Peternak Lokal Tak Berdaya, Saat Impor Susu Tampak di Depan Mata?
OpiniKebijakan tersebut diduga menjadi salah satu penyebab
peternak sapi kesulitan menyalurkan susu sapi ke industri pengolahan susu (IPS)
___________________________
Penulis Dewi Jafar Sidik
Tim Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Viral, para peternak sapi perah di negeri ini membuang dan membagikan susu hasil panennya. Puluhan ribu liter susu terpaksa dibuang begitu saja. Tentu aksi ini perlu ditanggapi dengan serius oleh pemerintah supaya aksi serupa tidak terulang dan akar permasalahannya segera ditangani.
Dilansir dari TEMPO.CO, 8/11/2024. Di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, puluhan peternak sapi perah dan pengepul susu dalam beberapa waktu terakhir ini terpaksa membuang susu hasil panen mereka. Hal itu disebabkan pabrik atau industri pengolahan susu (IPS) membatasi kuota penerimaan pasokan susu dari para peternak dan pengepul susu itu.
Aksi tersebut sebagai ungkapan kekecewaan dan keputusasaan peternak atas adanya aturan pembatasan kuota hasil produksi yang masuk ke industri pengolahan susu sehingga mereka kesulitan untuk menyalurkan seluruh susu hasil panennya.
Kebijakan ala Kapitalisme Berpihak pada Pengusaha Bukan pada Rakyat
Namun di sisi lain, kebijakan impor susu demikian tampak di depan mata. Kebijakan impor ini diduga menjadi salah satu penyebab para peternak sapi sulit untuk menyalurkan susu sapi ke industri pengolahan susu. Selain itu, ada alasan lain hingga menyebabkan menurunnya penerimaan susu oleh IPS.
Negara seharusnya bisa melindungi nasib para peternak, melalui kebijakan yang berpihak pada mereka, baik dalam hal menjaga kualitas maupun dalam menampung hasil susu dan lainnya. Bukan malah membuat kebijakan yang justru akan menyulitkan para peternak dalam menyalurkan seluruh hasil produksinya.
Terkait kebijakan impor hasil peternakan ini ada dugaan keterlibatan para pemburu rente yang ingin mendapatkan keuntungan dari impor susu. Kebijakan tersebut pun mungkin akan melahirkan komisi yang melimpah bagi para importir yang terlibat.
Namun, sebaliknya bagi para peternak akan melahirkan duka mendalam dan efek jangka panjang bukan tidak mungkin peternak akan menyerah bahkan bisa sampai gulung tikar. Kondisi ini akan makin jauh pada kemandirian pangan yang dicita-citakan.
Menjadi peternak maupun petani dalam sistem kapitalisme sering kali ada pada situasi yang serba salah, bisa diibaratkan "maju kena mundur pun kena". Ketika gagal panen mereka harus siap merugi dan ketika panen raya harus siap harga bisa saja ditekan dan dimainkan oleh para tengkulak karena ketidakjelasan regulasi dan perlindungan yang dijalankan.
Inilah kebijakan buruk dalam sistem ekonomi kapitalisme, karena keberpihakan penguasa pada pengusaha, kebijakannya tidak akan berpihak pada rakyat. Penguasa dalam kapitalisme tidak berfungsi sebagai pengurus dan pelayan rakyat. Kapitalisme tidak akan membawa kebaikan pada kehidupan rakyat karena tidak bersumber dari aturan Allah Swt..
Sistem Islam Menyejahterakan Para Peternak
Berbanding terbalik dengan tata kelola sistem ekonomi Islam, kehidupan rakyat termasuk peternak akan makmur, karena semua kebijakannya hanya untuk kesejahteraan dan kebaikan rakyat. Rakyat akan merasakan hidup sejahtera saat aturan Islam diterapkan dalam pengaturan kehidupan.
Sistem ekonomi Islam ini akan efektif, jika negara yang menerapkannya. Hanya sistem Islamlah satu-satunya aturan yang tepat untuk mengelola sektor produksi susu. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Imam/khalifah itu laksana penggembala (raa’in) dan hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap gembalaannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Wujud dari penguasa sebagai pengurus rakyat, penguasa akan bertanggung jawab atas kehidupan rakyat termasuk pengelolaan peternakan, sumber daya alam, dan ketersediaan bahan pangan. Penguasa akan berdiri tegak membela kepentingan seluruh rakyat, dalam hal ini para peternak sapi perah.
Untuk menjamin nasib para peternak penguasa dalam Islam akan menerapkan politik dalam negeri dengan wujud penjagaan stabilitas harga susu. Penguasa harus memastikan apabila ada susu impor tidak akan berdampak pada harga susu lokal. Jika ada dampaknya pada harga susu lokal maka penguasa berwenang untuk menghentikan atau membatasi kuota impor susu tersebut.
Negara dalam sistem Islam juga berperan menjamin pemberdayaan penuh sektor peternakan sapi perah di dalam negeri. Kawasan-kawasan yang berpotensi untuk membangun peternakan sapi perah akan difasilitasi dengan baik, seperti pemilihan lokasi yang strategis, pakan ternak, jaminan kesehatan ternak itu sendiri.
Sistem Islam memandang bahwa negara harus menjamin kebutuhan pokok setiap rakyatnya. Negara akan berkonsentrasi penuh terhadap ketersediaan barang pokok sehingga akan fokus pada pengaturan produksi dan distribusi. Negara pun akan mendorong para peternak maupun petani untuk meningkatkan produksi dan akan memudahkan distribusinya.
Indonesia sebagai negara agraris, memiliki kekayaan alam melimpah dan jumlah penduduk yang banyak. Bukan hal yang tidak mungkin Indonesia bisa melakukan swasembada pangan untuk mempermudah terciptanya kemandirian pangan, sementara ketergantungan terhadap impor akan menyebabkan pengaruh asing makin mencengkeram negeri ini.
Namun demikian, kemandirian pangan hanya bisa terwujud jika negara melakukan swasembada pangan. Menjadi negara yang mandiri termasuk atas pangannya, hanya bisa tercipta dalam pemerintahan yang menerapkan aturan Islam secara menyeluruh dalam semua urusannya. Wallahualam bissawab. [SJ/MKC]