Zionis Yahudi Makin Brutal, Butuh Khilafah sebagai Perisai Umat
Opini
Kaum muslim di seluruh dunia harus sadar bahwa keadilan di Palestina
mustahil diperoleh dari sistem kapitalisme yang memang terlahir dari rahim musuh-musuh Islam
_______________________
Penulis Siti Mukaromah
Tim Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Sejak Hamas melakukan perlawanan 7 Oktober tahun lalu, serangan dan genosida masih terus di gencarkan oleh Zionis Yahudi Israel.
Anak-anak Gaza menghadapi risiko kematian akibat tempat tinggal di kamp pengungsian karena kedinginan. Selama berbulan-bulan kiriman bantuan berupa perlengkapan kebutuhan tertahan menunggu persetujuan Zionis Yahudi untuk memasuki Gaza.
Dikutip dari (beritasatu.com, 25-12-2024) setiap jam, 1 anak tewas di Gaza akibat serangan Zionis Israel. Menurut Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan, "Setiap jam, satu anak tewas, bukan sekadar angka, ini adalah banyak nyawa, membunuh anak-anak tidak dapat dibenarkan. Anak-anak Palestina yang selamat pun terluka secara fisik, dan emosional. Tanpa akses pendidikan anak-anak Palestina di Gaza mengais-ngais puing-puing bangunan."
Waktu terus berjalan bagi anak-anak Palestina, mereka kehilangan nyawa, masa depan dan terutama harapan. Bulan lalu Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap PM Israel Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan yang menyebabkan tewasnya anak-anak di Gaza.
Seruan Solusi Dua Negara
Berbagai seruan internasional untuk menghentikan kebrutalan genosida entitas Zionis Yahudi di Gaza tidak mempan. Selaku organisasi internasional PBB tidak hanya bicara dengan resolusinya, tetapi badan-badan di bawahnya juga merilis data pernyataan serangan Zionis Yahudi dan dampak yang ditimbulkannya. Hanya saja, yang diserukan dunia internasional masih sebatas solusi dua negara seolah-olah yang lebih mampu menuntaskan krisis di Palestina. Krisis Palestina saat ini sudah melebihi batas kemanusiaan dan terkategori genosida.
Dampak serangan Zionis Yahudi fasilitas umum seperti sekolah dan rumah sakit menegaskan bahwa mereka tidak hanya menyasar Hamas. Akan tetapi, memang Zionis menargetkan pembantaian kalangan warga sipil dengan korban terbesar dari kalangan perempuan dan anak-anak, serangan kepada Hamas sekadar dalih untuk terus melakukan pembantaian.
Solusi krisis Palestina semestinya semua pihak fokus dengan fakta terjadinya gelombang warga Yahudi ke Palestina sebagai cikal bakal berdirinya entitas Zionis Yahudi. Tindakan perampasan dan pengusiran dari rumah-rumah yang di lakukan Zionis terhadap warga muslim Palestina sebagai konsekuensi peningkatan jumlah warga Yahudi. Oleh karenanya, solusi krisis Palestina adalah merebut kembali tanah dan rumah warga muslim dari tangan Yahudi bukan malah menawarkan berbagi tanah kepada penjajah.
Dibutuhkan selanjutnya aktivitas jihad untuk pengiriman bantuan militer dari negeri-negeri muslim dan merebut kembali tanah Palestina. Sayang, sebaliknya negeri-negeri muslim menormalisasi hubungan dengan entitas Zionis Yahudi dan mengkhianati persaudaraan seakidah dengan warga muslim Palestina.
Palestina adalah tanah kharajiyah yang menjadi milik kaum muslim hingga hari kiamat, sungguh tidak layak dikuasai kafir penjajah. Solusi dua negara bagi Palestina adalah pengkhianatan terhadap kewajiban menjaga Palestina sebagai tanah kaum muslim.
Pengkhianatan Pemimpin Negeri-Negeri Muslim
Kaum muslim melihat kondisi Gaza maupun Palestina tidak bisa mengharapkan solusi dari dunia internasional. Mereka hanya sebatas sibuk mengecam tanpa satu pun bersedia mengirimkan bantuan tentara melawan entitas Zionis Yahudi.
Nyatanya, para pemimpin negeri muslim menjadikan isu Palestina sekadar pencitraan sebagai topeng untuk menunjukkan empati untuk negara Palestina. Keberpihakannya tidak tulus untuk kemaslahatan tanah para Nabi karena solusi tersebut adalah arahan kafir Barat. Hingga kini pantaslah perang ideologi di Palestina tidak kunjung usai.
Kaum muslim di seluruh dunia harus sadar bahwa keadilan di Palestina mustahil diperoleh dari sistem kapitalis yang memang lahir dari rahim musuh-musuh Islam. Sistem kapitalis telah memberikan jalan pada penjajah untuk Zionis Yahudi membantai anak-anak Gaza.
Sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah ayat 120 Allah Swt. berfirman, "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rida kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang benar." Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu."
Butuh Kebangkitan Ideologi Islam
Oleh sebab itu, kaum muslim seluruh dunia Islam harus menyatukan kebangkitan pemikiran, perasaan, dan punya agenda sendiri menerapkan syariat Islam kafah melalui cita-cita tegaknya Daulah Islam.
Kebangkitan ideologi Islam pada diri umat yang semula masih tertidur akan menggerakkan pemuda-pemuda di Timur Tengah untuk bangkit melawan rezim di negeri masing-masing agar mengirimkan tentara untuk membebaskan Palestina dari pendudukan kafir penjajah Zionis Yahudi. Jangan sampai agenda besar ini malah dibajak oleh Barat memperburuk kondisi kaum muslim baik di Palestina maupun negara di seluruh dunia.
Aktivitas membangkitkan umat ini hanya bisa dilakukan oleh partai politik Islam ideologis yang akan memimpin umat, serta melakukan pembinaan kepada para pemuda dengan tsaqafah dan pemahaman politik IsIam. Menjadikan pemuda-pemuda muslim sebagai sosok yang berkepribadian dengan pola pikir dan pola sikap Islam agar melahirkan kader-kader dakwah mumpuni mengantarkan umat menuju perubahan hakiki.
Kader dakwah dari para pemuda harus menuntut tegaknya khilafah dan mengangkat seorang khalifah untuk memimpin kaum muslim dalam membebaskan Palestina. Khilafah akan berperan menjadi perisai bagi umat, tidak hanya membebaskan anak-anak Palestina dari konflik penjajahan. Khilafah juga akan membebaskan konflik di negeri-negeri muslim lainnya seperti Myanmar, Sudan, Yaman, Suriah, dan Lebanon. Wallahualam bissawab.