Membangun Kepedulian
Reportase
Penyakit individualisme telah mengikis rasa empati dan peduli kaum muslimin
Tak ada lagi gotong royong yang dulu menjadi ciri khas budaya negeri ini
______________________________
Penulis Tinah Asri
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, REPORTASE - Majelis Sakinah Cibeunying Kidul (MS Cidul) diselenggarakan pada Minggu 27 Oktober 2024, di Masjid Al-Daffa Nazzara, Pasir Leutik, Kota Bandung. Menghadirkan Ustazah Nurjamilah Lala sebagai pembicara.
Alhamdulillah, acara tersebut mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Hal ini terlihat dari kehadiran ibu-ibu yang tetap istikamah meski di tengah rutinitas harian yang menumpuk.
"Bu-ibu, tanpa disadari saat ini kita sedang terjangkiti suatu penyakit, bahkan penyakit tersebut telah menjalar jauh ke dalam sendi-sendi kehidupan kaum muslimin," kata Ustazah Lala mengawali penjelasannya.
Penyakit individualisme telah mengikis rasa empati dan peduli kaum muslimin. Tak ada lagi semangat gotong-royong yang dulu menjadi ciri khas budaya negeri ini. Tak ada lagi sikap tolong-menolong di antara sesama, bahkan kepedulian terhadap tetangga pun sirna.
Maka wajar jika hari ini berseliweran berita di media sosial peristiwa yang membuat hati miris. Orang meninggal sudah berbulan-bulan, setelah jadi kerangka baru ketahuan, ada juga orang tua yang tega membunuh anak-anaknya.
Peristiwa ini terjadi di bulan September lalu, Panca Darmansyah, warga Jagakarsa, Jakarta Utara, tega membunuh empat anak kandungnya hanya karena faktor ekonomi. "Lantas kenapa semua itu bisa terjadi?" tanya Ustazah Lala. Kemudian beliau melanjutkan penjelasannya.
"Kalau kita teliti, semua itu terjadi akibat dari diterapkannya kapitalisme atas negeri ini. Kapitalisme adalah sistem kufur. Sistem yang menilai segala sesuatu berdasarkan pada materi, hitung-hitungan untung rugi. Individu masyarakat dalam sistem kapitalis menghabiskan waktunya untuk mencari rezeki, mengumpulkan pundi-pundi materi. Karena mereka beranggapan bahwa kebahagiaan itu bisa dirasakan jika semua kebutuhan jasmani terpenuhi. Tak ada waktu untuk memedulikan orang lain, keluarga lain. Dari sinilah muncul berbagai kerusakan tatanan kehidupan di tengah-tengah masyarakat, mulai dari pergaulan bebas, narkoba, hingga kriminalitas yang terus meningkat."
"Sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita ikut prihatin melihat keadaan masyarakat saat ini. Tugas terbesar bagi kita adalah mengembalikan rasa peduli terhadap sesama. Sebab, peduli dengan penderitaan orang lain, tolong menolong, merupakan perintah dari Allah Swt.. Hal ini tertulis di dalam Al-Qur'an surah Al-Maidah ayat 2, Allah Swt. berfirman, "Tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam dosa dan permusuhan."
Rasulullah saw. pun memerintahkan kaum muslimin untuk senantiasa peduli dengan nasib kaum orang lain. Bahkan Rasulullah mengancam tidak akan mengakui sebagai umatnya jika seseorang yang bangun di pagi hari tidak memikirkan umat muslim yang lain. Hal ini berlaku juga bagi saudara kita yang ada di Palestina, yang sampai hari ini mereka masih saja menghadapi kekejaman Zionis Israel laknatullah.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh At-Thabarani Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa yang bangun di pagi hari tanpa memikirkan kaum muslim yang lain, maka dia bukanlah golonganku."
Kepedulian juga ditunjukkan oleh kaum Anshar, mereka dengan sukacita menyambut kedatangan kaum Muhajirin saat bersama Rasulullah saw. hijrah dari Makkah ke Madinah.
Pertama, kaum Anshar memberikan sebidang tanah yang kemudian di atasnya dibangun menjadi tempat tinggal. Menampung kaum Muhajirin untuk tinggal rumah-rumah mereka. Tak sampai di situ, kaum Anshar juga ingin membagi setengah dari hasil panen kurmanya. Begitu besar rasa kepedulian di antara mereka, hingga terwujudlah sikap saling tolong-menolong dan mewarisi. Inilah contoh yang diberikan oleh Rasulullah saw. saat menjadi pemimpin negara Madinah Al-Mukarramah.
Namun sayang, hal ini tidak kita temukan dalam rezim yang berkuasa saat ini. Pejabatnya banyak yang terjebak budaya (flexing). Pamer di media sosial bisa jalan-jalan ke luar negeri, istrinya menenteng tas branded, sampai-sampai ada pejabat yang menghadiahkan uang gepokan puluhan juta untuk cucunya yang ulang tahun.
Sementara di sisi lain banyak masyarakat yang mengalami kesusahan. Harga kebutuhan pokok terus naik, PHK gila-gilaan, sulitnya mencari kerja, mahalnya sekolah dan lain-lain tak mampu mengetuk rasa kemanusiaan dan kepedulian mereka.
"Oleh karena itu, kaum muslimin harus sadar bahwa semua ini adalah dampak buruk dari diterapkannya kapitalisme atas negeri ini. Saatnya kita campakkan sistem yang bobrok tersebut, kita ganti dengan sistem Islam. Karena hanya dengan penerapan Islam secara kafah sikap peduli senantiasa terpelihara, baik oleh individu masyarakat, maupun pejabat pemegang kekuasaan. Hal itu dilakukan sebagai konsekuensi keimanannya terhadap sang pemilik hukum, Allah Swt.."
Motivasi terakhir dari Ustazah sekaligus penutup kajian. [SM/MKC]