Alt Title

Program Makan Bergizi Gratis, Mampukah Menjadi Solusi?

Program Makan Bergizi Gratis, Mampukah Menjadi Solusi?

 




Program makan bergizi gratis, dilihat dari sebab akibat

solusi makan bergizi gratis hanya solusi parsial semata


______________________________


Penulis Ummu Rofi'

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pemerhati Publik


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Keberlangsungan hidup dilihat dari apakah masyarakat sejahtera atau sebaliknya? Kehidupan saat ini kesejahteraan tidak merata, banyaknya anak-anak mengalami gizi buruk dan isu stunting yang semakin meningkat. Akan tetapi, sistem Islam memiliki aturan dan negara sangat bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat serta tumbuh kembang anak-anak.


Fakta dari laman Kompas.com Rabu (11-09-2024), mengatakan seorang Ahli Ilmu dan Teknologi Susu, Dosen Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) Epi Taufik menduga, kalau susu ikan yang dimaksud program Pak Prabowo itu dari ikan mamalia seperti lumba-lumba dan paus.
 

Ia juga mempertanyakan bagaimana memerahnya dan beternaknya. Ternyata sebelum diseduh, daging ikan mentah yang fresh diekstrak, kemudian dicampur beberapa bahan. Jadilah susu, Epi mengatakan mengapa disebut susu? Karena serupa susu, sesudah dilarutkan.

Epi menjelaskan, susu ikan ini disebut hidrolisat protein ikan. Karena dunia belum mengenal kalau itu susu ikan. Beliau mengatakan bahwa lebih baik ikan dibuat sebagaimana biasanya, digoreng atau disup jadi makanan yang bergizi. Sedangkan kalau diekstrak, akan hilang kadar protein ikannya.

Beberapa fakta lain dari laman Cnnindonesia.com Jumat (13-09-2024), bahwa ada media asing yang menilik soal program susu ikan makan bergizi gratis Prabowo, dari The Straits Times, surat kabar asal Singapura. Pengkritik menuturkan bahwa kandungan yang ada di dalam susu ikan bagi anak-anak bukan alternatif yang terbaik. Dari kandungan gulanya yang cukup tinggi dan minimnya dukungan ilmiah yang layak untuk manfaat kesehatan jangka panjang.

Analisis Fakta


Fakta di atas menggambarkan problematik mengenai program makan bergizi gratis yang diusung oleh presiden terpilih 2024. Program tersebut menuai kontroversi pada kalangan ahli ilmu & teknologi susu, dan lainnya. Sebelumnya, program tersebut ingin memberikan susu sapi. Namun, dengan alasan jumlah impor sapi perah menurun dan tidak bisa memenuhi kebutuhan susu nasional.

Dengan demikian, presiden terpilih memberikan alternatif. Jadilah diganti dengan susu ikan. Namun ternyata ada problem. Selain susu ikan bukan alternatif yang terbaik, biayanya pun cukup besar jika ingin diganti susu ikan. Dengan biaya yang cukup besar, pasti para investor atau pengusaha-pengusaha akan melancarkan program tersebut.

Sebab Akibat


Selain itu, kehidupan saat ini negara menerapkan sistem kapitalis liberal. Di mana asasnya materi dan kebebasan. Dengan demikian, kebijakan makan bergizi gratis dengan alternatif susu ikan. Proses pembuatannya memerlukan waktu yang panjang dan butuh biaya mahal. Anggaran rencananya Rp100 triliun-Rp120 triliun, namun saat dianggarkan hanya mendapati Rp70 triliun.

Dengan biaya di atas, apakah program makan bergizi gratis akan mampu menjadi solusi problematik anak stunting dan gizi buruk di negeri ini? Apakah hanya kedok untuk meraih kekuasaan?
 

Saat ini, asas kapitalisme yakni materi, sekularisme memisahkan agama dari kehidupan dan negara. Sistem saat ini tidak mampu menyelesaikan problem stunting dan gizi buruk. Tahun 2023 Menteri Kesehatan mengatakan bahwa angka stunting masih cukup tinggi 21,6%. Namun, tahun 2024 hanya turun 1% menjadi 21,5%. Dari angka stunting yang cukup tinggi, bukti negara tidak mampu menyelesaikannya.

Ditambah dengan program makan bergizi gratis, dilihat dari sebab akibat, solusi makan bergizi gratis hanya solusi parsial semata. Ketika aspek kesehatan, ekonomi, politik, keamanan, dan lain-lain masih mengikuti sistem kapitalis hanya sebuah angan untuk menuntaskan masalah stunting dan gizi buruk anak.

Melihat dari aspek kesehatan seharusnya tanggung jawab negara. Dari sisi ekonomi, masih banyak laki-laki yang menganggur, minimnya lapangan kerja, keamanan tidak lagi aman di negeri sendiri. Semua itu adalah tanggung jawab negara. Politik yang tidak peduli dengan kehidupan rakyat, politik yang hanya peduli pada pengusaha dan elite. Problem stunting dan gizi buruk akan terus meningkat.

