Alt Title
Kapitalisme Biang Matinya Jiwa Menasihati

Kapitalisme Biang Matinya Jiwa Menasihati

 



Mudah untuk mendendam dan menyakiti sehingga fitrah manusia

untuk saling menasihati berpotensi menjadi terkikis

_______________________


Penulis Inge Oktavia Nordiani

Kontributor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Hidup hari ini serba tidak aman di tengah kebutuhan hidup yang semakin sulit. Kehidupan yang sulit akan memunculkan pula tingginya tingkat kriminalitas.


Fitrah-fitrah kemanusiaan semakin tercerabut. Impitan kehidupan dan tidak mudahnya akses untuk meng-upgrade keimanan meniscayakan kehidupan yang acuh.


Upaya membuat kebenaran menjadi relatif pun gencar dinarasikan. Kehidupan menjadi semaunya sendiri mengikuti keinginan perut dan hawa nafsunya. Hal ini sangat mungkin terjadi dalam sistem sekularis-kapitalistik yang terjadi mengedepankan asas manfaat di dalam pengambilan keputusan suatu masalah 


Menyeru Kebaikan Menjadi Ancaman


Tidak sedikit hari ini kasus-kasus upaya pembunuhan dengan modus tidak terima terjadi di kota besar hingga di pelosok negeri. Sebagai contoh kejadian yang terjadi di kota Bekasi. 


Sandi Permana seorang artis pemeran dalam sinetron Mak Lampir. Ia ditusuk di beberapa bagian tubuhnya oleh tetangganya sendiri. Istri Sandy, Ade Andriani curiga pelaku sakit hati karena ia ditegur soal kebiasaannya yang suka mabuk-mabukan di lingkungan perumahan. 


Teguran itu diberikan kala rapat RT beberapa bulan lalu. Diduga lama memendam kebencian, pelaku berakhir melakukan pembunuhan dengan menusuk menggunakan obeng. Pelaku juga melukai wajah dan badan korban menggunakan pisau. (Suara.com, 14/01/2025)


Berita senada juga terjadi di ujung timur Pulau Madura tepatnya di Kepulauan Kangean-Sumenep. Motor seorang guru di Celong-Kangean dibakar pemuda pengangguran. Motor milik Nordin warga desa Pajenangger, Kecamatan Arjasa Pulau Kangean ludes terbakar.


Peristiwa ini diduga diawali pada saat pelaku merasa tersinggung dengan isi wejangan yang disampaikan korban pada saat upacara bendera. Pelaku murka karena korban nyenggol kebiasaan anak muda di kampung yang suka mabuk-mabukan. Pada saat pulang sekolah korban dihadang pelaku bersama teman-temannya di tengah jalan hingga terjadi keributan. Beruntung tidak sampai terjadi pembunuhan. Nordin diamankan oleh warga sementara sepeda motornya dibakar (Detik Jatim, 15-01-2025)


Mahalnya Budaya Menasihati


Apa yang terjadi pada dua contoh kasus di atas sangat berdampak terhadap kondisi psikologis seseorang. Sejatinya manusia adalah makhluk sosial. Saling menasihati dengan cara terbaik sudah tentu merupakan konsekuensi logis dari hidup sosial.


Namun, kehidupan sekuler-kapitalistik hari ini menjadikan kita menjadi orang-orang yang bersifat individualistis. Memandang Hak Asasi Manusia (HAM) secara kebablasan hingga sikap merasa urusanku-urusanku dan urusanmu-urusanmu. Tidak peduli apakah yang dilakukan adalah sebuah kemaksiatan ataupun bukan. 


Akibat dari sikap ini adalah ketika ada seseorang menegur dan menasihati yang terlahir adalah rasa sakit hati. Mudah untuk mendendam dan menyakiti sehingga fitrah manusia untuk saling menasihati berpotensi menjadi terkikis sedikit demi sedikit. Bahkan cari aman, menahan diri untuk tidak menegur dan menasihati.


Islam sebagai Solusi Pasti


Islam tidak mengajarkan sikap individualistis. Justru ketika di dunia adalah saatnya manusia untuk saling menegur, menasihati dan memotivasi dengan cara yang baik. Sebagaimana Islam adalah agama nasihat di mana tuntunan ajaran agama ini harus dilestarikan sebelum hari pembalasan nanti. Manusia akan bertanggung jawab atas dirinya sendiri.


Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-An'am: 94,


وَلَقَدْ  جِئْتُمُوْنَا  فُرَا دٰى  كَمَا  خَلَقْنٰكُمْ  اَوَّلَ  مَرَّةٍوَّتَرَكْتُمْ  مَّا  خَوَّلْنٰكُمْ  وَرَآءَ  ظُهُوْرِكُمْ  ۚ وَمَا  نَرٰ ى  مَعَكُمْ  شُفَعَآءَكُمُ  الَّذِيْنَ  زَعَمْتُمْ  اَنَّهُمْ  فِيْكُمْ  شُرَكٰٓـؤُا  ۗ لَقَدْ  تَّقَطَّعَ  بَيْنَكُمْ  وَضَلَّ  عَنْكُمْ  مَّا  كُنْتُمْ  تَزْعُمُوْنَ


"Dan kamu benar-benar datang sendiri-sendiri kepada Kami sebagaimana Kami ciptakan kamu pada mulanya, dan apa yang telah Kami karuniakan kepadamu, kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia). Kami tidak melihat pemberi syafa'at (pertolongan) besertamu yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu (bagi Allah). Sungguh telah terputuslah (semua pertalian) antara kamu dan telah lenyap dari kamu apa yang dahulu kamu sangka (sebagai sekutu Allah)." 


Islam sangat menganjurkan umatnya untuk saling menasihati sebagai tanda rasa saling menyayangi. Justru tidak ada rasa sakit hati. Kondisi seperti ini membutuhkan peran pemimpin negara yang tentu kembali pada napas Islam sehingga pola pikir dan pola sikap masyarakatnya menjadi sesuai dengan tuntunan Islam.


Bi'ah (kebiasaan) menasihati menjadi hal yang lumrah. Bahkan selain bisa membuat seseorang lebih baik berdampak pula pada menyelamatkannya dari azab Allah. Amar makruf nahi mungkar harus senantiasa dilazimkan dalam kehidupan.

 

Sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. At-Taubah: 71,


وَالۡمُؤۡمِنُوۡنَ وَالۡمُؤۡمِنٰتُبَعۡضُهُمۡ

اَوۡلِيَآءُ بَعۡضٍ‌ۘ يَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡكَرِ وَيُقِيۡمُوۡنَ الصَّلٰوةَ وَيُؤۡتُوۡنَ الزَّكٰوةَ وَيُطِيۡعُوۡنَ اللّٰهَ وَرَسُوۡلَهٗ‌ؕ اُولٰۤٮِٕكَ سَيَرۡحَمُهُمُ اللّٰهُؕ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيۡزٌ حَكِيۡمٌ


"Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan salat, menunaikan zakat dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi Rahmat oleh Allah. Sungguh Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana." 


Ustaz Ismail Yusanto mengatakan risiko-risiko paling besar dalam perjuangan ialah mati. Tapi apakah yang tidak berjuang tidak akan mati? Berarti mati bukanlah risiko perjuangan karena yang tidak berjuang juga akan mati.


