Childfree, Perlu Dihargai atau Diwaspadai?
OpiniPadahal konsep childfree ini
jelas bertentangan dengan fitrah manusia
_______________________________
Penulis Linda Ariyanti, A.Md
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Manusia adalah makhluk dinamis yang akan terus bertumbuh dan kemudian berhenti di satu fase bernama kematian.
Maka untuk melanjutkan kehidupan di dunia ini, manusia membutuhkan sebuah proses bernama kelahiran. Peradaban manusia akan dilanjutkan oleh generasi yang dilahirkan. Sayangnya, angka pernikahan dan kelahiran saat ini justru berada di angka yang mengkhawatirkan karena mengalami tren penurunan.
Dilansir dari www.rri.co.id (12-11-2024), survei Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa ada 71.000 perempuan Indonesia yang memiliki usia 15 hingga 49 tahun mengaku tidak ingin memiliki anak (childfree) atau sekitar 8,2 persen perempuan yang ada di Indonesia tidak mau melahirkan anak. Jika dibiarkan, fenomena childfree tentu akan terus meningkat dan bertambah jumlahnya sepanjang waktu.
Perempuan muda di negeri ini juga tengah digempur dengan ide barat bernama waithood yaitu proses penantian panjang menjelang pernikahan. Pasalnya, seseorang yang mengambil ide ini akan menunda pernikahan demi karier dan segudang alasan lainnya. Jangankan punya anak, menikah saja mereka sudah enggan melakukannya.
Ide Kebebasan yang Mengancam Kehidupan
Jika kita telaah lebih jauh, ada beberapa faktor yang membuat seseorang memilih untuk tidak melahirkan keturunan.
Pertama, perempuan ingin lebih fokus mengejar karier pekerjaan atau pendidikan. Mereka menganggap bahwa anak adalah penghambat kariernya.
Kedua, sulitnya kehidupan ekonomi membuat mereka enggan memiliki anak karena kehadiran anak akan menambah beban hidup mereka sehingga jelas akan sangat memberatkan finansial.
Ketiga, beberapa perempuan menghindari kehamilan untuk mengurangi risiko komplikasi saat hamil dan melahirkan yang bisa berujung pada kematian.
Secara ide, semua faktor tersebut lahir dari ide feminisme dan sistem kapitalis. Pola pikir liberal (kebebasan) yang diaruskan memengaruhi kalangan perempuan muda. Perempuan lebih mengejar karier pekerjaan dan pendidikan agar dianggap perempuan berdaya sehingga memiliki privilege di masyarakat.
Kekhawatiran akan rezeki membuat banyak pasangan takut memiliki anak karena tidak adanya keyakinan tentang konsep rezeki yang sudah diatur oleh Sang Khalik. Tidak mau merasakan sakit saat melahirkan dan takut akan kematian. Padahal ujung dari kehidupan ini hanyalah kematian, setiap orang telah ditetapkan ajalnya oleh Sang Pencipta.
Sekularisme telah nyata membentuk manusia yang hanya berorientasi pada manfaat dan kesenangan, tanpa pertimbangan agama sama sekali. Mirisnya negara hari ini memberi ruang kepada pemahaman rusak dengan dalih HAM.
Anggota Komnas Perempuan Maria Ulfah Ansor menyebutkan bahwa setiap perempuan memiliki hak untuk menentukan pilihan hidupnya, termasuk memiliki anak. Ia berpendapat bahwa childfree merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai oleh seluruh pihak dan tidak boleh memandang childfree dengan pandangan negatif. (www.rri.co.id, 15-11-2024)
Padahal konsep childfree ini jelas bertentangan dengan fitrah manusia dan akan menimbulkan kerusakan jangka panjang jika dibiarkan. Maka ide ini bukan untuk dihargai, melainkan untuk diwaspadai.
Jaminan Kehidupan dalam Islam
Islam adalah agama sempurna yang diturunkan oleh Allah Swt. agar kehidupan manusia berjalan sesuai fitrah dan terwujudnya rahmat bagi seluruh alam. Tidak ada manusia yang menginginkan kehidupan rusak dan sempit sebagaimana yang tengah terjadi hari ini. Sebagai sebuah sistem hidup, Islam telah menjamin kesejahteraan bagi seluruh umat manusia.
Dalam konsep ekonomi Islam, kesejahteraan masyarakat terwujud bukan dalam bentuk persentase, melainkan perhitungan rill ekonomi satu per satu orang atau per kepala keluarga. Negara harus memastikan setiap orang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, dan papan dipenuhi oleh negara secara tidak langsung dengan memberikan peluang kerja bagi rakyatnya. Sedangkan kebutuhan pokok seperti pendidikan, kesehatan, dan keamanan dipenuhi secara langsung oleh negara. Dengan jaminan seperti ini, tidak akan ada impitan kehidupan secara finansial.
Sistem Islam akan menguatkan akidah sehingga ide childfree akan tertolak karena bertentangan dengan akidah Islam. Memiliki anak bukanlah beban melainkan amanah yang menjadi ladang pahala bagi orang tua.
Allah Swt. telah berfirman dalam QS. Al-Anfal ayat 27-28 yang berbunyi, "Karena apa yang Allah takdirkan untukmu, maka itulah amanah yang harus ditunaikan."
Dengan pemahaman ini, tentu seorang muslim akan berlomba-lomba memiliki banyak anak karena banyak pahalanya.
Pendidikan Islam juga menjaga akidah umat agar tetap lurus dan menjaga pemikiran sesuai Islam. Dengan bekal kepribadian Islam dan ketakwaan yang diperoleh dari sistem pendidikan Islam, membuat perempuan muda tidak akan tersihir dengan ide feminisme karena justru bertentangan dengan syariat Islam.
Privilege yang diinginkan oleh perempuan muda bukan lagi karier dunia melainkan saat Allah Swt. rida hingga membuatnya bisa masuk surga tanpa hisab lewat pintu mana pun.
Negara juga memberikan benteng atas masuknya pemikiran yang bertentangan dengan Islam. Ide sekularisme, kapitalisme, liberalisme, feminisme dan yang sejenisnya akan dijauhkan dari kehidupan masyarakat. Hanya boleh ada satu ide, yakni Islam.
Dengan demikian, problem childfree akan terhapus dan fitrah manusia akan terjaga. Wallahualam bissawab. [GSM/MKC]