Alt Title

Peran Gen Z dalam Perjuangan Menegakkan Islam Kafah

Peran Gen Z dalam Perjuangan Menegakkan Islam Kafah


 

Dalam sistem kapitalisme dengan akidahnya yang sekuler (memisahkan agama dari kehidupan)

telah membajak potensi gen Z

_________________________


Penulis Irmawati

Kontributor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Gen Z memiliki peran penting dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai salah satu generasi yang mendominasi penduduk Indonesia. Apalagi dengan slogan "Agent Of Change" pemuda menyebut mereka.


Akan tetapi sungguh menyayat hati, gen Z saat ini justru dihadapkan dengan berbagai persoalan. Mulai dari persoalan pergaulan, kesehatan mental, kehidupan setelah lulus sekolah, terjebak pada perilaku fomo, konsumerisme, dan hedonisme. 


Seperti baru-baru ini seorang remaja laki-laki melompat dari gedung parkir sepeda motor Metropolitan, Mall. Remaja itu mengenakan kemeja lengan panjang dan celana panjang putih tanpa disertai bet di kantong kemeja.


Tak hanya itu, remaja Indonesia semakin mengkhawatirkan karena mengalami krisis kesehatan mental. Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), mencatat survei kesehatan mental remaja usia 10-17 tahun mencatat satu dari tiga remaja Indonesia menghadapi masalah kesehatan mental, setara dengan 15,5 juta remaja.


Lebih dari itu, sesuai dengan panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Edisi Kelima (DSM-5). Sebagai panduan penegakan diagnosis gangguan mental di Indonesia mencatat satu dari dua puluh remaja (2,45 juta) terdiagnosis gangguan mental. (TimesIndonesia.com, 17-10-2024)


Tentu ini sangat mengkhawatirkan. Betapa tidak, karena gen Z adalah agen perubahan. Dipundaknya estafet kepemimpinan bangsa. Diakui atau tidak gen Z tidak terlepas dari arus teknologi yang canggih.


Sementara itu, media sosial dalam perkembangannya tidak hanya menampilkan konten informasi berita. Tetapi juga menampilkan konten-konten gaya hidup, pencapaian, penampilan serta popularitas. 


Hal ini mengakibatkan kecemasan, ketertinggalan serta keterasingan. Karena gen Z suka membandingkan kehidupan mereka dengan orang lain. Alhasil, tidak sedikit berakhir dengan depresi. Apakah karena tertekan tuntutan kehidupan? Mudah menyerah atau karena tidak mampu bersaing dengan orang lain. 


Gen Z sebagai Agen Perubahan


Gen Z memiliki modal besar sebagai agen perubahan. Dengan ide kreatif dan inovatif gen Z menjadi generasi unggul dalam peradaban. Termasuk membangun sistem kehidupan yang shahih. Akan tetapi, tidak dengan penerapan sistem kapitalisme sekularisme saat ini. Akibatnya, gen Z menjadi rapuh dan krisis identitas. 


Dalam sistem kapitalisme dengan akidahnya yang sekuler (memisahkan agama dari kehidupan) telah membajak potensi gen Z dan hanya sekadar menopang sistem ekonomi kapitalisme. Melalui dunia pendidikan yang berbasis kerja dan hanya mengejar materi berdasarkan arahan penjajah. 


Terlebih, gen Z tumbuh dan berkembang yang menilai segala sesuatu dengan materi. Mengabaikan norma agama dan menjadikan kesenangan jasadiah sebagai kebahagiaan. Apalagi negara yang berperan sebagai junnah (pelindung) secara penuh kepada warganya abai terhadap perannya. Karena itu, sangat jelas bahwa sistem kapitalisme telah menjauhkan gen Z dari perubahan hakiki yakni dengan Islam kafah. Gen Z semestinya membuka mata dan menyadari bahwa kerusakan remaja saat ini akibat dari penerapan sistem kapitalisme. 


Akibatnya gen Z tidak lagi peduli dengan kondisi negeri yang terpuruk. Bahkan terkait dengan agama, akidahnya dan kondisi kaum muslim yang terpuruk dan terjajah tidak peduli. Gen Z justru tertidur lelap dengan tipuan palsu dunia. 


Pembinaan Menuju Islam Kafah


Sebagai muslim yang sadar tentu tidak menginginkan generasi menjadi rapuh. Agar gen Z bisa selamat perlu  pembinaan secara intensif. Pembinaan yang dilakukan dengan memberikan ruang belajar, berkontribusi dan berpartisipasi aktif dalam dakwah sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah. 


Melalui upaya ini gen Z akan berkomitmen untuk membangun peradaban Islam. Tak hanya siap membela Islam saja, dengan ikut berkontribusi dan memberikan solusi dalam menghadapi berbagai permasalahan umat. 


Kendati demikian, penting adanya partai politik sahih yang membina gen Z menjadi berkepribadian yang islami. Memahami tujuan hidupnya dan mampu membedakan antara tuntutan dunia yang fana dan kebutuhan dunia yang abadi. 


Selain itu, negara akan memastikan potensi pemuda mengarahkan sudut pandang hanya untuk kemuliaan Islam dan kehidupan di dunia hanya untuk mencari rida Allah Swt.. Hal ini terbukti dalam sejarah terdapat banyak pemuda ketika Islam diterapkan.


Di antaranya adalah Zaid bin Haritsah di usia 16 tahun sebagai penulis dan penerjemah surat-surat rasul untuk Yahudi. Mus'ab bin Umair di usia 22 tahun menjadi duta Islam pertama di Madinah. Ali bin Abi Talib di usia 8 tahun menjadi pemuda pertama yang masuk Islam.


Selain itu, Shalahuddin al-Ayyubi menaklukan Baitul Maqdis pada masa Abbasiyyah. Serta Muhammad al-Fatih menaklukan Konstantinopel pada masa Utsmani. 


Keduanya masih usia muda. Dengan pemikiran, perasaan, dan peraturan sesuai dengan ketentuan Islam yang terbina dengan akidah Islam. Pemuda Islam mampu membawa pada perubahan, pemimpin penakluk dan ulama terkemuka.


Dengan demikian, sudah saatnya gen Z bangkit kembali kepada Islam. Dengannya akan membangun kekuatan untuk peradaban yang gemilang. Ada di tangan pemuda harapan besar itu.


Kebangkitan bukan dengan sistem lain yang secara jelas memberikan kerusakan. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.,"Seorang hamba tidak akan bergeser kakinya  di hari kiamat dari sisi Rabbnya kecuali ditanya lima hal: Umurnya untuk apa digunakan, masa mudanya untuk apa dihabiskan dan dari mana ia peroleh dan keluarkan harta yang dimilikinya, serta dari ilmu yang diketahui apa yang diamalkan. (HR. Tirmidzi)


Wallahualam bissawab. [SM/MKC]