Oleh karena itu, sifat individualisme mendesak untuk dienyahkan agar tidak mematikan fitrah menasihati sehingga keseimbangan dalam kehidupan dapat berjalan dengan baik. Wallahualam bissawab. [SM/MKC]

Sekularisme Biang Keladi Liberalisasi Pergaulan

Sekularisme Biang Keladi Liberalisasi Pergaulan

 



Alih-alih negara mewujudkan generasi emas, negara dengan sistem kapitalis sekuler justru 

melahirkan aturan yang melemahkan moral generasi dan tidak memiliki akhlak

_______________________


KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Dilansir pada kompas.com (10-01-2025), kasus kehamilan di luar nikah di Sleman menunjukkan angka yang tinggi.  Hal ini ditandai dalam waktu 1 tahun telah terjadi 98 permohonan dispensasi nikah. Pengajuan dispensasi nikah terjadi disinyalir karena hamil di luar nikah. 


Tri Wahyu mengatakan bahwa pada tahun 2024 ada 98 dispensasi nikah yang masuk ke Pengadilan Agama (PA). Arti dispensasi nikah itu sendiri merupakan izin khusus yang diberikan oleh Pengadilan Agama kepada pasangan yang belum memenuhi syarat usia minimum untuk menikah, yakni 19 tahun sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perkawinan. 


Dilansir dari kompas.com (10-01-2025) telah terjadi pesta seks swinger di Jakarta dan Bali.  Tindakan asusila dengan ajakan tukar pasangan, tanpa bayaran, dan hal ini terjadi beberapa kali. Menurut Ade Ary, para pendaftar memiliki fantasi untuk melakukan pertukaran pasangan dan tidak menerima bayaran atas partisipasi mereka dan menyebarkan video saat melakukan kegiatan pesta seks dan bertukar pasangan. 


Bahkan ada guru agama di Grobongan melakukan hal tak senonoh bersama siswanya hingga 2 tahun. Hal ini menyebabkan korban mengalami trauma dan pindah sekolah. Miris, di usia 15 tahun harus menghadapi asusila oleh gurunya dan mengalami penganiayaan.(jawapos.com, 9-01-2025)


Sekularisme sebagai Akar Masalah 


Rusaknya moral generasi muda dan pergaulan makin liberal sebagai akibat jauhnya dari tuntunan agama. Bahkan semua usia menjadi rusak disebabkan pergaulan yang makin bebas tanpa aturan dan bebas memuaskan hawa nafsunya sehingga membuat kerusakan moral di tengah-tengah masyarakat kian merajalela.


Alih-alih negara mewujudkan generasi emas, negara dengan sistem kapitalis sekuler justru melahirkan aturan yang melemahkan moral generasi dan tidak memiliki akhlak. Negara kapitalisme liberal justru mendukung liberalisasi pergaulan dengan menyediakan fasilitas seperti kontrasepsi untuk pelajar dan pendidikan kespro yang berbasis Barat. Selain itu, kebijakan kesetaraan gender dan hak-hak terkait lainnya juga mengikuti konsep Barat, termasuk hak reproduksi dan otonomi tubuh.


Pergaulan dalam Islam


Telah dikatakan di dalam surah Al-Isra ayat 32 yang artinya, “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”


Dalam pandangan Islam, mendekati zina saja tidak boleh apalagi melakukannya. Islam mewajibkan para laki-laki dan perempuan terikat dalam aturan syariat. Seperti menjaga kemaluan, menundukkan pandangan terhadap yang bukan mahram. Pergaulan lawan jenis boleh terjadi dalam pergaulan umum. Seperti dalam hal muamalah, kesehatan, dan pendidikan. Itu pun harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang dibolehkan di dalam syariat Islam.


Pemisahan agama dari kehidupan atau sekularisme membuat remaja (laki-laki dan perempuan) bebas dalam menyalurkan garizah nau'nya padahal Islam menjaga kemuliaan manusia dengan adabnya. Negara memiliki kewajiban untuk menjaga nasab setiap warga negaranya dengan berbagai mekanisme.


Seperti menerapkan sistem pergaulan Islam, sistem pendidikan berbasis akidah Islam, dan sistem sanksi yang tegas dan menjerakan. Terhadap para pezina ada sanksi atau hukuman cambuk 100 kali bagi pelaku zina yang ghaira muhsan. Sanksi ini haruslah dilakukan di tempat umum dan dipertontonkan kepada khalayak. Ada juga sanksi atau hukuman rajam bagi yang telah menikah atau muhsan.  


Negara berbasis akidah Islam akan menutup segala celah apa pun tentang kebebasan berpikir. Negara juga akan memfilter media agar tidak ada celah masuknya konten dan perbuatan-perbuatan asusila yang dapat merusak moralitas generasi bangsa. Wallahualam bissawab. [EA/MKC]


Putri Rizki

Anak Pembunuh Orang Tua: Cermin Krisis Moral Zaman Ini

Anak Pembunuh Orang Tua: Cermin Krisis Moral Zaman Ini

 



Kasus anak yang tega membunuh orang tua 

adalah alarm bagi kita semua bahwa krisis moral sedang terjadi di tengah masyarakat


___________________


KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Kasus anak yang tega membunuh orang tua semakin sering muncul dalam pemberitaan. Belum lama ini telah terjadi peristiwa seorang anak di bawah umur membunuh ayah dan neneknya sendiri dengan senjata tajam di Perumahan Taman Bona Indah, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan. (Kompas.com, 30-11-2024)


Selain itu, baru-baru ini kasus serupa yang terjadi. Anak membunuh ayahnya sendiri dengan cara memenggal kepala ayahnya hingga terpisah dari badannya di Desa Mojosari, Kecamatan Puger, Jember. (detik.com, 27-01-2025)


Sungguh sangat memilukan menyaksikan nasib generasi negeri ini. Pasalnya, usia para pelaku ternyata didominasi oleh kalangan muda. Peristiwa ini menggemparkan masyarakat dan menimbulkan pertanyaan besar.


Apa yang terjadi dengan moral generasi saat ini? Peristiwa tragis ini bukan hanya sekadar kasus kriminal biasa. Akan tetapi, cerminan dari krisis moral yang semakin mengkhawatirkan dalam masyarakat kita.


Pengaruh Dunia Digital dan Kemajuan Teknologi


Generasi sekarang tumbuh di era digital. Di mana akses anak terhadap konten kekerasan semakin mudah. Tayangan di media sosial, game, dan hiburan yang mengandung unsur kekerasan sering kali muncul serta dikonsumsi dengan tidak bijak juga jauh dari kebaikan. 


Algoritmanya cenderung memprioritaskan konten yang memicu kecemasan, perbandingan diri, dan ketidakpuasan bahkan menciptakan ekspektasi yang tidak realistis bagi banyak orang. Dalam hal ini, negaralah yang harusnya memfilter konten-konten negatif justru tidak hadir. Negara abai dan mengadopsi nilai-nilai liberal sehingga kerusakan paparan teknologi tidak terbendung.


Dampak Sistem yang Gagal


Kasus anak yang tega membunuh orang tua marak terjadi. Semua berawal dari penerapan sistem sekularisme dalam kehidupan yang meminggirkan Islam sebagai aturan kehidupan. Agama dipahami sebatas ajaran kebaikan yang diajarkan di sekolah boleh diambil boleh juga tidak diambil.


Agama (Islam) hanya dikenal pada peringatan hari besar. Islam tidak menjadi dasar dan acuan dalam pendidikan. Bahkan pendidikan berbasis Islam kesulitan mencetak generasi muslim yang hakiki di tengah gempuran kapitalisme sekuler liberal.


Mari kita sejenak berpikir bahwa krisis moral ini tidak hanya menjangkiti generasi tapi lebih kepada seluruh lapisan masyarakat. Nampak kasus pembunuhan tak sekadar menyasar keluarga, anggota masyarakat, aparat, dan pemegang kekuasaan pun ikut terlibat. Inilah cermin penerapan sistem kehidupan kapitalisme sekuler liberal.  


