Alt Title

Guruku Pahlawanku

Guruku Pahlawanku



Guru adalah profesi yang sangat mulia

Keberadaan guru menjadi jembatan sampainya berbagai ilmu

_____________________________


Penulis Mardiyah Al Adnia

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pendidik Sekolah Anak Tangguh (SAT) Kuningan


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Akhir-akhir ini pemberitaan tentang kriminalisasi terhadap guru semakin banyak. Bahkan ada guru yang diketepel sampai matanya mengeluarkan darah dan divonis buta.


Kasus ibu guru Supriyani yang mengajar di SDN 4 Baito Kona Sulawesi Tenggara, diduga telah melakukan kekerasan fisik terhadap salah satu siswanya. Wali murid dari korban merupakan oknum aparat keamanan. Ia merasa keberatan atas tindakan guru terhadap anaknya dan membawanya ke ranah hukum. (kompas.com, 2-10-2024)


Akhirnya, guru Supriyani pun terpaksa harus merasakan kehidupan di balik jeruji. Selain itu, ibu Supriyani diperas harus membayar denda sebesar Rp50 juta. Jelas nominal yang tidak sedikit untuk ukuran guru honorer seperti ibu Supriyani.


Kita Butuh Guru


Guru adalah profesi yang sangat mulia. Keberadaan guru menjadi jembatan sampainya berbagai ilmu. Sebuah peradaban tegak di antaranya karena jasa guru. Guru pun bisa menghantarkan masyarakat dan bangsa menjadi maju. Ilmu tersebar atas jasa guru. Pendidikan membawa kemajuan karena adanya guru. Sains dan teknologi berkembang karena ada peran guru.


Ironi Guru di Negeri Bhinneka Tunggal Ika


Sayangnya, di negeri zamrud khatulistiwa nan kaya SDA terjadi perbedaan yang sangat mencolok dilihat dari sisi salary antara guru PNS dengan honorer. Di samping itu, saat ini ada beban lain yang dihadapi guru. Yakni harus siap menghadapi risiko dan kemungkinan dikriminalisasi. 


Negeri yang dahulu terkenal sebagai negeri yang ramah dan beradab, kini mulai berjalan menjadi negeri yang meninggalkan adab, termasuk terhadap guru yang notabene sebagai pendidik anak bangsa.


Menjadi Guru dalam Iklim Kapitalis


Undang-Undang Perlindungan Anak disinyalir menjadi benih kasus kriminalisasi terhadap guru. Ketika guru memberi pengajaran dan pendisiplinan dalam bentuk fisik, bisa terkategori penyiksaan dan menjadi delik aduan penganiayaan oleh wali murid. 


Upaya mendidik siswa sering disalahartikan dengan tindak kekerasan terhadap anak sehingga bertabrakan dengan UU Perlindungan Anak. Hal ini yang menyebabkan guru rentan dikriminalisasi.


Adanya perbedaan persepsi antara guru dan wali murid, inilah yang menjadikan salah paham dan berujung kriminalisasi guru. Terlebih sistem pendidikan sekuler juga tidak menjadikan agama termasuk adab sebagai sesuatu yang penting.


Pelajaran agama dianggap tidak dibutuhkan. Makanya banyak murid yang tidak memahami adab terhadap guru. Padahal hilangnya adab merupakan bencana bagi dunia pendidikan. Tanpa adab manusia tidak ada bedanya dengan binatang.


Sekularisme dengan sistem ekonomi kapitalisnya lebih menghargai uang daripada agama. Masyarakat juga terpolusi pemikiranya dengan kapitalisme. Lihatlah kasus ibu Supriyani yang diperas harus membayar denda sebesar Rp50 juta. 


Peran Sentral Negara


Keberhasilan pembelajaran dibutuhkan sinergi antara siswa, guru, wali murid, masyarakat maupun negara. Negara memiliki peran yang paling dominan. Negara akan mendesain sistem pendidikan yang baik, mengalokasikan dana pendidikan yang cukup, menyiapkan SDM yang berkualitas, menyusun kurikulum dan tujuan pendidikan dengan tepat, termasuk menjamin keamanan guru ketika mengajar.


