Alt Title

Bencana Awal Desember, Salah Siapa?

Bencana Awal Desember, Salah Siapa?

 



Kerusakan alam tidak hanya merugikan lingkungan

tetapi juga menghancurkan kehidupan manusia


___________________________________________


Penulis Yulia Ummu Haritsah

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi Dakwah


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Memasuki musim penghujan, hujan yang hampir setiap hari mengguyur wilayah Kabupaten Sukabumi telah memicu bencana alam yang memilukan.


Di awal Desember tahun ini, Sukabumi menghadapi serangkaian bencana besar. Mulai dari banjir bandang hingga tanah longsor, tanah bergerak, angin kencang, dan bencana lainnya. Kerusakan yang ditimbulkan sangat besar, meliputi rumah-rumah, bangunan, jalan, jembatan, lahan pertanian, serta fasilitas umum lainnya.


Tingkat kerusakan yang terjadi cukup parah sehingga mobilitas masyarakat menjadi sangat terganggu, bahkan upaya bantuan dan pertolongan pun terhambat akibat sulitnya akses ke lokasi terdampak.


Kabupaten Sukabumi menjadi pusat bencana dengan banyak kecamatan yang akses jalannya tertutup, baik karena jembatan penghubung yang ambruk, jalan yang tertutup longsoran tanah, maupun akibat tanah yang bergerak. Hal ini mengakibatkan wilayah-wilayah tertentu menjadi terisolasi sepenuhnya. (jawapos.com, 8-12-2024)


Keadaan ini menunjukkan betapa pentingnya kesiapan infrastruktur untuk menghadapi kondisi darurat, terutama di wilayah-wilayah yang rentan terhadap bencana alam.


Penyebab dan Dampak Kerusakan


Bencana ini dianggap sebagai salah satu yang terburuk dalam sepuluh tahun terakhir. Namun, penyebabnya tidak sepenuhnya murni karena faktor alam. Banyak yang meyakini bahwa bencana ini merupakan akibat langsung dari aktivitas manusia yang mengeksploitasi alam secara berlebihan.


Gunung-gunung digunduli untuk dijadikan kawasan permukiman dan lahan produktif. Akibatnya, tanah kehilangan kemampuannya untuk menyerap air sehingga dengan intensitas hujan yang tinggi, banjir, dan longsor menjadi tak terelakkan.


Fenomena ini sesuai dengan peringatan Allah dalam QS. Ar-Rum ayat 41, yang menyatakan: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."


Ayat ini mengingatkan bahwa kerusakan yang terjadi di bumi bukanlah kebetulan, melainkan akibat dari ulah manusia itu sendiri yang sering kali bertindak semena-mena terhadap alam tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjangnya.


Selain menyebabkan kerugian material, bencana seperti ini juga membawa dampak psikologis yang mendalam bagi para korban. Banyak keluarga kehilangan tempat tinggal, sumber penghidupan, bahkan anggota keluarga mereka. Situasi ini menciptakan trauma yang membutuhkan waktu lama untuk pulih, baik secara emosional maupun ekonomi.


Sebuah Teguran untuk Kita Semua


Bencana yang terjadi di Sukabumi seharusnya menjadi teguran bagi kita semua. Musibah ini adalah pengingat bahwa alam memiliki batas toleransi terhadap perilaku manusia yang merusaknya.


Eksploitasi alam yang brutal, seperti penebangan hutan secara liar dan pembangunan tanpa perencanaan yang matang, hanya akan mengundang bencana. Ketika alam "marah," kerusakan yang terjadi tidak hanya dirasakan oleh individu tertentu, tetapi juga oleh masyarakat secara luas.


Sudah saatnya kita menjadikan bencana ini sebagai pembelajaran untuk bertobat dan memperbaiki diri. Kita perlu meninggalkan perilaku yang merusak lingkungan dan berkomitmen untuk menjaga keseimbangan alam.


Kesadaran ini harus dimulai dari individu hingga kolektif masyarakat. Setiap individu harus bertakwa, menjalankan perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya, termasuk menghentikan aktivitas yang merusak lingkungan demi kepentingan pribadi.


Selain itu, masyarakat harus aktif dalam menjaga lingkungan dan berani mengambil tindakan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi. Jika ada kemungkaran, seperti penebangan hutan liar, maka harus dicegah dan dihentikan. Peran serta masyarakat dalam menjaga alam menjadi salah satu kunci penting dalam mengurangi risiko bencana.


Peran Negara dalam Mengatasi Bencana


Di sisi lain, negara memiliki tanggung jawab besar dalam menangani dan mencegah bencana. Pemerintah harus berperan sebagai raa'in (pelayan rakyat), memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan melindungi rakyat dan lingkungan. Penegakan hukum terhadap aktivitas ilegal seperti penebangan hutan liar dan penggundulan lahan harus dilakukan secara tegas.


Selain itu, negara perlu menyediakan infrastruktur yang tangguh untuk menghadapi kondisi darurat, seperti jembatan yang kuat, sistem drainase yang baik, dan akses jalan yang memadai. Dengan infrastruktur yang baik, proses evakuasi dan pengiriman bantuan dapat berjalan lebih cepat dan efektif. Pemerintah juga harus menerapkan aturan berbasis syariat Islam yang menekankan pada perlindungan lingkungan dan kesejahteraan rakyat.


Penerapan syariat Islam tidak hanya memberikan solusi atas masalah individu, tetapi juga menciptakan masyarakat yang harmonis dengan alam. Dengan aturan yang Allah tetapkan, manusia diajarkan untuk hidup sesuai dengan fitrah-Nya, menjaga hubungan baik dengan sesama dan alam semesta. 


Hal ini akan membawa keberkahan dan kebaikan, seperti yang dijanjikan dalam QS. Al-A'raf ayat 96: "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."


Menuju Perubahan yang Berkelanjutan


Bencana ini menyadarkan kita bahwa kerusakan alam tidak hanya merugikan lingkungan, tetapi juga menghancurkan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kita perlu mengambil langkah nyata untuk mengubah cara kita memperlakukan alam.


Semua aspek kehidupan harus kembali terikat dengan aturan Allah. Jika ingin negeri ini diberkahi, maka seluruh aktivitas, mulai dari individu hingga kebijakan negara, harus berlandaskan syariat Islam. Sebaliknya, jika kita terus abai, maka azab Allah sangatlah pedih.


Dengan menjalankan syariat Islam, kita dapat mewujudkan negeri yang diberkahi, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negeri yang baik dan penuh ampunan). Semua ini hanya akan tercapai jika kita bersungguh-sungguh memperbaiki diri dan mengikuti petunjuk-Nya. 


Semoga bencana yang terjadi menjadi pengingat untuk membangun kehidupan yang lebih baik, baik secara individu maupun kolektif, demi keberkahan dunia dan akhirat. Wallahualam bissawab. [UH/MKC]