Hikmah


Kasus anak yang tega membunuh orang tua adalah alarm bagi kita semua bahwa krisis moral sedang terjadi di tengah masyarakat. Jika dibiarkan tanpa upaya perbaikan, bukan tidak mungkin tragedi serupa akan terus berulang. 


Oleh karena itu, solusinya tidak sekadar melibatkan keluarga saja. Akan tetapi, harus melibatkan masyarakat dan terutama negara harus bersinergi dalam membangun kembali generasi yang berakhlak, berempati, dan bertakwa. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]


Imroatul Husna S.Tr.P

Beban Rakyat Semakin Berat

Beban Rakyat Semakin Berat

 



Keadaan ini menimbulkan gejolak di tengah masyarakat

Dalam kondisi karut marut di setiap bidang


__________________


KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Allah Swt. berfirman: "Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh di antara kalian, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan akan menukar (keadaan) mereka sesudah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa, mereka tetap menyembah-Ku tanpa menyekutukan sesuatu apa pun dengan Aku, Siapa saja yang tetap kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang fasik." (QS.An-Nur (24) :55) 


Dalam negara yang menganut ideologi kapitalis, pajak adalah pemasukan utama APBN bukan sumber daya alam di negara tersebut meski jumlahnya berlimpah. Contoh nyata adalah Indonesia tidak kurang dari 75% pemasukan APBN dari pajak. Sebaliknya tidak lebih dari 29% pemasukan APBN bersumber dari sumber daya alam.


Dalam setahun bisa menghasilkan ribuan triliun rupiah. Berkali lipat dari kebutuhan APBN kita saat ini, sekitar Rp3000-an triliun. Artinya, tanpa pajak juga utang negara ini bisa dibangun dan dikelola secara optimal. (Al waie, Januari 2025) 


Akan tetapi, kenyataannya rakyat adalah satu-satunya penghasil pemasukan utama APBN yaitu pajak. Di mana pemerintah saat ini sudah semakin membebani rakyat dengan menetapkan kebijakan menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) 12% di tengah ekonomi yang sangat sulit. 


Dengan kenaikan PPN 12% ini sudah pasti menyusahkan rakyat. Dampaknya harga bahan kebutuhan pokok melambung serta daya beli masyarakat melemah. Sepanjang tahun 2024, berbagai sektor industri Indonesia mengalami kebangkrutan. Hal ini memberikan dampak buruk bagi pekerja dan perekonomian nasional mengakibatkan banyak pekerja di pemutusan hubungan kerja (PHK).


Keadaan ini menimbulkan gejolak di tengah masyarakat. Dalam kondisi karut marut di setiap bidang. Keputusan ini dinilai sebagai langkah yang memberatkan rakyat. Belum lagi bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah menghabiskan sebagian pendapatan mereka untuk menutupi kebutuhan pokok. Sedangkan yang berpenghasilan lebih tinggi memiliki kemampuan untuk memberikan segala sesuatu, yang mereka miliki ke sektor lainnya. 


Dalam sistem ekonomi kapitalis, sering ditandai dengan kebijakan yang mengedepankan kebablasan dalam seluruh aspek. Kapitalis merupakan wajah lain dari sekuler (memisahkan agama dari kehidupan) dalam bidang ekonomi.


Akibat negara menjalankan sistem kapitalis, yang terjadi adalah ketimpangan ekonomi, kerusakan lingkungan, dan ketergantungan pada swasta yaitu aseng dan asing serta kekayaan alam sering memperkaya segelintir elite swasta. Sementara masyarakat umum tidak mendapatkan manfaat kecuali sangat sedikit. 


Dalam sistem ekonomi Islam, anggaran pendapatan negara (APBN) yang tidak berbasis dari pajak. Pajak yang seperti model kapitalis dalam Islam hukumnya haram. Penguasa adalah pelayan atau pengurus rakyat dan tentunya tidak pantas membebani rakyat dengan pajak. 


Rasulullah bersabda: Imam (kepala negara) adalah pengurus rakyat dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus. (HR. Bukhari dan Muslim) 


Islam akan menerapkan syariat Islam secara kafah dan mengatur seluruh aspek kehidupan. Telah terbukti menjadi penguasa teladan dalam menjaga amanah, kejujuran, dan kebersamaan. Rasa takutnya hanya kepada Allah dan siksa- Nya begitu menghujam dalam kalbu, teguh dalam pendirian. Untuk itu, marilah kita bersama-sama memperjuangkan dan mewujudkannya. Wallahualam bissawab.  [Dara/MKC]


Muntaslimah

Tradisi Baca Al-Qur’an, Akankah Pejabat Insaf?

Tradisi Baca Al-Qur’an, Akankah Pejabat Insaf?

 


Di masa pemerintahan Islam, negara aman dan sejahtera

karena menerapkan sistem (peraturan) sesuai petunjuk Al-Qur’an

______________



KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Sejatinya setiap muslim ketika membaca dan mendengarkan Al-Qur’an hati merasa tenang, begitu pun yang dirasakan oleh Ketua Umum Partai Golkar ketika mendengar lantunan ayat suci Al-Qur’an.


Selain rasa tenang mengharapkan ada kebaikan yang dihasilkan dalam pola sikap para pembaca. Namun, apakah cukup sekadar membaca Al-Qur’an dapat mengubah pola sikap seseorang?


Dikutip dari Tribunnews.com (19-01-2025) Bahlil Lahadalia selaku Ketua Umum Partai Golkar memberikan apresiasi kepada Partai Golkar yang telah melakukan tradisi membaca ayat suci Al-Qur’an. Hal tersebut disampaikan saat pidatonya dalam perayaan HUT ke 65 MKGR (Organisasi Kemasyarakatan Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong) pada Sabtu, 18-01-2025 di Hotel Shangri-La, Jakarta.


Adiel Kadir selaku kader Partai Golkar mengaku hal tersebut sudah biasa (tradisi) dilakukan di partai Golkar. Bahlil menilai tradisi ini sangat bagus untuk dilakukan dan diharapkan akan berpengaruh terhadap insafnya para pejabat. Bahkan beliau mengusulkan agar hal tersebut dilakukan juga di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) agar negara ini menjadi aman.


Hal tersebut wajar disampaikan, melihat sebenarnya banyak pejabat saat ini yang bisa membaca Al-Qur’an. Namun sayangnya, hal tersebut tidak berpengaruh sama sekali dalam pola sikap perilaku para pejabat. Maka tak heran banyaknya para pejabat yang masih terjerat hukum. Mulai dari penyalahgunaan kekuasaan, korupsi sampai tindakan kriminal.


Al-Qur’an Petunjuk Hidup


Indonesia merupakan negara mayoritas muslim, tak terkecuali para pejabat yang kini bertugas mengurusi seluruh urusan rakyat. Namun sayangnya, membaca Al-Qur’an saja harus diperintahkan untuk menjadi tradisi bukan atas kesadaran setiap individu. Terlebih ketika mengharapkan tradisi tersebut dapat berpengaruh terhadap pola sikap pejabat agar insaf. 


Sesungguhnya Al-Qur’an bukanlah sekadar kitab suci yang hanya dibaca semata. Namun, Al-Qur’an adalah petunjuk bagi setiap muslim. Maka tidaklah cukup jika hanya sekadar dibaca, tetapi wajib untuk dipahami, diamalkan, dan diterapkan dalam seluruh kehidupan termasuk dalam hal mengatur pemerintahan.