Sistem Pendidikan Islam Harapan Masa Depan


Landasan sistem pendidikan Islam berbeda dengan sistem pendidikan sekuler. Sistem pendidikan Islam dijamin mampu membentuk siswa memiliki syakhsiyah Islamiyah atau kepribadian Islam, yakni memiliki pola sikap dan pola pikir yang islami. Dengan pola pikir dan pola sikap Islam ini akan melahirkan generasi yang beriman dan bertakwa.


Hal di atas terjadi karena Daulah Islam adalah negara yang berideologi Islam. Undang-undangnya bersumber dari Al-Qur'an dan As-sunah. Daulah Islam pada masa lalu mampu menyejahterakan warganya ke puncak tertinggi, masa kejayaan ilmu pengetahuan, sains dan teknologi.


Alhasil, Daulah Islam mampu memuliakan ilmu dan guru. Perintah pertama dari Allah terhadap hambanya adalah perintah membaca. Perintah yang berkaitan dengan perangkat untuk mendapatkan ilmu. 


Tanda Islam memuliakan guru salah satunya diriwayatkan pada masa kekhilafahan Umar bin Khaththab, gaji seorang guru sejumlah 15 dinar (1 dinar= 4,25 gram emas). Jika dikonversikan dengan harga emas hari ini Rp1.527.000,00 maka gaji guru Rp97.346.250.


Angka yang sangat fantastis dan pasti menyejahterakan. Begitulah profesi guru masa Daulah Islam betul-betul dihormati dan dimuliakan. Adab yang seharusnya dimiliki oleh penuntut ilmu ketika menimba ilmu kepada gurunya benar benar diterapkan.


Demikian pun dalam masalah keamanan menjadi hal yang sangat diperhatikan dalam Daulah Islam. Sebab, keamanan merupakan kewajiban negara yang harus diwujudkan. Rasulullah saw. bersabda: "Imam atau pemimpin adalah raa'in, pelindung atau penanggung jawab urusan warganya." (HR. Muslim dan Ahmad)


Keamanan dalam Daulah Islam akan dirasakan oleh semua rakyat. Baik muslim maupun kafir dzimmi. Rakyat akan mendapatkan perlindungan dan keamanan dalam hal: agama, akidah, pangan, perumahan, pendidikan dan kesehatan. Rasulullah saw. memberikan teladan terbaik dalam mengurus rakyat.


Bagaimana Rasulullah saw. setiap hari mengunjungi pengemis kakek tua Yahudi di pojok pasar untuk disuapi. Demikian pun yang dilakukan Khalifah Abu Bakar. Dikisahkan beliau setiap hari membantu seorang nenek untuk memerah susu.


Dalam kepemimpinan Islam, bukan hanya manusia yang diperhatikan keamanannya, tetapi hewan pun diperhatikan keamanannya. Buktinya Khalifah Umar pernah merasa khawatir kelak pada hari penghisaban seandainya ada jalanan yang dilewati keledai rusak dan menyebabkan terjatuh. 


Perhatian Khalifah Umar terhadap rakyat pun jangan diragukan. Setiap malam beliau melakukan ronda malam untuk memastikan rakyat terpenuhi semua kebutuhannya. Dalam perjalanan malam hari itu, beliau bertemu dengan ibu yang merebus batu menandakan kondisi mereka tidak memiliki pangan dan menyebabkan anak-anaknya kelaparan. Lalu sang khalifah memanggul sendiri gandum untuk diberikan kepada sang ibu miskin, beliau memasak dan menyuapi keluarga itu dengan tangannya sendiri. 


Perhatian yang lebih pun diberikan terhadap para guru. Dalam sistem Islam guru dimuliakan dan diberikan perlakuan yang baik, dengan sistem penggajian level the best. Dengan kondisi seperti ini guru melakukan aktivitas mengajar dengan aman dan nyaman.


Hasilnya Jazirah Arab yang dikenal dengan kaum yang ummi berubah menjadi negeri yang berperadaban tinggi dengan bimbingan wahyu. Kegemilangannya menghantarkan pada penaklukan Persia dan Romawi sebagai negara adidaya saat itu.


Hanya dalam sistem Islam guru sejahtera dan terjamin keamanannya. Sudah saatnya umat Islam kembali pada tatanan yang bersumber dari Allah Swt. yang diturunkan untuk manusia. Terbukti ketika Islam diterapkan berhasil melahirkan generasi khairu ummah atau umat terbaik. Wallahualam bissawab. [EA/MKC]