Hari Anak Sedunia, Standar Ganda Barat Soal Hak Anak
Opini
Hanya sebagai kedok untuk menutupi ketidakpedulian mereka
terhadap nasib masa depan 2 miliar usia 0-15 tahun di seluruh dunia
_________________________
Penulis Siti Mukaromah
Tim Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Momen peringatan hari anak dan ucapan "Selamat Hari Anak Sedunia 2024" atau World Children's Day di unggah menjadi status di media sosial pada 20 November sangat kontradiktif dengan kondisi penderitaan dan keamanan anak-anak hari ini.
Dikutip dari (tribunnews.com, 14-11-2024) rekomendasi ucapan "Selamat hari anak sedunia 2024" unggah jadi status di media sosial. Di antaranya, "Bumi mengungkapkan melalui kepolosan senyumannya harapan yang sangat hangat untuk semua di hari istimewa ini. "Selamat hari anak nasional."
Kemudian, masa termanis dalam hidup seseorang adalah masa kecilnya, habiskan hari ini dengan kesenangan tanpa batas!" Kemudian, "Dunia akan kehilangan sinar matahari tanpa anak, tawa dan cinta. Anak-anak adalah ciptaan paling berharga di dunia. Itu sebabnya kita harus melindungi, dan mencintai mereka dengan segenap kekuatan karena mereka adalah harta terbesar kita." "Selamat Hari Anak Sedunia!"
Kondisi Masalah Kronis Anak
Peringatan hari anak sedunia selalu diadakan setiap tahun dari kabupaten/kota dan propinsi layak anak terus bertambah. Miris, di tengah kondisi anak Indonesia dengan masih banyak berhadapan dengan masalah kronis.
Kemiskinan, rumah tidak layak huni, pekerja anak, stunting, serta layanan pendidikan, kesehatan, dan pelayanan tidak layak. Persoalan penting kekerasan pada anak, kekerasan seksual, bahkan oleh keluarga terdekatnya.
Pengamat masalah perempuan dr. Arum Harjanti dalam keterangannya kepada (MuslimahNews, 23-7-2024) mengungkapkan keprihatinannya. Beliau mengungkapkan, anak-anak tidak hanya menjadi korban tetapi juga sebagai pelaku dengan berhadapan hukum yang terus meningkat. Ada 80.000 anak berusia kurang dari 10 tahun terlibat judi online, sebesar 2% dari total pemain.
Pengkhianatan Nyata Hari Anak Sedunia
Peringatan anak sedunia yang nyata diinisiasi oleh lembaga internasional di bawah PBB setiap tanggal 20/11 hanya kedok untuk menutupi ketidak pedulian mereka terhadap nasib masa depan 2 milyar anak usia 0-15 tahun di seluruh dunia.
Terbukti, pengkhianatan nyata peringatan hari anak sedunia menggambarkan standar ganda Barat soal hak anak tampak pada nasib anak-anak di Palestina. Anak-anak Palestina hari ini jangankan mendapatkan hak-hak atas makanan, pendidikan, kesehatan, sanitasi, dan perlindungan atas kekerasan, hak jaminan hidup saja tidak mereka dapatkan. Betapa banyak anak-anak korban Zionis Yahudi Israel menjadi korban bahkan yang masih dalam kandungan sekalipun.
Keselamatan anak-anak nyata kalah penting dengan agenda negara yang hari ini tegak dengan nasionalisme. Berawal dari terpecah-pecahnya umat Islam menyebabkan permasalahan di Palestina.
Hal ini dimanfaatkan Barat makin menguasai dunia dengan melakukan penjajahan. Kaum muslim sampai hari ini tertipu dengan ide paham kapitalisme sekularisme yang diberikan Barat untuk bisa menancapkan taringnya di negeri-negeri muslim.
Barat dengan ide dan sistem kapitalisme sekularisme yang menjauhkan agama dari kehidupan serta penghianatan penguasa negeri-negeri muslim. Prioritas kepentingan ekonomi negara dan jabatan jauh lebih penting daripada mengatasi nasib anak-anak di berbagai wilayah konflik lainnya.
Kegagalan Sistem Kapitalisme Sekularisme
Kegagalan negara kapitalisme sekularisme disebabkan oleh penopangnya yaitu pada pemikiran manusia yang lemah sedangkan agama justru dijauhkan dari kehidupan. Peran negara yang berdasarkan sistem kapitalisme ada banyak kepentingan yang ikut bermain sehingga kepentingan anak justru terabaikan. Kalah dengan keuntungan materi yang tinggi tidak terwujud peran negara sebagaimana dalam IsIam.
Tata kehidupan sekuler kapitalistik telah merusak akal dan mematikan hati nurani sebagai manusia. Merusak ikatan darah, baiti jannati, yang semestinya penuh tanggungjawab dan perlindungan. Hak anak tidak lagi dipandang sebagai amanah Allah yang harus dijaga fitrahnya. Inilah buah dari kebijakan rusak negara yang sekuler kapitalistik.
Islam Melindungi Hak Anak
IsIam memandang anak adalah calon generasi masa depan. Keselamatannya dan kesejahteraannya juga hak-hak lainnya harus dijaga. Oleh karena itu, negara harus memenuhi hak anak sesuai tuntunan yang berdasarkan syariah IsIam. Negara dalam sistem Islam memiliki sumber daya besar yang mampu menjamin kesejahteraan dan keselamatan anak.
Negara dalam Islam membina keimanan setiap rakyatnya melalui pendidikan yang berasas akidah IsIam. Sistem ekonomi Islam menjamin setiap rakyat termasuk anak hidup sejahtera. Sistem sanksi dalam khilafah menjerakan, mampu mencegah, dan memberikan jaminan perlindungan.
Negara dalam Islam menjaga jiwa dan hak hidup setiap manusia termasuk anak-anak. Hanya Islam yang menjamin pemenuhan hak anak mulai dari hidup dan berkembang. Hak nafkah, pendidikan, keamanan, penjagaan, nasab dan lain-lain.
Pemimpin negara adalah raain dan junnah (pelindung) sebagai basis perlindungan anak yang hakiki. Ini bisa diwujudkan ketika negara di pimpin oleh khalifah sebagai raain menerapkan syariat Islam secara kafah yang memperkuat fungsi keluarga, masyarakat dan negara melalui tegaknya Daulah Islam. Wallahulam bissawab. [SJ/MKC]