Sebagaimana dalam firman Allah Swt. dalam surah Al-Baqarah ayat 2,


ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ


"Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang yang bertakwa."


Jelaslah bahwa Allah Swt. menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi setiap muslim yang bertakwa bukan sekadar dibaca saja. Memanglah benar membaca Al-Qur’an merupakan salah satu ibadah yang diperintahkan untuk setiap muslim. Bahkan ketika membacanya setiap huruf akan diberikan 10 kebaikan. Namun, ketika mengharapkan dengan membaca dapat memengaruhi sikap dan perilaku tidaklah benar karena pola sikap dan perilaku dipengaruhi oleh pemahaman setiap individu. 


Sebagaimana ketika individu membenci seseorang pastilah itu karena ia memiliki pemahaman buruk terhadap seseorang tersebut sehingga menghasilkan rasa benci. Maka sikap dan perilakunya akan menujukkan rasa kebencian.


Berbeda halnya jika mencintai seseorang, ia memiliki pemahaman yang baik sehingga menghasilkan rasa cinta. Maka sikap dan perilakunya akan berbeda dengan orang yang membenci. Inilah yang menunjukkan jika ingin mengubah perilaku seseorang maka harus diawali dengan mengubah pemahamannya.


Saat ini kasus yang menimpa para pejabat seakan tiada habisnya. Banyak di antara mereka yang terjerat hukum, membuktikan bahwa Al-Qur’an hanya sekadar dijadikan bacaan semata, belum sampai untuk dipahami dan diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan.


Sama halnya dengan mengharapkan menjalankan tradisi membaca Al-Qur’an di DPR dapat berpengaruh terhadap keamanan negara juga tidak akan berhasil. Mengapa? Karena hal itu tidak berpengaruh sama sekali dengan sistem yang diterapkan saat ini yaitu demokrasi kapitalisme.


Kapitalisme adalah ideologi yang memisahkan agama dari kehidupan sekaligus memisahkan agama dari pemerintahan. Agama dijadikan hanya sekadar mengatur ibadah ritual semata tanpa berpengaruh terhadap kehidupan apalagi pemerintahan. 


Maka ketika mengharapkan negeri ini aman, tak hanya memperbaiki individunya saja, tetapi harus sepaket dengan sistem yang diterapkan. Ibaratnya seorang yang ahli mengemudi mobil tidak akan mampu mengendarai mobil yang rusak tanpa memperbaiki mesinnya terlebih dahulu.


Hal ini terbukti pada era keemasan Islam  terdahulu. Al-Qur’an benar-benar mampu memengaruhi pikiran dan perilaku para pejabat untuk taat kepada Allah Swt. sehingga menghasilkan para pejabat yang bertanggung jawab, adil, dan senantiasa mengutamakan kepentingan umat dari kepentingan pribadinya. 


Maka tak heran jika negaranya pun menjadi aman dan sejahtera karena negara menerapkan sistem (peraturan) sesuai dengan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup. Wallahualam bissawab. [EA/MKC]


Aini Rahmalia, S.Si

Gen Z Dilanda Krisis Paruh Baya, Islam Solusi Nyata

Gen Z Dilanda Krisis Paruh Baya, Islam Solusi Nyata

 


Pemuda adalah harapan bangsa dan agen perubahan

Rakyat menggantungkan nasib negerinya pada para pemuda

______________________________


Penulis Dewi Jafar Sidik

Tim Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Kahfi [18]: 13. “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah para pemuda yang beriman kepada Tuhannya, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.”


Ayat Al-Qur’an di atas merupakan penggalan kisah tujuh pemuda Ashabul Kahfi, pemuda yang mempunyai akidah dan keimanan yang kukuh dan teguh. Mereka dapat membedakan mana yang benar dan salah, bersabar menghadapi cobaan, serta berani menentukan sikap dalam menentukan pilihan. Prinsip mereka kuat, sekuat baja. Demi menyelamatkan keimanannya, mereka berlindung di dalam gua. 


Namun, dalam kehidupan saat ini sosok pemuda yang akidah dan imannya kuat seperti pemuda Ashabul Kahfi sudah jarang ditemukan. Pasalnya dalam kehidupan saat ini, yang dipengaruhi oleh sistem sekuler adanya pemisahan agama dengan kehidupan menjadikan kehidupan pemuda mudah labil karena tidak mempunyai landasan agama dalam kehidupannya. 


Sebuah fakta mengejutkan. Studi terbaru mengungkapkan bahwa Generasi Z (Gen Z) tengah menghadapi krisis paruh baya (midlife crisis) lebih awal dari seharusnya. Studi menyatakan bahwa sebanyak 38 persen dari Gen Z mengalami krisis paruh baya diakibatkan tekanan finansial yang luar biasa. (lifestyle.okezone.com, 18-1-2025)


Krisis paruh baya adalah suatu keadaan mental yang dialami seseorang ketika memasuki umur paruh baya, kisaran 40-60 tahun. Biasanya ditandai dengan perasaan takut, bingung, khawatir, akan kenyataan bahwa hidup makin mendekati masa tua. Kondisi seperti ini sekarang telah melanda sebagian dari Gen Z (kelompok usia 13-28 tahun). Fenomena ini menunjukkan bahwa kondisi Gen Z sedang tidak baik-baik saja.


Buah Kapitalisme


Sistem kapitalis menjadikan kehidupan Gen Z dilanda berbagai permasalahan. Demikian tampak dari penerapan sistem ekonominya, politiknya, sosialnya yang liberal dan materialistik, hingga sistem pendidikannya.


Sistem ekonomi kapitalisme menjadikan Gen Z harus merasakan bekerja dengan upah yang tidak sepadan dan minim. Nampaknya dunia usaha pun lebih memihak pada pengusaha besar, ketimbang pada Gen Z sehingga mereka merasa sulit jika hendak mengembangkan bisnis usahanya. Mirisnya lagi, sistem saat ini tidak menjadikan negara sebagai raain, pihak yang bisa menjamin kebutuhan hidup rakyatnya. Akibatnya, Gen Z dan masyarakat mudah merasakan putus asa tersebab kehidupan mereka belum ada kesejahteraan.


Sistem politik yang bertumpu pada kapitalisme menjadikan beban hidup masyarakat termasuk Gen Z makin berat. Kapitalisme melestarikan kekuasaan oligarki. Berbagai kebijakannya, seperti pungutan pajak yang beragam dan makin naik, subsidi yang berkurang, tarif listrik dan air yang kian mahal, hingga digulirkannya regulasi yang sering kali memihak pada korporasi. Semuanya menyebabkan hidup masyarakat termasuk Gen Z penuh dengan kesulitan dan kesempitan.


Sistem sosial yang materialistik dan liberal turut pula memengaruhi kehidupan Gen Z, menjadikan hidup mereka tanpa arah dan tujuan yang jelas. Media sosial turut membawa pengaruh yang kurang baik bagi perilaku mereka yang sering kali merasa takut ketinggalan (FOMO) terhadap sesuatu yang sedang tren.


Kehidupan dianggap hanya untuk mengejar materi dan menganggap sumber kebahagiaan adalah ketika memiliki banyak harta dan kekayaan. Kerja keras terkadang hanya untuk melunasi utang kredit barang untuk melengkapi gaya hidup mereka. Akibatnya, kesehatan mental mereka sering terganggu.


Sistem pendidikan yang sekuler menjadikan Gen Z tumbuh tanpa ajaran dan tuntunan agama. Pemahaman liberal dan materialistik mendominasi pola pikir mereka. Pendidikan berkualitas sulit dijangkau karena nyatanya harus membayar dengan harga mahal dan tidak merata.


