Alt Title

Tawuran, Kriminalitas yang Terus Berulang

Tawuran, Kriminalitas yang Terus Berulang



Sistem Islam akan memberlakukan kurikulum yang berbasis akidah Islam.  

Pendidikan ini akan mampu menghasilkan generasi yang menjanjikan Rasulullah sebagai sosok teladan.

__________________________________________


Penulis Nurul Bariyah 

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Tawuran antar pemuda semakin hari semakin menakutkan. Tak hanya terjadi di perkotaan, kini di daerah atau pedesaan pun marak terjadi. Jalanan seringkali menjadi arena pertarungan sehingga membuat warga sekitar menjadi takut dan resah.


Seperti yang terjadi di Cianjur, hari Minggu 22-9-2024 sekitar pukul 00.15 WIB, dari rri.com.id diberitakan adanya tawuran antar geng motor di Jalan Raya Cibuntu Desa Cisalak Kecamatan Cidaun Kabupaten Cianjur. Dari tangan para pelaku berhasil diamankan sejumlah barang bukti, yaitu satu bilah pisau, satu buah pisau, dan sebilah golok, serta kendaraan roda dua.


Tidak hanya di Cianjur, aksi tawuran juga terjadi di tempat lain, seperti di Semarang tawuran antar geng motor marak terjadi. Mereka biasanya saling tantang lewat media sosial lalu tawuran menggunakan senjata tajam. Hanya karena ingin disebut jagoan, mereka dengan mudahnya melukai sesama. 


Tentu saja ini sangat menakutkan, terutama bagi warga yang kebetulan sedang lewat maupun yang tinggal dekat lokasi tawuran. Berawal dari ajang sok jagoan, berujung pada tindak kriminalitas karena menyebabkan orang lain terluka parah bahkan meninggal.


Di kalangan pelajar juga sudah tidak asing lagi perihal tawuran. Dilansir dari radartangsel.com (26-09-2024), polisi mengamankan 10 remaja yang diduga melakukan tawuran dengan bersenjata tajam, di wilayah Ciputat Timur, Kota Tangsel, Banten.


Sekularisme Penyebab Kriminalitas 


Fenomena apa ini? Mengapa semakin hari semakin mengkhawatirkan? Mengapa anak seusia itu sudah tega berbuat jahat, sengaja melukai sesama. Tawuran membawa senjata tajam berarti sengaja ingin melukai lawannya bahkan bisa jadi membunuhnya. Hanya demi kebanggaan diri sendiri ataupun kelompok mereka. Alasan mencari identitas seringkali dilontarkan, tetapi mengapa harus dengan cara yang buruk. Apakah tidak ada jalan yang lebih baik dalam mencari jati diri?


Masa remaja memang masa penuh kekuatan, dimasa ini biasanya para pemuda mulai mencari jati diri dan mengaktualisasikannya dalam kehidupan. Namun sungguh disayangkan, dalam proses pencarian jati diri ini banyak yang salah. Sosok-sosok yang diikuti atau ditiru justru sosok yang salah. Bahkan hanya sebuah kartun atau tokoh fiktif seperti Avengers. Mereka memang indah secara fisik, tetapi secara akidah, akhlak, dan lainnya sungguh rapuh dan rusak.


Sosok-sosok yang seharusnya diikuti justru ditinggalkan, seperti Rasulullah saw. dan para sahabat. Inilah buah sistem kapitalis-sekuler. Sistem yang menjauhkan agama dari kehidupan. Agama tidak dijadikan sebagai pijakan dalam berperilaku dan mengatur kehidupan justru manusia yang lemah, yang memiliki banyak batasan dan hawa nafsu yang mengatur kehidupan ini. 


Kehidupan yang sekuler ini menimbulkan kekacauan juga kerusakan. Sistem yang telah terbukti gagal dan eror, sehingga melahirkan human error. Dalam kapitalisme, peran negara juga dimandulkan. Negara, dalam hal ini, terbukti abai mengenai tugasnya yaitu membentuk generasi berperadaban mulia, menyia-nyiakan potensi besar para pemuda dan pelajar itu sendiri.