Ekonomi masyarakat semakin terimpit, ditambah lapangan pekerjaan masih sempit, politik yang tidak mengurusi rakyatnya dengan baik. Malah diberikan solusi makan bergizi gratis. Seharusnya memberikan lapangan pekerjaan bagi para suami dan laki-laki untuk memberikan kesejahteraan kepada keluarganya.

Secara tidak langsung kehidupan anak-anak pun sejahtera dan problem stunting serta gizi buruk akan terselesaikan. Inilah sistem kapitalis, ekonomi, kesehatan, politik, keamanan, dan lainnya asasnya materi. Semuanya berlandaskan materi, kesehatan materi, kalau tidak ada materi tidak bisa berobat.

Ekonomi materi bukan halal dan haram, jelas akan menjadi ketimpangan bagi masyarakatnya. Yang punya modal semakin beruntung, tapi masyarakat semakin buntung alias sempit. Miskin dan anak-anaknya jadi kurang gizi serta stunting. Jadi, program makan bergizi gratis bukan solusi untuk menyelesaikan masalah stunting dan gizi buruk.

Islam sebagai Solusi


Berbeda dengan sistem Islam yang memiliki aturan sempurna. Tidak sebatas agama ritual semata. Islam sebagai agama yang kompleks dari bangun tidur sampai bangun negara Islam. Aturannya sesuai Al-Qur'an dan As-sunnah, karena Islam dari Sang Maha Pencipta.

Islam mengatur seluruh aspek dari aspek kesehatan, ekonomi, politik, keamanan dan lainnya. Kesehatan dalam Islam tanggung jawab negara. Khalifah sebagai pemimpin yang akan mengaturnya dan tanpa biaya diberikan untuk masyarakat yang membutuhkan pengobatan.
 

Islam memiliki sistem ekonomi yang sesuai Al-Qur'an dan As-Sunnah. Tolak ukurnya halal dan haram. Khalifah akan memberikan lapangan pekerjaan bagi laki-laki yang tidak memiliki pekerjaan. Khalifah akan mengurusi kebutuhan pokok masyarakat. Jika para laki atau suami sudah memiliki pekerjaan, keluarga sejahtera, kebutuhan pokok diatur, tidak mahal biaya hidup. Secara tidak langsung anak-anak menjadi anak yang kuat baik fisik dan batin. Karena, dalam sistem Islam akan terdorong menjadi masyarakat yang bertakwa kepada Allah Swt..

Pada masa Rasulullah saw. ada sahabat yang sulit mendapatkan pekerjaan. Akhirnya sahabat menemui Rasulullah saw. dan menceritakan kehidupannya. Namun, Rasulullah tidak memberikan umpan kepada sahabat tersebut. Sebaliknya Rasulullah memberikan kail kepada sahabat tersebut.
 

Apa kailnya? Yakni berupa kapak, kenapa kapak? Karena untuk digunakan mencari kayu, lalu dibakar untuk dijual di pasar. Hasilnya untuk keluarganya. Tidak seperti saat ini program makan bergizi gratis tapi lapangan pekerjaan masih sempit dan terimpit. Kehidupan anak pasti akan menjadi lemah dan isu stunting serta gizi buruk meningkat.

Dalam sistem Islam, khalifah wajib bertanggung jawab terhadap pemeliharaan kehidupan masyarakatnya, karena ia adalah pengurus atau raain urusan rakyat. Ituah sejatinya politik dalam Islam mengurusi urusan umat atau rakyat. Bukan hanya sebatas kekuasaan dan materi semata.

Khalifah akan menjamin kesejahteraan kepada masyarakat dari Baitulmal. Dalam Islam ada Baitulmal penyimpanan harta untuk kebutuhan masyarakat. Membuka lapangan pekerjaan bagi laki-laki karena mereka wajib hukumnya mencari nafkah.

Hadis Rasul dari Imam Bukhari, beliau bersabda: "Pemimpin adalah raa'in/pengurus yang bertanggung jawab atas pengurusannya."

Jelas pengurusan yang sesuai Al-Qur'an dan As-Sunnah, kesejahteraan dan keberkahan akan Allah turunkan dari langit untuk seluruh makhluk di muka bumi. Jika tidak menerapkan hukum selain Islam, kezaliman dan kerusakan akan merajarela, sampai Allah menurunkan azab-Nya kepada seluruh manusia.

Khususnya permasalahan stunting dan gizi buruk akan terselesaikan dengan sistem Islam. Dalam bingkai Islam kafah, dengan mekanisme sesuai Al-Qur'an dan As-Sunnah. Wallahualam bissawab.[Dara/MKC]