Kondisi ini menjadikan Gen Z tumbuh tanpa pendidikan yang memadai. Minim literasi dan kemampuan kerja yang rendah menjadikan keterampilan mereka jauh di bawah rata-rata. Inilah yang menyebabkan Gen Z acap kali rapuh dan merasa tertekan.


Gen Z Harus Sadar


Gen Z harus menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi, dialami oleh mereka dan juga masyarakat pada dasarnya merupakan buah dari penerapan sistem kehidupan sekuler kapitalis. Kehidupan ini sangat berbeda dengan kehidupan Islam yang asasnya akidah Islam dan mengharuskan manusia mengetahui potensi dirinya serta memahami realitas kehidupannya.


Krisis paruh baya yang telah melanda Gen Z semata-mata karena kehidupan ini telah dipengaruhi oleh sistem yang bukan dari Islam. Potensi Gen Z yang begitu besar menjadi tidak terlihat, Gen Z yang tumbuh dalam zaman digital, sejatinya mahir menggunakan teknologi sehingga mereka akan sangat bisa beradaptasi terhadap teknologi baru.


Andai Gen Z dapat memahami akidah Islam dengan baik, tentu mereka akan memahami tujuan penciptaan seorang hamba hanya untuk beribadah kepada Allah Swt.. Seluruh amal perbuatan manusia berpijak pada perintah dan larangan Allah Swt..


Gen Z akan bersemangat menjadi manusia yang baik, yakni yang bermanfaat untuk sesamanya. Dengan potensi yang Gen Z miliki dalam menggunakan teknologi akan mereka persembahkan hanya untuk kebaikan umat. Ini sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad, Ath-Thabrani, Ad-Daruquthni)


Oleh karena itu, Gen Z harus dibangun kesadarannya akan perkara penting yaitu kewajiban mengembalikan lagi kehidupan Islam dengan menerapkan seluruh aturan Allah Swt. sebab jika aturan Islam diterapkan secara menyeluruh dalam kehidupan umat, maka akan membawa keberkahan dan kemuliaan bagi peradaban umat manusia.


Pemuda adalah agen perubahan dan harapan bangsa. Umat menggantungkan nasib negerinya pada para pemuda. Oleh karena itu, masalah krisis paruh baya (midlife crisis) tidak seharusnya mereka alami. Mereka mestinya mengetahui makna kehidupan itu sendiri, termasuk mengetahui di mana saja kerusakan kehidupan bisa terjadi.


Penutup


Walhasil, para pemuda harus sadar dan melek politik secara Islam. Dengan memakai sudut pandang Islam, memandang politik tidak lagi sekadar tentang kekuasaan, melainkan mengurusi urusan umat secara keseluruhan. Mereka pun harus paham ranah mana yang boleh ditempati dan mana yang tidak boleh ditempati oleh kaum muslim.


Jika pemuda mampu melek politik Islam, mereka akan mampu memegang teguh kebenaran sebagaimana pemuda Ashabul Kahfi memegang kebenaran dan mempertahankannya. Oleh karena itu, pemuda tidak perlu kawatir ikut berpolitik dan harus peduli terhadap politik. Andai mereka mau berjuang dengan memakai politik Islam untuk rakyat, pemuda seperti Ali bin Abi Thalib dan Muhammad Al Fatih bisa saja akan terlahir kembali. Wallahualam bissawab.

Tes Kehamilan Siswa SMA, Solutifkah?

Tes Kehamilan Siswa SMA, Solutifkah?

 



Apalagi solusi yang diberikan sangat jauh dari kata menyelesaikan masalah

Justru menambah masalah

_________________________


Penulis Siti Nurtinda Tasrif 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah Kampus


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Tes Kehamilan Apakah Solusi?


Kini tengah beredar pembicaraan tentang viralnya video seorang guru yang melakukan tindakan pemeriksaan kepada siswanya setelah masa liburan sekolah. Tindakan pemeriksaan ini tidak seperti biasanya, tetapi melakukan tes kehamilan pada para siswi. Kejadian ini merupakan tindakan yang baru dilakukan di sepanjang sejarah pendidikan Indonesia.


Tentu saja hal ini menciptakan kegemparan yang luar biasa. Pasalnya, tindakan ini pertama kali terjadi terhadap para siswi. Di mana setelah libur sekolah biasanya akan dimulai aktivitas belajar. Namun, yang terjadi sangat di luar dugaan. Di mana guru melakukan tes kehamilan untuk mengetahui jika ada siswinya yang melakukan perzinaan selama liburan.


Tindakan ini dianggap sebagai solusi untuk menghentikan perilaku zina di tengah-tengah siswa. Diharapkan adanya tindakan ini akan bisa memangkas habis segala perzinaan yang bisa jadi akan terus berulang, dan pelakunya lagi-lagi siswa. Namun, jika hal ini disebut sebagai solusi lalu apa kabar dengan siswa laki-laki yang tentu menjadi penyebab kehamilan siswa perempuan?


Karenanya terlihat aneh jika tes dilakukan pada pihak perempuannya saja sedangkan pihak laki-lakinya seakan terbebas begitu saja. Di satu sisi, jika sampai ada yang terdeteksi bahwa siswa perempuan ini benar-benar hamil, maka otomatis akan dikeluarkan dari sekolah. Lebih parahnya lagi, siswa tersebut pasti akan menanggung malu yang sangat besar. Apalagi dilakukan di depan umum. Sungguh solusi ini terdengar aneh dan tidak tepat sasaran.


Bahkan banyak yang menyayangkan adanya tindakan ini. Salah satunya pendapat dari Kepala Dinas Kesehatan Cianjur. Sebagaimana yang penulis kutip dari Tribunpriangan.com (30-01-2025) bahwasanya Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur dr. Yusman Faisal mengatakan semestinya hal tersebut tidak terjadi. Ia lebih menekankan kepada tindakan preventif seperti sosialisasi reproduksi seksual bagi semua siswa SMA.


"Persoalan yang sempat viral tes kehamilan setelah libur panjang itu mungkin diakibatkan para guru berinisiatif melakukan pemeriksaan berkala ditujukan agar siswinya merasa bahwa ke depannya tak ada lagi siswi yang hamil di luar nikah selama libur panjang. Namun, hal tersebut menurut saya kurang tepat," ujar Yusman.


Inilah potret pendidikan sekuler masa kini, melahirkan pemikiran yang sesat. Bahkan dalam memberikan solusi pun terdengar tidak logis. Apalagi solusi yang diberikan sangat jauh dari kata menyelesaikan masalah. Justru menambah masalah. Sungguh di kehidupan sekarang sangat sulit untuk menemukan orang-orang yang bertakwa, cerdas, dan berkualitas.


Liberalisasi Pergaulan


Permasalahan di atas seperti tidak memiliki akhir. Pasalnya, solusi-solusi yang diberikan atas masalah ini selalu tidak tepat sasaran. Jika ditelusuri kembali, akan terlihat jelas bahwa masalahnya bukan tentang banyaknya siswa-siswi yang menjadi pelaku perzinaan dan akhirnya hamil. Namun, masalahnya terletak pada mengapa anak zaman sekarang melakukan praktik kotor seperti itu.


Sebenarnya letak masalahnya di mana? Apa benar hal ini hanya kesalahan satu orang saja? Padahal jika dipikir kembali, jika masalahnya hanya satu orang sudah tentu akan bisa diselesaikan, tapi jika menyangkut tentang masalah banyak orang maka akan berhubungan dengan sesuatu yang mengaturnya. Tentu saja yang dimaksud di sini adalah sistem tata kelola kehidupannya.


