Ekonomi Islam, The Real AntiJobless untuk Gen Z di Tahun 2025
Opini
Kunci dari terurainya masalah ekonomi negeri ini
termasuk masalah pengangguran adalah mewujudkan kemandirian sebuah negara
______________
Nuning Wulandari S.Tr.T
Kontributor Media Kuntum Cahaya, Aktivis Muslimah dan Digital Creator
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Kado pahit di akhir tahun 2024 telah menjadi bayang-bayang menakutkan untuk menginjakkan kaki di tahun 2025.
Outlook 2024 khususnya di sektor ekonomi masih menunjukkan kelesuan. Berbagai peristiwa di tahun 2024 yang nampaknya akan terus berlanjut di 2025 adanya berbagai kenaikan harga kebutuhan pokok, kenaikan pajak PPN 12%, badai PHK yang mengintai, serta problem pengangguran di kalangan generasi muda menjadi momok yang menakutkan.
Problem pengangguran di kalangan generasi muda merupakan masalah serius yang dihadapi negara maju maupun negara berkembang. Di tengah melonjaknya jumlah pemuda negeri ini, pengangguran merupakan masalah yang belum terurai. Bonus demografi tidak menjadi peluang, tetapi berubah menjadi “kutukan” jika tidak tepat penanganannya.
Buah Sistem Kapitalis
Sebuah peristiwa memilukan yang dialami Gen Z baru–baru ini adalah naiknya tren tagar #Desperate di LinkendIn. Gen Z mengeluhkan bahwa selama ini mereka telah mengirimkan lamaran pekerjaan hingga 20 loker per hari. Namun, tak ada satu pun yang menerimanya. Walhasil, tagar dan banner ini dinaikkan sebagai bentuk keputusasaannya. (CNNIndonesia.com, 05-10-2024)
Jumlah data pengangguran generasi muda di negeri diperkirakan tembus angka 7,5 juta orang. Para pemuda saat ini mayoritas dalam kondisi menganggur, sebagaimana yang diungkapkan melalui program Evening Up CNBC Indonesia Selasa, (24-12-2024).
Kondisinya akan semakin memburuk apabila rencana pemerintah menaikkan PPN 12% direalisasikan. Pendiri Celios, Media Wahyudi Askar dalam sebuah podcast bersama Akbar Faizal pada Minggu, 29-12-24 mengatakan: “Jika rencana pemerintah untuk menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% tetap dilakukan, menurutnya kebijakan tersebut bukan hanya langkah yang kontroversial, tetapi juga mengancam stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, salah satunya meningkatnya angka pengangguran.”
Angka ini tentu bukanlah angka yang kecil, di tahun 2025 tidak menutup kemungkinan jumlah pengangguran akan terus meningkat karena kebijakan negeri ini yang tidak memihak pada kepentingan rakyat.
Pada realitasnya, banyaknya jumlah pengangguran di negeri ini menunjukkan bahwa penyebabnya bukan hanya karena faktor Gen Z secara personal yang sering kali dikaitkan dengan kepribadiannya yang malas, baperan, suka instan, daya juang lemah, dll. Kondisi ini justru adalah sebuah kegagalan secara sistemik akibat tata kelola negara. Sistem negara yang berlandaskan kapitalisme (semua berorientasi materi) telah gagal menciptakan lapangan pekerjaan di tengah era industrialisasi yang massif.
Dalam sistem ekonomi kapitalisme, pemerintah mengandalkan swasta untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Walhasil, terbukanya lapangan pekerjaan bukan dalam rangka menyejahterakan masyarakat melainkan untuk keuntungan swasta.
Kegagalan yang kedua dari banyaknya pengangguran adalah kegagalan sistem negara menciptakan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Pembangunan SDM di negeri disejalankan dengan pembangunan ekonomi negara yaitu kapitalisme. Pembangunan semacam ini tentu hanya akan mencetak budak-budak korporasi yang bermental rentan dan lemah. Sistem ekonomi kapitalisme layak disebut sebagai biang kerok problem utama jobless di kalangan Gen Z.
Outlook 2025 dalam Kapitalisme, Gen Z Tetap dalam Bayang-Bayang Jobless
Kondisi pengangguran yang menghantui masa depan generasi muda telah banyak diprediksi oleh para pakar ekonomi. Berbagai media pun telah mengeluarkan prediksinya bahwa pengangguran masih akan menjadi problem utama negara-negara maju mapun berkembang di tahun 2025.