Sebagian besar pemuda sekarang ini, hanya memikirkan kesenangan, hawa nafsu belaka, tidak memiliki tujuan ke depan dalam hidupnya. Kebanggaan dan kesenangan dunia menjadi prioritas mereka meskipun dengan cara yang tidak baik. Adab, budaya, apalagi agama tak lagi berperan, jauh ditinggalkan di belakang. Hidup mereka tidak mau lagi diatur oleh semua itu. 


Tak hanya tawuran, kasus kriminalitas lain pun banyak ditemukan di kalangan remaja. Seperti seks bebas, kasus aborsi, jual beli narkoba, bunuh diri, judi online dan lainnya. Kasusnya kian hari kian bertambah besar. Seperti benang kusut, sulit sekali diuraikan.


Solusi dalam Islam 


Bagaimana nasib bangsa kita ke depan, jika pemudanya dalam keadaan rusak seperti ini. Siapa yang akan meneruskan kehidupan ke depan? Sejatinya pemudalah yang diharapkan meneruskan peradaban baru.


Oleh karenanya, kita tidak boleh lelah untuk terus berbenah. Diantara hal yang bisa diupayakan, yaitu pertama, memperbaiki ketakwaan individual. Generasi muda atau remaja harus didekatkan dengan agama sebab agamalah yang menuntun manusia agar hidup lurus sesuai dengan aturan Allah agar tidak berbuat maksiat juga kesalahan. 


Di sini, peran keluarga juga amat dibutuhkan. Pendidikan agama harus ditanamkan kepada anak-anak sejak dini dalam keluarga. Dimulai ketika dalam perut ibu, bayi diajak untuk mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur'an, salat, dan lainnya sehingga bayi mengenal Allah. Begitu pun ketika lahir ke dunia, suara azan, menyebut nama Allah adalah yang pertama kali didengarkan bayi. 


Perintah ini sebagaimana firman Allah Swt.: “Wahai orang-orang yang beriman! Pelihara ah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)


Kedua, kontrol masyarakat. Adanya kontrol ini akan memberikan perlindungan siapa pun termasuk remaja untuk bermaksiat. Kontrol di sini adalah saling peduli dan saling mengingatkan satu sama lainnya. Inilah karakteristik masyarakat Islam yang sebenarnya, tidak bersifat individualistis dan melaksanakan amar makruf nahi mungkar.


Ketiga, hadirnya negara dalam pengurusan umat. Negara berperan melindungi dan menjaga masyarakat dari kerusakan baik fisik maupun psikis. Negara akan memberikan pemenuhan atas kebutuhan pokok masyarakat seperti sandang, pangan, dan papan. Begitu pula dengan pendidikan, kesehatan dan keamanan akan diberikan secara percuma dan berkualitas baik untuk seluruh warga tanpa memandang kaya miskin atau muslim dan non muslim. Semua berhak mendapatkannya.


Sistem ini tentu bukanlah sistem demokrasi yang terjadi saat ini sebab dalam demokrasi negara dilemahkan perannya dalam kehidupan ini. Pemimpin yang mampu menjadi pelayan umat hanyalah dalam sistem Islam. 


Penutup


Sistem Islam akan memberlakukan kurikulum yang berbasis akidah Islam.  Pendidikan ini akan mampu menghasilkan generasi yang menjanjikan Rasulullah sebagai sosok teladan. Sehingga jati diri mereka menyerupai rasul. Taat, kuat fisik dan mentalnya serta pemberani melawan kebenaran termasuk siap berjihad.

 

Individu, lingkungan, baik keluarga juga masyarakat yang kondusif dan kebijakan tepat dari negara akan menumbuhkan generasi bertakwa, yang siap menghadapi ujian di masa depan, berprestasi di bidangnya, dan siap memimpin peradaban cemerlang.


Demikian bagaimana Islam memiliki solusi atas problem kehidupan. Maka sudah selayaknya umat Islam kembali pada penerapan syariat secara kafah.


Wallahualam bissawab. [GSM-MKC]