Sayangnya, sistem sekularisme yang diterapkan di negara Indonesia menjadikan pergaulan menjadi sangat liberal atau bebas. Bebas berekspresi, bebas melakukan segala macam hal, dan bebas melakukan apa saja pada dirinya sendiri tanpa ada intervensi dari orang lain. Bahkan bisa jadi tidak perlu ada intervensi dari negara juga.


Liberalisasi terhadap pergaulan menjadikan siswa dan siswi semena-mena pada dirinya sendiri. Bahkan sampai pada tahap hilangnya rasa malu. Kemudian ironisnya lagi, dengan adanya kebebasan berekspresi menjadikan para pemuda tumbuh dengan pemikiran yang dangkal lagi sesat. Terutama dalam masalah hidupnya yang bahkan tidak tahu bagaimana cara menjalaninya dengan benar yaitu sesuai dengan tuntunan syariat yakni halal dan haram.


Liberalisme sendiri merupakan hasil dari penerapan sekularisme yang menjadi asas hidup bernegara hingga bermasyarakat. Yaitu memisahkan peran agama dari kehidupan. Kemudian meniscayakan adanya pembangkangan oleh hamba kepada Tuhannya. Tatkala ia tidak mau diatur oleh Tuhannya. Sungguh mengakar pemikiran sesat seperti ini dalam diri pemuda. Sampai-sampai mencapai tahap kronis yaitu kekeliruan dalam memahami masalah pun juga solusinya.


Padahal jelas-jelas Allah Swt. sangat mengecam manusia yang menerapkan hukum selain Islam. Sebagaimana firman Allah Swt. yang artinya:


“Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?” (QS. Al-Maidah: 50)


Penerapan Islam Solusi Pendidikan


Maka dari itu, hendaknya sistem kufur seperti sekularisme kapitalisme liberalisme harus dijauhkan dari diri pemuda. Kemudian diganti dengan sistem Islam karena sistem Islam berasal dari wahyu Allah Swt. dan bukan berasal dari pemikiran manusia sebagaimana sekularisme tadi. Dengan demikian, Islam akan meniscayakan adanya pendidikan yang berkualitas.


Bahkan mampu melahirkan orang-orang yang tajam pemikirannya, cerdas dalam berbuat dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Hal ini hanya bisa didapatkan apabila orang-orangnya memunculkan perasaan takwa, lurus dan jernih hatinya sehingga bisa menerima kebenaran tanpa rasa ragu apalagi dalam melakukan tindakan.


Pemuda seperti ini hanya akan lahir dari penerapan sistem Islam secara kafah. Di mana Islam tidak diterapkan pada diri individunya saja, tetapi diterapkan juga dalam bentuk negara. Sebuah negara yang menjadi satu-satunya negara yang menerapkan Islam sebagai tata kelola kehidupannya. Bahkan sampai pada seluruh aspek yang dibutuhkan oleh masyarakat, salah satunya aspek pendidikan.


Pendidikan yang diterapkan akan menggunakan aturan yang sesuai dengan kitabullah dan sunah Rasul-Nya sehingga pola yang diterapkan adalah membina dan menumbuhkan pribadi yang berkepribadian Islam. Tentunya seluruh perbuatannya akan terikat dengan hukum syarak, termasuk halal dan haramnya sesuatu.


Khatimah


Dengan menerapkan sistem Islam, maka kaum muslim akan kembali mendapatkan kemuliaan. Mulia sebagai manusia, pun juga sebagai hamba. Bahkan para pemudanya akan tumbuh menjadi pribadi yang karismatik dengan Islam.


Menjadi ulama sekaligus ilmuwan yang terkemuka. Untuk menggapai cita-cita besar ini, kaum muslim harus segera disadarkan. Tentu saja melalui dakwah Islam secara kafah. Wallahualam bissawab. [GSM/MKC]

Kala Pendidikan Rumit, Para Pendidik Ikut Sulit

Kala Pendidikan Rumit, Para Pendidik Ikut Sulit

 


Sungguh tidak masuk di akal, di satu sisi ingin melahirkan generasi yang berkualitas

namun tidak mau melahirkan pendidik yang berkualitas


________________


Penulis Siti Nurtinda Tasrif 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah Kampus


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Pendidikan adalah kebutuhan. Pendidikan merupakan kebutuhan primer yang secara umum harus didapatkan oleh seluruh rakyat, terkhusus bagi negara Indonesia.


Pendidikan adalah awal untuk memulai segala hal, termasuk untuk meraih kebangkitan diri melalui pemikiran. Juga dapat membangun masyarakat, bahkan membangun dunia yang lebih baik. Hal ini semua bisa dicapai melalui pendidikan bukan yang lain.


Hal ini akan terjadi pada lembaga yang memiliki para pendidik yang berdedikasi, cekatan, dan berkualitas. Sebuah lembaga yang baik adalah yang menjadikan setiap pendidik dalam lembaganya terpenuhi kebaikan baginya. Terutama dalam masalah administrasi dan honor yang menjadi haknya. Tidak boleh diberikan kesulitan yang berlebihan apalagi honornya ditunda pemberiannya atau tidak sesuai akad penerimaan.


Seorang pendidik harus dihargai dengan baik, tidak boleh sampai ada tindak kezaliman terhadap para pendidik. Apalagi memberikan tugas administrasi yang sangat banyak bahkan sampai tidak fokus dalam mendidik generasi padahal tugas pokoknya adalah untuk mendidik dan membina generasi saja. Tidak perlu membuat pendidik kerepotan dengan masalah administrasi yang akan mengganggu konsentrasi pendidikan dalam mengajar.


Sebagaimana yang penulis kutip dari Republika.co.id (13-01-2025) bahwasanya Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) menyebut tidak ada anggaran tunjangan, baik tunjangan kinerja (tukin) maupun tunjangan profesi bagi dosen untuk tahun ini. Pemerintah kini tengah mengupayakan adanya tukin untuk para dosen berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN).


"Tukin ASN Dikti ini, sekarang Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) terus koordinasi dengan Kementerian Keuangan untuk implementasinya," kata Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno ditemui di Jakarta.


Pratikno mengatakan hal tersebut kini menjadi salah satu perhatiannya sebab hingga akhir pekan lalu dirinya juga melakukan komunikasi dengan Mendiktisaintek Satryo Soemantri Brodjonegoro. "Saya sudah cek juga sampai dengan weekend kemarin ke Pak Prof Satryo, tim beliau lagi koordinasi dengan Kementerian Keuangan," tambahnya.


Adapun terkait informasi yang mengatakan nihilnya tukin bagi para dosen ASN pada 2025, Pratikno menekankan hal tersebut akan menjadi pembahasan. "Justru itu, makanya kita bahas, karena kan itu kaitannya nanti juga dengan anggaran," tuturnya.


Beginilah potret pendidikan saat ini, di mana para pengajar terancam kehidupannya. Namun, terus dituntut untuk menghasilkan orang-orang yang berkualitas. Sungguh tidak masuk di akal, di satu sisi ingin melahirkan generasi yang berkualitas, tapi tidak mau melahirkan pendidik yang berkualitas. Apa bisa seperti itu? Tentu tidak. Pasalnya jika ingin menjamin kehidupan generasi sebelum itu jamin dulu kehidupan para pendidikannya.


Abainya Negara


Inilah potret pendidikan saat ini, semuanya akibat dari abainya negara dalam mengurus pendidikan. Bahkan negara membiarkan lembaga pendidikan mengurus dirinya sendiri. Tanpa adanya kontrol atau pengawasan darinya padahal negaralah yang memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan pendidikan.


