Menjadi Ibu Adalah Mulia, Kenapa Pilih Childfree
Opini
Wanita menurut fitrahnya memiliki sifat keibuan
dengan kasih sayang yang tulus
_________________________
Penulis Nurul Bariyah
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - "Kasih ibu, kepada beta tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali bagai sang surya menyinari dunia."
Masih ingat lagu ini? Penggalan lagu di atas menggambarkan betapa besar kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Kasih sayang ibu memang tidak ternilai dan terbalaskan.
Seorang ibu rela berbuat apa pun demi anaknya, walaupun terkadang melukai dirinya sendiri. Dengan kasih sayang inilah dunia bersinar dan kehidupan bisa berkelanjutan. Namun, hari ini banyak perempuan yang memilih tidak menjadi ibu alias childfree.
Dikutip dari RRI.co.id (15-11-2024) anggota Komnas Perempuan Maria Ulfah Ansor dalam wawancara bersama Pro 3 RRI menerangkan bahwa setiap perempuan memiliki hak untuk menentukan hidupnya termasuk memiliki anak. Hal ini dikarenakan ia merupakan bagian dari kebebasan setiap individu dan gaya hidupnya.
Menurut data BPS terbaru, sekitar 8,2 persen perempuan usia 15-49 tahun memilih tidak memiliki anak.
Alasan Memilih Childlfree
Rata-rata alasan mereka memilih childfree di antaranya yaitu keadaan ekonomi yang sulit. Padahal setiap anak sejatinya membawa rezekinya sendiri pada saat ia dilahirkan ke dunia. Kehidupan ekonomi yang semakin sulit membuat seseorang menjadi pesimis akan masa depan. Ada pula alasan lain karena enggan direpotkan oleh keberadaan anak demi karir yang sedang menanjak, dan lain sebagainya.
Bisakah alasan mereka dibenarkan? Secara alami, memilih childfree bukanlah sesuatu yang benar bahkan menyalahi sunatullah dan fitrah manusia serta keluar dari tujuan pernikahan itu sendiri. Tujuan menikah adalah melangsungkan kehidupan artinya untuk memiliki keturunan.
Tidak dimungkiri hari ini beban hidup semakin berat. Banyak keluarga yang kekurangan, pas-pasan bahkan di bawah garis kemiskinan dan miskin. Untuk mencukupi diri sendiri saja susah, bagaimana harus menanggung kalau ditambah dengan anak? Pasti butuh biaya yang lebih banyak lagi dan tidak akan cukup.
Pemikiran ini banyak menghinggapi pasangan muda yang pada akhirnya memilih childfree. Bahkan diopinikan juga oleh beberapa selebriti dan selebgram. Akhirnya ide ini menjadi tren dan dianggap sah-sah saja.
Dampak Buruk Childlfree
Padahal akan ada efek yang ditimbulkan, seperti berkurangnya jumlah penduduk. Maka dari itu, dalam hal ini negara harus menyiapkan strategi untuk mengantisipasi berkurangnya penerus generasi. Layaknya negara-negara yang telah mengadopsi childfree seperti Jepang, mereka kekurangan generasi penerus yang meneruskan peradaban. Jika jumlah perempuan yang memilih childfree terus bertambah, tentu akan berpengaruh pada jumlah populasi penduduk.
Dampak lain yang mungkin dirasakan pasangan yang memilih untuk childfree adalah berdampak pada kesehatan reproduksi pada wanita. Secara alami wanita yang sehat adalah wanita yang mampu melahirkan.
Robin Lim adalah seorang bidan dan pendiri Yayasan Bumi Sehat dan klinik kesehatan. Ia mengatakan bahwa melahirkan adalah inisiasi spiritualitas paling mendalam yang dapat dimiliki seorang wanita. Oleh karena itu, mengandung dan melahirkan bagi seorang wanita adalah suatu hal yang istimewa dan momen paling bahagia dalam hidupnya.
Buah Sistem Kapitalis
Jelas bahwa pilihan untuk tidak memiliki anak adalah keliru. Childfree bersumber dari ide feminisme dan liberalisme yang mengedepankan asas kebebasan. Ide feminisme bertujuan untuk mendobrak sistem bias gender dan mewujudkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.
Wanita menurut fitrahnya memiliki sifat keibuan dengan kasih sayang yang tulus sehingga apabila fitrah itu dimungkiri, maka akan ada gangguan dalam dirinya, baik secara mental maupun fisik. Namun, ada juga wanita yang ditakdirkan tidak memiliki keturunan dalam pernikahannya.
Maka nalurinya sebagai ibu dapat disalurkan kepada anak-anak di sekitarnya, baik anak kerabat maupun anak didik. Sungguh disayangkan jika seorang wanita memilih tidak memiliki anak (childfree).
Semua ini adalah buah sistem kapitalis yang diterapkan saat ini. Kapitalisme menyebabkan kesulitan ekonomi sebab sebagian besar kekayaan dikuasai hanya oleh segelintir orang yakni konglomerat/ pengusaha dan para penguasa. Sedangkan rakyat di bawah hidup susah.
Selain itu, kapitalisme yang berasaskan sekularisme membuat seseorang merasa bebas berbuat. Termasuk dalam memiliki anak atau tidak. Semuanya didasarkan pada asas manfaat dan keuntungan semata. Adapun nilai agama, moral, dan adab dijauhkan bahkan ditentang.
Pandangan Islam tentang Seorang Ibu
Seorang ibu dalam Islam dipandang sangat mulia. Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat, "Siapakah yang harus dihormati terlebih dahulu?" Rasulullah menjawab, "Ibumu, lalu ibumu, lalu ibumu, baru ayahmu."
Hal ini menunjukkan betapa mulianya seorang ibu di mata Allah dan rasul-Nya. Hingga Rasulullah menyebutnya sampai 3 kali. Bahkan rida orang tua terutama ibu adalah rida Allah Swt.. Oleh karena itu, seorang anak diharuskan berbakti kepada orang tua terutama ibu.
Sebagaimana firman Allah Swt. yang artinya, "Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu." (QS. Lukman ayat 14)
Maka sungguh merugi jika seorang wanita tidak mau menempati posisi dan kedudukan mulia yaitu menjadi ibu. Keistimewaan dan kemuliaan ibu di mata Allah sangat luar biasa, ketika seorang wanita hamil, maka doanya akan didengar langsung oleh Allah.
Adapun saat dia melahirkan dan merasakan kesakitan maka dosanya akan berguguran. Sedangkan jika ia meninggal saat persalinan maka ia menyandang gelar syuhada atau mati syahid. Masya Allah. Wallahualam bissawab. [By/MKC]