Alt Title

Tips Editing Naskah Opini

Tips Editing Naskah Opini

 




Inilah tips-tips bagi para penulis agar meminimalisir kesalahan dalam menulis 

sehingga para penulis bisa terus berkembang menjadi lebih baik

______________________________

 

Penulis Mahganipatra

Kontributor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, SHARING KEPENULISAN - Sebagai seorang penulis ideologis, kegiatan menulis merupakan aktivitas yang senantiasa selalu membersamai kita setiap saat. Mulai dari proses tatabu fakta, cek and ricek berita-berita di media yang berhubungan dengan fakta yang tengah diangkat. Bahkan sampai pada upaya untuk mencari teman diskusi atau terkadang juga membaca opini-opini milik penulis lain yang mengangkat tema yang sama.


Upaya-upaya tersebut menjadi bahan pertimbangan sekaligus menjadi masukan bagaimana pandangan Islam terkait tema yang tengah diangkat. Tentunya, ini membutuhkan waktu juga energi untuk melaluinya.

Tips Tatabu Fakta  


Teman-teman, menurut bunda Yuliyati Sambas, kalau menulis opini itu kadang membutuhkan beberapa tulisan atau video yang harus disimak. Hal ini dilakukan agar dapat mendukung isi naskah, supaya lebih menarik dan tajam saat membuat analisis tulisan opini kita.

Terkadang, ketika kita hanya membaca sumber berita dari link yang ada dan mencukupkan diri hanya berdasarkan pada sumber link yang diberikan oleh TOR saja. Hal tersebut, bisa jadi akan mendorong kita pada kemungkinan bahwa opini yang kita tulis akan dangkal dan analisisnya pun akan tumpul. Oleh karena itu beliau pun menyarankan, untuk melakukan pendalaman mafhum kita, terkait tema yang akan kita angkat. Apa saja fakta-fakta yang harus kita baca yang sekiranya berkaitan, serta melingkupi tema yang ingin kita angkat.

Ini bisa kita lakukan agar makin banyak yang kita tahu dan pahami, sehingga kita akan terhindar dari kemungkinan sesat opini dan arah analisisnya. Terutama ketika teman-teman punya banyak agenda lain yang cukup padat, sementara tatabu fakta dan analisis butuh sekali kita jalani. Maka, tips ini bisa jadi solusi, di antaranya:

1. Baca isi link berita yang diangkat;
2. Dari link pertama, catat dan ingat apa saja yang menjadi kata kunci dan membutuhkan pendalaman yang harus kita ketahui;
3. Misal tentang "Utang Negara" kira-kira apa saja yang harus kita detili? Contohnya kita butuh tahu tentang:
- Apa itu arti dari utang negara;
- Lantas rasio utang negara terhadap GDP/PDB;
- Apa itu PDB;
- Apa pengaruh dan untuk tujuan apa rasio utang terhadap PDB itu dihitung;
- Bagaimana cara para ekonom memandang terkait utang negara;
- Adakah payung hukum yang membahas rakit utang negara
- dan seterusnya;

4. Dari semua yang butuh kita ketahui, tidak mesti sumbernya harus dari sumber tulisan saja. Jika kita cukup sibuk, misal tidak sempat baca karena harus memasak, cuci piring, menyetrika, mencuci baju lalu harus menjemurnya, menyuapi anak, dan lain-lain. Kita bisa siasati dengan menonton youtube, dengan mencari kata kunci dari pertanyaan-pertanyaan yang kita butuh ketahui tadi.

Poin 4 ini bisa menjadi salah satu uslub agar proses memahami fakta dan apa-apa yang melingkupinya bisa dipahami dengan benar dan dapat memudahkan kita untuk mendalami fakta. Alhasil, tidak ada lagi alasan seperti: "Bunda, aku punya kebiasaan suka lupa. Aku mah tipenya harus yang langsung dicatat atau dicopas."
 
Maka, setidaknya hal tersebut bisa menjadi salah satu uslub dalam menjawab bagaimana sebenarnya solusi mudah untuk menyelesaikan kendala dalam tatabu fakta. Tatabu bisa tetap dilakukan lewat video ketika kita dalam kondisi repot sekalipun. Kita tetap berupaya untuk memasukkan maklumat dalam benak kita terkait fakta dan analisis yang melingkupi tema yang sedang kita angkat.