Namun, semua itu hanya khayalan semu yang tidak akan pernah menjadi kenyataan. Semua ini karena negara saat ini tengah didera oleh sistem kufur buatan manusia yaitu kapitalisme sekularisme. Sistem yang lahir dari kejeniusan manusia dan bukan wahyu Allah Swt.. Kemudian sistem yang berorientasi kepada keuntungan pribadi dan bukan kemaslahatan bagi seluruh rakyat.


Sistem ini menjadikan negara hanya sebagai pembuat regulasi untuk melancarkan bisnis para oligarki dan korporasi. Sungguh menyedihkan, pendidikan menjadi sasaran empuk untuk terus dimanfaatkan dalam meraih keuntungan yang sangat besar. Apalagi dengan membuat pendidikan memiliki hak untuk mengurus dirinya sendiri.


Bahkan, sampai menjadikan pendidikan terpaksa melakukan berbagai macam cara untuk bisa mendapatkan dana dalam rangka mengembangkan lembaganya. Harus bekerja sama dengan para pebisnis kapital yang otaknya hanya tentang uang semata bukan yang lain. Hal ini menjadikan pendidikan sebagai komoditas serta kehilangan tujuan dasarnya yaitu menciptakan generasi yang bertakwa juga berbudi luhur.


Para pendidik pun semakin dilema kala tunjangan yang harusnya mereka dapatkan terus mengalami kesulitan. Sungguh ironis nasib para pendidik dalam kapitalisme ini. Dari banyaknya seluruh permasalahan di atas, harus membuat umat sadar bahwa dengan menerapkan kapitalisme, umat sudah menciptakan jurang kehancurannya sendiri. Saat ini hanya tinggal tunggu waktunya saja untuk siapa yang harus jatuh duluan kedalamnya.


Islam Jamin Hidup Pendidik 


Oleh sebab itu, penilaian harus didasarkan pada akal agar dapat mengetahui sistem yang tepat untuk diterapkan. Di mana selain kapitalisme yang diterapkan saat ini, terdapat sistem yang lain yaitu Islam. Islam merupakan sistem yang mengatur seluruh kehidupan baik dalam akidah maupun syariat. Dalam syariat Islam memiliki berbagai macam peraturan, salah satunya mengatur tentang pendidikan.


Pendidikan adalah hak bagi seluruh manusia baik laki-laki maupun perempuan. Negara akan menjamin seluruh kebutuhannya terpenuhi baik kehidupan murid atau pengajarnya. Islam memahami bahwa menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi seluruh manusia. Bahkan untuk menjamin terwujudnya pendidikan dengan baik, Islam memberikan kesejahteraan bagi pengajarnya.


Di mana Islam memberikan gaji yang sepadan tanpa membutuhkan administrasi yang rumit dan tidak perlu menunggu terlalu lama. Sampai-sampai kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya. Islam sangat memuliakan seorang pendidik karena mendidik merupakan ujung tombak dari generasi. Ujung tombak yang tajam akan mampu menghancurkan semua tantangan dan hambatan dengan baik. Oleh sebab itu, pendidik diberikan penghargaan yang luar biasa.


Selain itu, jaminan ini juga telah diatur dalam negara. Di mana negara yang paling berhak untuk menjamin hajat hidup pendidik bahkan seluruh masyarakat. Negara adalah pelayan umat dan merupakan tugas negara untuk menjamin kemaslahatan seluruh rakyatnya. 


Sebagaimana sabdanya Rasulullah saw. bahwasanya: "Ingatlah, setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggung jawab untuk apa yang dipimpinnya. Imam yang memimpin manusia adalah pemimpin dan dia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya...." (HR. Al-Bukhari)


Khatimah


Oleh sebab itu, untuk menyongsong kemaslahatan bagi seluruh umat, baik pendidik atau yang dididik. Baik individu, masyarakat atau negara. Harus ditegakkan kembali sistem Islam. Hanya Islam yang dapat menerapkan sistem Islam kemudian daripadanya akan lahir pemimpin yang amanah dan adil serta berkualitas atas dasar ketakwaan dalam menerapkan sistem Islam berdasarkan kitabullah juga Sunnah Rasulullah saw..


Hendaklah para pengemban terus berjuang untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam. Demi kembalinya kemuliaan Islam dan kaum muslim. Kemudian dapat memberikan rahmat bagi seluruh alam. Tidak hanya bagi kaum muslim, tetapi juga bagi orang kafir. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]

Pembullyan Siswa dalam Sistem Kapitalisme

Pembullyan Siswa dalam Sistem Kapitalisme

 


Negara seharusnya menjamin hak setiap rakyat 

untuk mendapatkan pendidikan yang bagus dan berkualitas


_________________________


Penulis Nurlina Basir, S.Pd.I 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Praktisi Pendidikan


KUNTUMCAHAYA.com, OPlNl - Pendidikan adalah kebutuhan primer bagi setiap orang.


Dalam Pasal 31 UUD 1945 negara Indonesia telah menetapkan bahwa, 1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. 2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Tidak ada orang yang tidak ingin berpendidikan atau sekolah bagaimanapun kondisinya. 


Program pendidikan dasar wajib belajar 12 tahun yang sudah dimulai sejak tahun ajaran 2015/2016 dengan harapan bisa mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, tetap saja masih banyak anak yang putus atau tidak sekolah. Tentu banyak faktor memengaruhi sehingga hal tersebut terjadi. 


Salah satu fakta yang terjadi di Medan bahwa ada seorang anak SD yang dihukum dengan duduk di lantai saat proses pembelajaran oleh gurunya. Hal ini terjadi disebabkan anak tersebut menunggak membayar SPP selama tiga bulan sehingga ia merasa malu terhadap teman-teman kelasnya. (kompas.com, 11-01-2025) 


Pendidikan Adalah Hak Setiap Rakyat


Negara seharusnya menjamin hak setiap rakyat untuk mendapatkan pendidikan yang bagus dan berkualitas. Pendidikan menjadi salah satu poin penting yang harus diperhatikan oleh penguasa terhadap rakyatnya.


Pendidikan adalah cara untuk mengentaskan kebodohan dan kemiskinan. Kalau rakyatnya cerdas akan mampu berkreasi dan berinovasi dalam bekerja. Begitu harapan dari pendidikan kita di Indonesia.


Namun, dalam kapitalisme negara belum sepenuhnya hadir secara nyata dalam mengurusnya. Hal yang nampak adalah kurangnya sarana pendidikan secara merata dan memadai. Terlebih di daerah-daerah yang masih tertinggal. Ada kualitas pendidikan yang akan menjadi imbasnya baik kepada pendidik maupun kepada peserta didiknya. 


Banyaknya sekolah swasta di negeri ini membuktikan bahwa negara menyerahkan pada swasta. Tercatat dalam data BPS bahwa sekolah swasta lebih banyak dibandingkan yang negeri. Jumlah sekolah negeri di semua jenjang sebanyak 171.509 sedangkan sekolah swasta 264.744. 


Pendirian sekolah swasta tentu banyak ragam pandangan. Misalnya, sekolah negeri banyak yang tidak mampu memberikan pendidikan yang berkualitas, tapi dengan beban belajar yang sangat tinggi. Menghasilkan lulusan yang hanya siap kerja, tapi minim akhlak apalagi nilai agama. Banyak juga yang berorientasi untuk mencari keuntungan sehingga pendidikan menjadi ladang bisnis. Ini adalah tanda kapitalisasi pendidikan.


