Magang dalam Kapitalisme: Peluang atau Ancaman?
Surat PembacaKampus meminta mahasiswa magang untuk "kredit" pengalaman
tapi sering kali tanpa perlindungan hukum yang jelas
_________________________
KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Kasus yang baru-baru ini terungkap di Makassar tentang perdagangan manusia membuat kita harus berpikir ulang soal praktik magang dalam sistem kapitalis. (Beritasatu.com, 23-11-2024)
Polda Sulsel mengungkap bahwa 77 mahasiswa jadi korban eksploitasi dengan modus "ferienjob" di Jerman. Janji pengalaman kerja yang menarik malah berujung eksploitasi, bahkan menjurus pada perdagangan manusia. Ini hanya salah satu contoh nyata dari wajah gelap kapitalisme yang sering disembunyikan.
Tidak hanya itu, di berbagai negara praktik magang kerap jadi kedok eksploitasi. Laporan tahun 2023 menyebutkan, 55% magang di perusahaan besar Amerika tidak digaji. Perusahaan berdalih ini “kesempatan belajar”, tapi realitanya anak magang ditugaskan hanya bekerja keras tanpa kompensasi. Bahkan, beberapa perusahaan sengaja memakai anak magang untuk menggantikan karyawan tetap demi menekan biaya. Bukannya belajar, mereka dimanfaatkan jadi alat untuk profit maksimal.
Tekanan untuk magang di Indonesia sendiri sering datang dari sistem pendidikan, kampus meminta mahasiswa magang untuk “kredit” pengalaman, tapi sering kali tanpa perlindungan hukum yang jelas. Ini membuat mahasiswa rentan, apalagi ketika perusahaan menganggap mereka hanya tenaga kerja gratis. Kapitalisme dengan orientasi profitnya, secara sistemik menormalisasi praktik-praktik semacam ini.
Masyarakat mempunyai dua pandangan soal ini. Ada yang menganggap magang itu peluang emas untuk belajar, menambah pengalaman, dan memperluas relasi. Di sisi lain, banyak juga yang melihatnya sebagai ancaman, terutama karena praktik-praktik yang tidak manusiawi di baliknya. Dalam kapitalisme, semua hal termasuk kerja magang diukur dengan keuntungan materi semata bukan nilai kemanusiaan. Ini alasan kenapa eksploitasi tenaga kerja muda terus terjadi.
Jika kita ingin mengupas tuntas secara lebih dalam, masalah ini sebenarnya bukan hanya soal individu atau kebijakan perusahaan, tapi kapitalisme sebagai sistem membuat kerja dan pengalaman jadi barang dagangan. Anak muda dimotivasi untuk “bekerja keras” tanpa mempertimbangkan apakah itu adil atau manusiawi.
Solusi Islam Kafah
Kenapa solusi ada di Islam kafah? Karena sistem rusak harus diganti dengan sistem yang adil dan menyeluruh. Islam kafah mengajarkan kita untuk mengatur seluruh aspek kehidupan dengan aturan Ilahi, termasuk persoalan pekerjaan maupun yang lainnya.
Dalam Islam, kerja itu bagian dari ibadah dan setiap orang punya hak yang harus dipenuhi. Surah Al-Baqarah ayat 188 dengan jelas melarang mengambil keuntungan dari hak orang lain secara zalim.
Sistem Islam dirancang untuk memastikan keadilan ini terjadi. Magang tidak hanya menjadikan ajang eksploitasi karena negara bertanggung jawab melindungi setiap individu. Dalam Islam, pendidikan dan pekerjaan diatur untuk memberikan manfaat nyata, bukan untuk memperkaya segelintir orang. Negara juga memastikan semua pekerjaan, termasuk magang, dihargai sesuai kontribusinya.
Dengan Islam kafah, tidak akan ada lagi kasus seperti ferienjob atau eksploitasi pekerja magang. Sistem ini menempatkan manusia pada posisi yang semestinya, sebagai makhluk yang bermartabat, bukan untuk alat produksi. Jika kapitalisme membuat kita terus terjebak dalam lingkaran eksploitasi, Islam kafah justru memutus rantai ini dan membuka jalan menuju kehidupan yang lebih adil dan bermakna.
Sungguh sangat jelas berbeda perubahan yang akan dirasakan bagi seluruh umat jikalau sistem Islam saat ini diterapkan. Wallahualam bissawab. [SM/MKC]
Hasna Husna Husniyah
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan
Aktivis Remaja