Alt Title

Tindakan Asusila Guru dan Murid, Daruratnya Pendidikan

Tindakan Asusila Guru dan Murid, Daruratnya Pendidikan



Selayaknya seorang guru memiliki wibawa dan memberikan contoh yang baik kepada peserta didik

Menjaga interaksi terhadap muridnya hanya sebatas pendidik bukan yang lain

______________________________

 

Penulis Aini Rahmalia, S.Si

Kontributor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Beberapa hari yang lalu, jagat maya dihebohkan dengan beredarnya video asusila yang dilakukan guru dan murid di Gorontalo. Dikutip dari Beritasatu.com pada Kamis (26-9-2024) Satuan Reskrim Polres Gorontalo telah menetapkan guru berinisial DH sebagai tersangka dalam video yang dilakukannya.


Kapolres Gorontalo sudah melakukan pemeriksaan terhadap terduga pelaku dan korban. Hasil pemeriksaan didapatkan guru dan siswi ini telah menjalin hubungan dekat sejak tahun 2022.

Awal kronologi keduanya menjalin hubungan dekat seperti ayah kepada anak. Karena korban merupakan seorang anak yatim piatu yang haus akan kasih sayang orang tua. Seiring berjalannya waktu hubungan ini mengarah sebagai sepasang kekasih hingga terjerumus menjadi hubungan layaknya suami istri sampai bertahun-tahun.

Hingga rekan korban merasa geram dengan hubungan yang tak sepantasnya dilakukan oleh seorang guru dan murid. Lalu sengaja memasang kamera untuk merekam kejadian tersebut agar tidak berkelanjutan.

Walau saat ini korban telah melakukan klarifikasi terhadap video tersebut. Korban menyatakan bahwa hal itu dilakukan terpaksa karena mendapatkan ancaman dari tersangka. Sampai menyebut dirinya sebagai budak guru tersebut.

Di awal hubungan korban hanya menganggap tersangka sebagai seorang ayah. Namun, berjalannya waktu tersangka mengajak melakukan hubungan layaknya suami istri dengan ancaman jika menolak akan membuat korban dikeluarkan dari sekolah. Tetapi, hal tersebut tidak bisa menjadi alasan untuk dibenarkan apa yang telah dilakukan.

Darurat Pendidikan


Pendidikan yang seharusnya menjadi pijakan untuk meraih masa depan yang gemilang, tetapi saat ini melenyapkan mimpi masa depan. Guru yang seharusnya mendidik dan memberikan segudang ilmu untuk bekal seorang murid, saat ini justru merusak dan memberikan contoh yang tidak baik. Inilah potret darurat pendidikan saat ini.

Ini adalah satu kasus dari sekian kasus yang terjadi antara guru dan murid. Semua ini adalah hasil penerapan sistem kapitalis yang menjunjung tinggi nilai kebebasan. Baik kebebasan individu maupun kebebasan berperilaku. Tak ada peraturan yang mengikat dalam perilaku dan berinteraksi terhadap lawan jenis. Tidak ada yang boleh ikut campur dalam urusan pribadi, hingga kebebasan ini berujung kebablasan.

Saat ini guru dan murid seolah tak ada batasannya. Keduanya berinteraksi di luar batas, mulai dari berbincang hingga tertawa terbahak-bahak yang secara tidak langsung menghilangkan wibawa seorang guru. Interaksi berkelanjutan di luar sekolah, seperti nongkrong dan makan bareng yang akan berkelanjutan kepada hubungan yang tak layak.

Demi mendapatkan nilai besar, murid rela memberikan kehormatannya. Hilangnya adab seorang murid kepada guru, mendudukkan guru seperti teman bahkan di bawahnya. Seorang guru dipermalukan di depan kelas, guru yang diabaikan bahkan ada guru yang diusir dari kelas. Semua ini bukti bahwa pendidkan kian darurat.

Darurat ini semakin parah karena tersangka dan korban dari sekolah berbasis islami. Bukti bahwa pendidkan di mana pun saat ini darurat kerusakan. Baik sekolah negeri, swasta maupun madrasah. Baik pelaku menutup aurat maupun tidak. Ide kebebasan telah menghilangkan identitas seorang muslim. Kebaikan dan keburukan tercampur menjadi satu akibat pemisahan agama dalam kehidupan. Sedangkan suatu kebaikan (haq) tidak boleh tercampur dengan keburukan (kebatilan).

Islam Mengatur Pola Interaksi


Islam sangat memuliakan setiap individu-individu muslim. Islam juga sangat memuliakan seorang guru yang memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Di pundaknya ada tugas besar untuk membangun peradaban lebih baik untuk generasi.

Ilmu yang dimiliki akan menjadi amal jariyah sebagai ilmu yang bermanfaat, tak terputus hingga akhir hayat. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis: "Barangsiapa yang menunjuki suatu kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang yang mengerjakan." (HR. Muslim)

Inilah kebaikan dan pahala yang didapatkan seorang pendidik (guru). Namun sayangnya, tak semua guru menyadari hal ini. Padahal hadis di atas berlaku sebaliknya terhadap keburukan. Ketika seorang guru memberikan pengajaran yang buruk dan memberikan contoh yang buruk, maka keburukan itu akan terus mengalir ketika sang murid masih melakukan keburukan tersebut.

Selayaknya seorang guru memiliki wibawa dan memberikan contoh yang baik kepada peserta didik. Menjaga interaksi terhadap muridnya hanya sebatas pendidik bukan yang lain. Begitu pun sebaliknya, baik pendidik maupun peserta didik harus memahami pengaturan Islam terhadap keduanya.

Islam melarang untuk berikhtilat (campur baur), berkhalwat (berdua-duaan), membahas sesuatu di luar topik pendidikan dan dilarang bersikap dan berperilaku di luar batas guru dan murid. Islam  sangat memperhatikan adab. Bahkan adab lebih utama daripada ilmu. Adab ini yang akan menjadi batasan untuk menjaga interaksi keduanya.    

Ketika setiap individu murid maupun guru memahami akidah. Terikat dengan seluruh syariat dan negara menggunakan Islam sebagai standar kehidupan. Maka, tak ada penghalang turunnya rahmat di muka bumi ini. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]