Fakta di lapang juga tak menunjukkan hal yang berbeda, jumlah permintaan tenaga kerja lebih kecil dibandingkan penawaran tenaga kerja. Namun beberapa daerah seperti Cirebon, Kaltim, Kabupaten Kotawaringin, Rembang dan beberapa daerah lainnya telah mengeklaim bahwa angka pengangguran mengalami penurunan.
Menurunnya angka pengangguran nyatanya tidak berkorelasi dengan fakta ekonomi masyarakat. Kesejahteraan masyarakat dirasakan masih rendah dan justru kemiskinan makin bertambah. Ini menunjukkan bahwa beban ekonomi masyarakat makin tinggi.
Indikasi lainnya yang menunjukkan bahwa fakta ekonomi masyarakat masih sulit adalah maraknya pinjol di hampir semua kalangan masyarakat mulai dari pegawai hingga ibu rumah tangga. Selain itu, beratnya masyarakat memenuhi sandang, pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan masih sangat terasa.
Melihat fakta ekonomi yang sesungguhnya di masyarakat, tentu kondisi ini tidak akan jauh berbeda di tahun 2025. Kondisinya akan tetap suram selama diatur dengan sistem ekonomi kapitalisme. Gen Z akan tetap dalam bayang-bayang jobless meski angka-angka yang dirilis media menunjukkan penurunan.
Sistem Ekonomi Islam Memberikan Harapan Baru di 2025
Berbeda dengan penerapan ekonomi kapitalisme hari ini yang jelas–jelas tidak pernah bermaksud menyejahterakan masyarakat.
Sistem ekonomi Islam akan hadir sebagai solusi atas sulitnya masalah ekonomi. Berikut langkah-langkah pengaturan Islam mengatasi pengangguran:
Islam mewajibkan para laki–laki sebagai penanggung jawab nafkah untuk bekerja. Dalam hal ini tentu negara harus memastikan bahwa para laki-laki ini memiliki kepribadian Islam yang baik (tidak bermalas-malasan, paham kewajiban dan bertanggung jawab), serta membekalinya dengan pendidikan dan skill yang mumpuni.
Negara dalam Islam wajib menyediakan lapangan pekerjaan yang halal, menutup keran-keran penguasaan sumber daya alam milik umum yang dikuasai segelintir orang dan mencegah berkembangnya sektor nonriil.
Sektor–sektor penting seperti pertanian, pertambangan, perikanan, perkebunan akan dikelola dengan serius oleh negara untuk kepentingan masyarakat.
Negara Islam akan menerapkan politik industri yang bertumpu pada pengembangan industri berat sehingga akan mendorong berkembangnya industri lainnya.
Negara juga sangat memungkinkan untuk memberikan modal kepada rakyat yang membutuhkan. Bahkan terhadap mereka yang lemah akan diberikan santunan.
Beberapa mekanisme tadi dikelola dengan paradigma bahwa kepemimpinan dalam negara Islam adalah sebagai pengurus dan penjaga urusan rakyat. Seorang pemimpin kelak akan dihisab atas tanggung jawab. Sebuah tanggung jawab yang berat ketika tidak menjalankan dan mengatur negara sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan Pencipta Manusia yakni Allah Swt..
Khatimah
Kunci dari terurainya masalah ekonomi negeri ini termasuk masalah pengangguran adalah mewujudkan kemandirian sebuah negara. Negara membutuhkan sudut pandang yang benar dalam mengelola negeri ini.
Sudut pandang khas yang telah diatur oleh Islam mengenai relasi yang harus dibangun antara rakyat dengan pemimpinnya. Islam telah menetapkan relasi yang benar antara pemimpin sebagai pengurus dan penjaga rakyatnya, bukan relasi untung-rugi ataupun relasi bisnis antara pemimpin dengan rakyat sebagaimana dalam sistem kapitalis.
Kita berharap di tahun 2025 akan lebih baik dan punya harapan baru saat negeri ini menerima hadirnya pemimpin yang berorientasi kembali kepada sistem Islam dalam negara Islam.
Dalam TQS Thaha ayat 124, "Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta."
Kehidupan di 2025 akan tetap dalam kesempitan hidup dan jauh dari sejahtera ketika kita tetap enggan menggunakan syariat-Nya dalam setiap aspek kehidupan. Wallahualam bissawab.[EA/MKC]