Alt Title

Palestina dan Propaganda Jahat dalam Drama Korea

Palestina dan Propaganda Jahat dalam Drama Korea

 



Entah apa yang ada dalam benak Kim Ji-Un selaku penulis naskah drama ini

hingga membuat scene yang menyudutkan negara Palestina

________________________


Penulis Linda Ariyanti

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Belakangan ini sosial media tengah dihebohkan dengan viral nya sebuah Drama Korea MBC yang tayang di Netflix “When The Phone Rings”.


Drama tersebut telah menayangkan episode 12 (episode terakhirnya) pada 4 Januari 2025 dan langsung trending di X. Netizen mengkritik keras drama tersebut sampai menyerukan boikot. Bahkan rating Drama tersebut di Google pun langsung anjlok di angka 1.1 per tanggal 8 Januari 2025.


Berdasarkan laporan Koreaboo, penonton kecewa karena terdapat scene yang menunjukkan karakter Na Yu Ri (diperankan oleh Jang Gyu Ri) melaporkan insiden tentang negara fiktif bernama 'Paltima' yang telah menyerang negara fiktif ‘Izmael’ yang telah menyandera warga negara Korea Selatan. Meski nama-nama negara tersebut fiktif atau tidak ada di dunia nyata, tetapi netizen dengan cepat menyimpulkan bahwa nama-nama negara tersebut merujuk pada negara Palestina dan Israel. (inews.id, 05-01-2025)


Entah apa yang ada dalam benak Kim Ji-Un selaku penulis naskah drama ini hingga membuat scene yang menyudutkan Negara Palestina. Apakah dia buta dan tuli? Tidakkah dia melihat betapa mengerikannya kondisi Palestina hingga detik ini?


Berdasarkan Laporan Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), Selasa (24-12-2024), satu anak tewas setiap jam di Jalur Gaza akibat serangan brutal Zionis Yahudi.(beritasatu.com, 25-12-2024)


Bahkan 17.492 anak telah dilaporkan tewas dalam serangan brutal Israel yang telah menghancurkan sebagian besar wilayah tersebut menjadi puing-puing selama 15 bulan terakhir. (cnnindonesia.com, 28-12-2024)


Dunia Masih Saja Diam


Kim Ji-Un adalah satu dari sekian banyak manusia yang buta dan tuli terhadap kondisi Palestina. Saat Palestina masih terus dibombardir oleh serangan Zionis dan korban terus berjatuhan (mayoritas perempuan dan anak-anak). Para pemimpin di dunia juga di negeri muslim tetap sibuk dengan upaya mediasi dan kecaman basa-basi yang tidak punya pengaruh berarti. 


Penguasa di negeri-negeri muslim hanya sekadar pencitraan ketika menyerukan pembelaan terhadap Palestina, apalagi mereka pun mengikuti solusi yang ditawarkan oleh Barat. Tidak ada satu pun penguasa di negeri muslim yang dengan lantang mengirimkan pasukan tentaranya untuk membebaskan Palestina dari serangan Zionis.


Kekuatan militer yang dimiliki oleh negeri-negeri muslim sangat besar jumlahnya. Namun, semua itu tidak akan pernah mereka lakukan. Dalam sekat bernama nasionalisme adalah hal mustahil bagi penguasa muslim untuk mengirimkan pasukannya.


Dunia internasional pun termasuk lembaga dunia, hanya sekadar memberikan kecaman.  PBB sebagai organisasi internasional telah menuntut Zionis untuk menghentikan serangannya. Namun, resolusi tersebut tidak dipatuhi.


Semua ini menunjukkan bahwa hari ini dunia tidak memiliki solusi jitu untuk menghentikan penjajahan. Solusi dua negara yang ditawarkan dunia bukanlah solusi hakiki karena hal tersebut sama saja dengan menyetujui perampasan tanah milik kaum muslim di Palestina.


Selamatkan Palestina dengan Jihad


Satu-satunya solusi tuntas yang akan membebaskan Palestina adalah dengan mewujudkan jihad melawan Zionis. Umat Islam harus menyeru para penguasa muslim untuk menggerakkan pasukannya berjihad ke medan perang.


Bantuan kemanusiaan yang saat ini diberikan oleh umat Islam tidak akan mampu menghentikan serangan Zionis. Begitu pun berbagai macam gerakan boikot yang diserukan umat belum cukup untuk membela Palestina. Umat Islam harus menyadari bahwa solusi tuntas penjajahan Palestina oleh Zionis adalah dengan mengirimkan tentara untuk melawan. 


Kaum muslim di Palestina hanya akan mendapat perlindungan hakiki jika ada imam/khalifah yang memberikan jaminan pembelaan dan perlindungan terhadap jiwa, harta, dan kehormatan mereka. Tidak hanya di Palestina, kaum muslim di belahan bumi yang lain pun masih terus teraniaya dan butuh perlindungan segera. 


Rasulullah saw. telah bersabda:


«إِنَّمَا اْلإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدَلَ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ وَإِنْ يَأْمُرْ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ»


“Sesungguhnya imam/khalifah adalah perisai, orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung. Jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya, ia harus bertanggung jawab atasnya.” (HR. Muslim)


Kembalinya kepemimpinan Islam dalam bingkai Daulah Islam adalah janji Allah Swt. dan kabar gembira dari Rasulullah saw.. Kaum muslim hendaknya bersemangat mewujudkan hal tersebut agar Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam bisa terwujud. Hal ini membutuhkan upaya perjuangan dari kaum muslim dan mengharuskan adanya gerakan dakwah ideologis untuk mengembalikan kepemimpinan Islam di pangkuan kaum muslimin. 


Rasulullah saw. telah memberikan teladan dalam mendakwahkan Islam di Makkah hingga tegak Daulah di Madinah dengan melakukan tiga tahapan dakwah yakni:


(1) Tahapan tasqif (tahap pembinaan dan pengkaderan). 


(2) Tahapan tafa’ul ma’al ummah (tahap interaksi di tengah-tengah masyarakat).


(3) Tahapan istilamul hukmi (tahap menerima kekuasaan dari umat). Wallahualam bissawab. [GSM/MKC]