Menghentikan Penderitaan Anak Gaza: Butuh Tentara dan Negara
Opini
Gaza menanti tangan-tangan pemuda muslim
yang dipimpin oleh khalifah untuk memberikan keadilan dan kedamaian sejati
_____________________
Penulis Etik Rositasari
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Mahasiswa Pascasarjana UGM
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Serangan dan genosida yang dilakukan oleh Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah merenggut lebih dari 45.400 nyawa warga Palestina, termasuk 14.500 anak-anak.
Wilayah tersebut kini porak-poranda akibat gempuran yang terus berlangsung. Dilansir dari beritasatu.com (25-12-24), Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) melaporkan pada Selasa (24-12-2024) bahwa setiap jam, seorang anak meninggal dunia di Jalur Gaza akibat serangan brutal Israel.
"Setiap jam, seorang anak kehilangan nyawanya. Ini bukan sekadar statistik, melainkan banyak kehidupan yang terhenti," ujar UNRWA.
Mereka yang selamat pun tak luput dari dampak buruk, menderita luka fisik dan trauma emosional yang mendalam. Anak-anak Gaza telah kehilangan masa depan, harapan, dan bahkan akses kepada hak-hak dasar mereka sebagai manusia, seperti perlindungan dan pendidikan.
Kondisi Gaza dan Kesalahan Sistem Global
Kondisi Gaza semakin mengenaskan, terutama bagi anak-anak. Bagaimana tidak, mereka harus menyaksikan infrastruktur mereka hancur, sistem kesehatan lumpuh, bahkan bantuan kemanusiaan pun terhambat oleh blokade yang ketat.
Dilansir dari republika.com (28-12-24) WHO melaporkan bahwa serangan terhadap fasilitas kesehatan seperti RS Kamal Adwan telah menghancurkan layanan kesehatan di Gaza Utara. Dengan kondisi tersebut, bagaimana mungkin anak bisa mendapatkan jaminan kesehatan?
Hal inilah yang akhirnya membuat UNICEF menyematkan tahun 2024 sebagai salah satu tahun terburuk dalam sejarah bagi anak-anak (cnnindonesia.com, 28-12-2024)
Anak-anak di Gaza tidak hanya menjadi korban kekerasan fisik tetapi kehilangan peluang untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik. Mereka hidup dalam trauma akibat bom, kehilangan orang tua, dan terbatasnya akses ke pendidikan. Generasi yang seharusnya menjadi harapan, kini terancam kehilangan masa depannya.
Sayangnya, dunia internasional terbukti tak berkutik, gagal menghentikan penderitaan ini. Solusi dua negara yang terus didorong oleh Barat tidak pernah mampu menyelesaikan konflik ini. Hal ini karena memang akar masalahnya adalah perang ideologi antara penjajah Zionis dan Islam, tak hanya semata perebutan wilayah.
Fenomena tersebut seharusnya mampu menggambarkan ke tengah-tengah umat bahwa sistem kapitalis global nyatanya tidak hanya gagal memberikan keadilan, tetapi menjadi alat yang mendukung kejahatan Zionis.
Kapitalisme menciptakan kebijakan global yang bias, memungkinkan penjajahan berlanjut tanpa adanya hukuman yang setimpal. Dukungan politik dan militer dari negara-negara besar menjadi tameng bagi Zionis untuk melanjutkan genosida ini.
Allah Swt. memperingatkan: “Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka.” (QS. Hud: 113)
Agenda Kaum Muslim: Tentara dan Negara untuk Gaza
Kaum muslim tidak boleh lagi berharap pada pihak luar. Mereka harus memiliki agenda independen yang berakar pada Islam. Langkah terbaik dapat dimulai dengan menyatukan pemikiran dan perasaan umat untuk membangun kesadaran kolektif. Kesadaran ini harus diwujudkan dalam mobilisasi pemuda-pemuda muslim di Timur Tengah untuk melawan rezim tirani dan membebaskan Palestina.
Namun, perjuangan ini tidak cukup hanya dilakukan secara sporadis. Dibutuhkan negara yang mampu memobilisasi kekuatan umat secara efektif. Rasulullah saw. bersabda: “Imam (pemimpin) adalah perisai yang di belakangnya umat berperang dan berlindung.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Negara Islam merupakan institusi yang dapat menjamin pelaksanaan syariat secara menyeluruh, termasuk dalam membebaskan wilayah-wilayah yang dijajah. Di bawah negara Islam, tentara muslim akan dimobilisasi untuk melawan penjajah, sementara sumber daya umat dikelola untuk memberikan dukungan bagi masyarakat yang membutuhkan.
Mengapa Daulah Islam Adalah Solusi?
Daulah Islam adalah sistem pemerintahan Islam yang memiliki keunggulan dalam menyelesaikan konflik seperti ini. Dalam konteks Gaza, Daulah Islam akan melakukan langkah-langkah meliputi:
1) Menyatukan tentara muslim dengan menggerakkan kekuatan militer untuk melindungi umat dan membebaskan wilayah yang terjajah. Tentara muslim di berbagai negara akan diarahkan untuk melawan Zionis tanpa terikat oleh batasan politik nasionalisme.
2) Mengelola sumber daya secara adil melalui mekanisme pemastian bahwa bantuan kemanusiaan dan rekonstruksi berjalan tanpa hambatan. Gaza yang hancur dapat dibangun kembali melalui pembagian sumber daya yang efisien.
3) Menghidupkan pemikiran Islam serta melawan propaganda kufur yang mendominasi media internasional dan menanamkan pemikiran Islam sebagai solusi utama.
Sistem Islam akan memberikan keadilan yang sejati, bukan hanya bagi Gaza, tetapi bagi seluruh umat muslim. Perjuangan ini tidak hanya akan mengembalikan hak-hak rakyat Palestina, tetapi juga menghidupkan kembali martabat umat Islam di mata dunia, sebagaimana Allah Swt. berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan.” (QS. Al-Baqarah: 208)
Khatimah
Anak-anak Gaza adalah korban dari ketidakadilan yang disebabkan oleh sistem global yang bias dan mendukung penjajahan. Dunia internasional nyatanya telah gagal dan terbukti hanya Islam yang memiliki solusi untuk mengakhiri penderitaan mereka.
Kaum muslim harus bersatu, membangun kekuatan politik, dan menuntut tegaknya Daulah Islam sebagai sistem yang melindungi umat dan memastikan pembebasan Palestina. Gaza menanti tangan-tangan pemuda muslim yang dipimpin oleh khalifah untuk memberikan keadilan dan kedamaian sejati.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw.: “Barangsiapa yang mati tanpa berbaiat, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah.” (HR. Muslim)
Kini saatnya umat muslim mengakhiri penderitaan di Gaza dengan langkah nyata menuju kebangkitan Islam yang hakiki. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]