan antara bisnis dan sekolah menjadi saling menguntungkan, tetapi merugikan siswa. Ini menimbulkan masalah bagi semua pihak, tetapi sistem saat ini tidak dapat menyelesaikannya.
Kapitalisme saat ini berhasil memengaruhi pemikiran dan pengetahuan anak-anak terdidik ikut berkontribusi dalam meningkatkan industri seolah-olah ilmu pengetahuan menjadi tidak penting lagi, tidak terlalu dipakai dalam kehidupan ini. Saat ini dibutuhkan skill dalam dunia pekerjaan, kapitalisme berhasil mencuri, mencuci otak para siswa, mahasiswa menjauhkan dari akidah mereka dan kodratnya sebagai anak pendidikan.
Mereka kurang dalam memahami juga mempelajari pelajaran di sekolah dan disibukkan dengan kegiatan PKL. Wajar ini terjadi karena tolok ukur dari kapitalis adalah materi berasal dari kesuksesan seseorang, orang yang sukses sudah dikatakan berhasil dan cerdas.
Manfaat Adanya Pendidikan Vokasi
Program PKL juga membentuk siswa dalam pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi ini memang sudah direncanakan oleh pemerintah di tengah krisis multidimensi sekarang. Sebagaimana PKL bagi siswa SMK mampu berorientasi dalam penyiapan SDM supaya dapat menghadapi revolusi industri, sebab Indonesia saat ini dalam era demografi.
Manfaat pendidikan vokasi ini untuk mencetak generasi menjadi tenaga kerja dan menguntungkan industri. Sistem kapitalis sudah merencanakan bekerja sama dengan pendidikan untuk mencari keuntungan masing masing.
Harusnya, siswa fitrahnya belajar bukan dilatih untuk bekerja memajukan industri. Allah Swt. berfirman yang artinya: "Hadapkanlah wajahmu dengan lurus pada agama Allah. Tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus. Namun, kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Ar-Rum: 30)
Sistem Pendidikan dalam Pandangan Islam
Pendidikan Islam berfokus pada transfer of character daripada transfer knowledge. Tujuan akhir dari pendidikan Islam adalah membentuk manusia menjadi manusia, yang berarti mereka harus mengenal Allah, menyembah Allah, dan beribadah kepada-Nya.
Dengan ini akan mencetak SDM yang berkualitas, unggul serta berkepribadian Islam. Sebab, dalam Islam negara adalah raa’in karena itulah negara wajib menyediakan kurikulum berkualitas dan memajukan peradaban Islam, bukan berorientasi materi sehingga tidak menyalahgunakan program PKL.
Islam telah membuktikan bahwa pendidikan merupakan wadah bagi pencetak generasi yang berilmu dan mampu menyelesaikan problematik umat. Kalaupun seandainya ada kerja sama dalam menjalankan kurikulum pendidikan Islam, maka tidak merugikan para pendidik dalam melakukan PKL-nya.
Negara Islam juga mempersiapkan fasilitas sarana dan prasarana bagi siswa/mahasiswa yang dibutuhkan, supaya dapat mendidik generasi yang unggul dan sumber daya manusia untuk mencetak peradaban Islam. Daulah Islam diterapkan semua SDA akan dimiliki oleh negara untuk umat tanpa harus berpihak kepada negara lain yang bukan nonmuslim.
Dalam pendidikan Islam, kegiatan PKL tidak diharuskan. Namun, mereka harus dikenal di dunia luar, bukan sebagai standar kesuksesan. Terlepas dari itu, dua orang sahabat yang pergi ke Yaman selama masa pemerintahan Rasulullah saw. sudah mendapatkan izin dari beliau untuk belajar membuat senjata, busur, tombak, dan panah. Selain itu, dia menganjurkan wanita untuk belajar menulis, tenun, dan membantu orang sakit. Wallahualam bissawab. [SM/MKC]