Tips Edit Naskah Opini agar Tidak Terdeteksi Plagiat

 
Ketika kita sudah punya cukup waktu, barulah sumber yang berbentuk tulisan bisa mulai kita cari. Tentunya dengan kondisi maklumat di dalam benak kita yang sudah cukup "terisi" sehingga proses tatabu berikutnya akan lebih mudah dilakukan.
 
Ini sekilas tentang salah satu uslub dalam mendalami analisis berita untuk proses penulisan opini. Berikutnya terkait urusan editing naskah. Apakah selama ini ada yang pernah mengirim naskah ke suatu media, lantas mendapat masukan untuk diedit ulang?

Jika belum, saya mau bertanya. Kira-kira bagian mana yang paling sulit? Apakah terkait self editing yang dirasa cukup sulit buat teman-teman? Kalau jawabannya iya, coba teman-teman buat beberapa contoh, misalnya:
1. Bagian judul dan subjudulkah?
2. Parafrase agar didapat angka plagiat rendahkah?
3. PUEBI-kah
4. Kalimat baku dan tidak bakukah?
5. Analisis yang kurang tajamkah?
6. Solusi/pandangan Islam yang kurang detailkah?
7. Atau adakah hal lainnya?

Nah, kira-kira dari ke 7 poin tersebut, mana yang biasanya menjadi perihal yang mendapat perhatian seorang penulis plus editor?
Pastinya, setiap penulis memiliki beberapa kendala, salah satunya dalam masalah penulisan dalil. Maka ada 2 cara untuk menyiasatinya, yaitu:

1. Penulisan secara langsung. Caranya agar tidak terdeteksi plagiat maka tuliskan antara kalimat pengantar paragraf sebelum dalil dengan dalilnya disimpan di baris yang sama. Lalu keterangan hadis riwayat siapanya dituliskan sebelum dalil.

2. Pengutipan secara tidak langsung. Dilakukan dengan cara menjelaskan isi dari dalil tersebut. Hanya saja untuk teknik ini butuh kehati-hatian, agar jangan sampai menjelaskannya menjadi tidak tepat seperti yang dimaksudkan dalil itu sendiri.

Contoh poin 1: ... Sebagaimana hadis Rasulullah saw.  dengan jalur periwayatan Imam Bukhari, "Imam (khalifah) adalah raa'in, ..."
 
Contoh poin 2: Rasulullah saw. telah memberi gambaran tentang seorang penguasa, di dalam hadis riwayat Imam Bukhari bahwa seorang penguasa itu adalah raa'in (pengurus), di mana ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang dipimpinnya.

Solusi untuk Mendeteksi Angka Plagiat dalam Naskah Opini


Namun, jika ternyata masalahnya ada di fakta, maka solusinya cek dengan aplikasi. Cek plagiatnya di link https://smallseotools.com/plagiarism-checker/

Biasanya aplikasi ini akan memberikan tanda pada konten apa saja yang terdeteksi sebagai plagiat, pada tiap kalimatnya. Jadi, akan memudahkan bagi kita untuk membuat parafrase fakta yang terdeteksi plagiat tersebut.

Kemudian untuk solusi masalah terkait cara penulisan kata baku atau tidak baku. Apakah tulisan kita sudah benar cara penulisannya? Maka kita harus rajin untuk membuka aplikasi https://ejaan.kemdikbud.go.id/.

Sebab, aplikasi ini bisa membantu kita mengurangi kesalahan cara penulisan kata yang harus ditulis baku, ternyata justru kita menulisnya dalam kata yang tidak baku.

Jadi, inilah tips-tips bagi para penulis agar meminimalisir kesalahan dalam menulis, sehingga para penulis bisa terus berkembang menjadi penulis yang lebih baik lagi ketika menulis. Seorang penulis ideologis hendaklah ketika menulis senantiasa melibatkan Allah di dalam dirinya dan senantiasa yakin. Sekecil apa pun upaya kita dalam membuat tulisan, maka Allah akan memberikan balasannya.

Hal ini termaktub di dalam Al-Qur'an surah Al-An'am ayat 160, Allah Swt. akan membalas setiap perbuatan seorang hamba sesuai dengan firman-Nya: "Siapa yang berbuat kebaikan, dia akan mendapat balasan sepuluh kali lipatnya. Siapa saja yang berbuat keburukan, dia tidak akan diberi balasan melainkan yang seimbang dengannya. Mereka (sedikit pun) tidak dizalimi (dirugikan)."

Wallahualam bissawab. [MGN/MKC]