Alt Title

Deflasi Butuh Solusi Hakiki

Deflasi Butuh Solusi Hakiki

 




Deflasi yang beruntun dan terus menerus adalah indikasi kegagalan pemerintah

dalam mengatasi penurunan daya beli masyarakat


____________________________


Penulis Sunarti

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pengamat Sosial


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Menurut Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, salah satu penyebab deflasi di Indonesia selama lima bulan berturut-turut (sejak April 2024) adalah harga pangan. 

 

Adanya penurunan harga komoditas sayuran membuat para petani mengalami kerugian akibat membusuknya komoditas sayuran. Hal yang sama juga dirasakan oleh sejumlah pengusaha kecil dan menengah (UMKM) yang terus kehilangan pelanggan. Dikutip dari (nasional.kompas.com, 4-10-2024)

 

Deflasi adalah terjadinya penurunan harga-harga barang dan jasa secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. Menurut pakar ekonomi Muhammad Andri Perdana (Bright Institute), sekilas deflasi tampak menguntungkan karena harga barang dan jasa menjadi lebih terjangkau oleh konsumen. Namun, sebenarnya sangat berbahaya, apalagi jika terjadi secara terus-menerus. Karena menjadi indikator pendapatan atau uang di masyarakat semakin langka.

 

Pendapatan masyarakat semakin turun sehingga mereka tidak ingin belanja dan lebih memilih untuk investasi sehingga uang yang beredar di masyarakat semakin sedikit. Harus ada solusi tuntas untuk mencari akar dan mengatasi persoalan deflasi.

Sebab-Sebab Terjadinya Deflasi


Deflasi tahun ini disebabkan oleh beberapa hal di antaranya:

 

Pertama, adanya pemutusan hubungan kerja (PHK). Menurut catatan Kemenaker, sebanyak 53.993 tenaga kerja terkena PHK per 1 Oktober 2024 dan diprediksi bisa lebih dari 70 ribu orang. Daya beli masyarakat yang terus menurun mengakibatkan rendahnya pemasukan perusahaan sehingga perusahaan mengambil langkah PHK untuk mengimbangi ongkos produksi yang terus naik agar perusahaan tetap dapat terselamatkan. Hal tersebut juga mengakibatkan angka pengangguran akan semakin meningkat.
 

 

Kedua, minimnya lapangan pekerjaan di sektor padat karya. Dengan menurunnya daya beli masyarakat akan berdampak pada menurunnya harga-harga barang sehingga pemasukan perusahaan berkurang dan memicu tingginya PHK massal.

 

Hal itu menyebabkan kesengsaraan rakyat semakin meningkat. Kenyataannya bukan hanya kebutuhan pangan yang tidak tercukupi tetapi juga rasa aman terancam. Sebab di samping kemiskinan, juga semakin tingginya angka kriminalitas dan problematik sosial lainnya.

 

Selama ini kinerja perekonomian Indonesia sebagian besar ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Dengan adanya deflasi mengindikasikan konsumsi rumah tangga mengalami penurunan daya beli karena pendapatan yang minim. Dampak secara langsung tampak pada kesejahteraan anggota keluarga termasuk ibu dan anak.

 

Sekarang semakin banyak ditemukan ibu yang stres karena memiliki peran ganda yakni sebagai tulang punggung keluarga sekaligus mengurus anak dan rumahnya. Ibu yang stres dan hidup tidak bahagia akan memengaruhi pola pengasuhan pada anak dan pengaturan rumah tangga.

 

Demikian juga dengan kesehatan dan pendidikan anak-anak yang tidak terpenuhi secara optimal. Kualitas kesehatan dan pendidikan generasi akan memburuk di masa depan. Lantas apa yang menjadi akar permasalahannya?
 

Deflasi yang beruntun dan terus menerus adalah indikasi kegagalan pemerintah dalam mengatasi penurunan daya beli masyarakat. Pemerintah dengan kebijakannya dianggap mandul dalam memperbaiki perekonomian rakyat. Buruknya kondisi ekonomi di negeri ini tidak terlepas dari kepemimpinan ekonomi kapitalisme yang menjadi landasan dalam pengambilan kebijakan.

 

Apabila ditelusuri lebih cermat, deflasi disebabkan oleh perekonomian yang lemah. Uang yang beredar pada saat ini hanyalah kertas yang tidak bernilai dan tidak ada jaminannya. Sedangkan dalam sistem Islam, setiap pertukaran yang beredar ada jaminan emas di baitulmal sehingga stabilitas perekonomian dapat terwujudkan.

 

Sistem sekuler kapitalisme yang diterapkan saat ini yang menjadi akar permasalahannya. Sebab peran negara hanya sebagai regulator semata. Peran negara seharusnya sebagai pengurus rakyat dan mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya, bukan hanya kesejahteraan untuk kalangan tertentu saja yaitu para kapitalis.
 

 

Deflasi Butuh Solusi Hakiki


Dalam sistem Islam, posisi penguasa atau pemimpin sebagai pengurus rakyat. Pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Rasulullah saw. bersabda: “Imam/khalifah itu laksana penggembala dan dia bertanggung jawab terhadap gembalaannya.” ( HR. Bukhari dan Muslim)

 

Dari hadis tersebut jelas bahwa penguasa ada untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Kebutuhan pokok rakyat dapat terjamin sepenuhnya oleh negara dan persoalan deflasi pun bisa bisa menemui solusi hakiki. Hal ini terlihat mudah dilakukan oleh Daulah Islam karena keuangan (kas) negara sangat besar dan kuat sehingga negara mampu memenuhi kebutuhan pokok masyarakat tanpa bergantung pada pajak yang harus dibayarkan oleh rakyat.


Khalifah memosisikan sumber daya alam sebagai kepemilikan umum, harus dikelola oleh negara dan dikembalikan ke pemiliknya yaitu rakyat. Rakyat pun dapat memperolehnya dengan mudah, murah bahkan gratis.

 

Hal ini seperti sabda Rasulullah saw.
 

“Umat Islam berserikat dalam 3 (tiga) perkara, yaitu padang rumput (hutan), air, api (energi).” (HR. Abu Dawud dan HR. Ahmad)

 

Karena itu dalam sejarah perekonomian Daulah Islam begitu maju pada saat itu yang paralel dengan kemajuan-kemajuan di bidang lain seperti kesehatan, teknologi, pendidikan, sastra, seni dan budaya. Jelaslah hanya dengan sistem Islam, masyarakat bisa sejahtera dalam segala aspek kehidupan. Sebaliknya sangat sulit dan mustahil terwujud kesejahteraan dalam kapitalisme seperti saat ini.

 

Dengan demikian, upaya penerapan dan penegakan syariat Islam secara menyeluruh dan totalitas harus segera diwujudkan agar persoalan deflasi segera teratasi. Wallahualam bissawab. [SM/MKC]