Jika keadaannya seperti itu, berarti yang mampu mengakses pendidikan bagus hanya mereka yang memiliki kemampuan secara finansial, mengingat biayanya cukup tinggi. Bisnis dalam dunia pendidikan begitu menggiurkan walaupun tidak semua sekolah swasta seperti itu. Negara hanya bertindak sebagai regulator untuk mengatur mereka.


Pendidikan dalam Islam


Menurut Ustaz Ismail Yusanto dalam bukunya berjudul Menggagas Pendidikan Islam bahwa paradigma pendidikan yang berasas akidah Islam harus berlangsung secara berkesinambungan pada seluruh jenjang pendidikan yang ada, mulai dari TK hingga Perguruan Tinggi.


Sementara orientasi keluaran (output) dari pendidikan itu tecermin dari keseimbangan pada ketiga unsurnya yakni: pembentukan kepribadian Islam (syakhsiyah Islamiah), penguasaan tsaqafah Islam, dan ilmu-ilmu kehidupan (iptek dan keterampilan).


Jadi, tujuan dari pendidikan Islam tersebut sebenarnya sederhana. Siswa berkepribadian Islam dan menguasai Iptek untuk dikembangkan menjadi dasar bagi siswa dalam bekerja sebab seseorang yang memiliki ilmu sains, tapi tanpa dasar akidah yang kuat hal itu akan menghancurkan. Sebaliknya, jika ilmu sains beriringan dengan akidah yang benar ia akan membawa kebaikan.


Kasus dihukumnya siswa di Medan tidak akan terjadi ketika pendidikan bisa diakses secara gratis oleh semua kalangan. Pendidikan yang gratis adalah hak masyarakat dan kewajiban negara dalam menyediakannya sebab ini termasuk dalam layanan publik yang ditanggung langsung oleh negara baik untuk orang kaya maupun miskin, baik cerdas maupun tidak.


Mengenai pendanaan tersebut Islam mampu mewujudkannya sebab memiliki sumber dana yang begitu banyak. Dana untuk pendidikan didapatkan dari pos kepemilikan umum. Ada banyak sumber daya alam di negeri ini yang seharusnya dikelola oleh negara dan hasilnya diperuntukkan pada pelayanan publik. Bukan diserahkan kepada individu atau segolongan orang untuk diprivatisasi dan mereka menikmati hasilnya sendiri.


Dana tersebut juga untuk membiayai semua sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas serta wajib menyediakan guru yang berkualitas pula agar proses pembelajaran berjalan dengan baik. Hak-hak guru harus mereka dapatkan. Di mana pun wilayahnya baik di kota, desa, bahkan sampai daerah pedalaman pun harus diperlakukan sama. 


Kemiskinan yang membelenggu rakyat menyebabkan mereka sulit mendapatkan pendidikan yang layak. Oleh sebab itu, negara harus hadir untuk menyejahterakan rakyatnya melalui kebijakan-kebijakan yang memihak kepada mereka. Keterampilan yang didapatkan dari pendidikan, ketersediaan lapangan kerja, regulasi yang memudahkan, kebijakan politik yang mendukung, hukum yang adil adalah satu kesatuan yang tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Semua memiliki keterkaitan satu sama lain. 


Melalui layanan sistem Islam, maka peradaban Islam yang dulu pernah gemilang hingga 13 abad lamanya membuktikan bahwa sistem lslam dalam naungan Daulah lslamiah mampu memimpin dunia dan unggul di semua bidang. Wallahualam bissawab. [Luth-Dara/MKC]

Kala Penjajahan Menghancurkan Masa Depan

Kala Penjajahan Menghancurkan Masa Depan

 



Hanya negara Islam yang bisa melakukan pembebasan bagi negara-negara yang dijajah

Semua ini bisa terjadi ketika negara tersebut menerapkan Islam sebagai sistem peraturan hidupnya


____________________


Penulis Siti Nurtinda Tasrif 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah Kampus


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Pendidikan adalah hak
Pendidikan merupakan kebutuhan primer yang secara umum harus didapatkan oleh seluruh rakyat, khususnya bagi negara Indonesia.


Pendidikan adalah awal untuk memulai segala hal. Termasuk untuk meraih kebangkitan diri melalui pemikiran. Juga dapat membangun masyarakat, bahkan membangun dunia yang lebih baik. Hal tersebut bisa dicapai melalui pendidikan bukan yang lain.


Seluruh manusia apa pun agamanya, bahasanya atau warna kulitnya. Ia tetap berhak untuk mendapatkan pendidikan. Tidaklah patut bagi siapa pun di dunia ini merebut hak untuk mengenyam pendidikan. Tidak ada satu pun orang, masyarakat atau bahkan negara melarang orang lain mengenyam pendidikan.


Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Darinya akan didapatkan kebijaksanaan dalam mengambil sikap, mengambil keputusan bahkan merancang masa depan. Apa yang dituai itu yang akan ditabur, begitulah kata pepatah. Maka pemaknaannya adalah harus mulai dari pendidikan. Tanpanya bagaimana bisa seseorang bisa memulai sesuatu tanpa mengetahui ilmunya.


Sebagaimana kebutuhan akan masa depan yang begitu penting, maka mengenyam pendidikan pun sama pentingnya. Oleh sebab itu, setiap negara harus mampu menjamin kepentingan bagi seluruh rakyat yang dipimpinnya. Namun, apa jadinya jika negaranya sudah berusaha, tetapi dihalangi oleh negara lain untuk memenuhinya. Seperti yang dilakukan oleh Israel kepada Palestina, khususnya Gaza.


Sebagaimana dikutip dari bicaranetwork.com (08-01-2025) bahwasanya serangan udara yang dilakukan Israel telah menggempur sekolah tempat pengungsian Gaza. Dikabarkan bahwa empat warga Palestina meninggal dunia serta beberapa lainnya terluka ketika jet tempur Israel menggempur gedung Sekolah Halawa yang menampung pengungsi di Jabalia al-Balad, wilayah utara Gaza.


Menurut otoritas kesehatan setempat, serangan udara Israel yang terus berlanjut telah menewaskan 28 warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan. Serangan ini merupakan bagian dari agresi militer Israel yang dimulai sejak 7 Oktober 2023.


Sejak itu, lebih dari 45.885 warga Palestina tewas dan sekitar 109.196 lainnya mengalami luka-luka. Sebagian besar korban jiwa adalah anak-anak dan perempuan yang terjebak dalam kekerasan yang tak berkesudahan ini.


Apa jadinya jika anak-anak tengah muncul keinginan untuk bisa belajar? Namun akhirnya harus pupus dengan sangat menyedihkan. Anak-anak ini tidak hanya kesulitan untuk mengenyam pendidikan, tetapi harus meninggal di usia yang masih muda.


Gempuran ini telah merenggut masa depan anak-anak di Gaza. Akan tetapi, masyarakat di belahan dunia lainnya hanya bisa menangis dan menonton apa yang telah mendera warga Palestina di wilayah Gaza. Lalu, adakah upaya yang dilakukan oleh negara lain?


Penjajahan Harus Diakhiri


Nasib yang terus mendera Gaza bisa jadi akan dirasakan oleh negara di belahan dunia lainnya juga. Jika hal ini terus didiamkan, Israel akan terus melakukannya sampai mendapatkan apa yang diinginkannya.


Namun, yang menjadi tanda tanya kapan akan datang bantuan dari negara lain? Masalahnya Israel sebagai penjajah didukung oleh USA. Di mana USA menjadi penyumbang terbesar bagi kesuksesan Israel.


Sedangkan negara lain hanya bisa melongo melihat apa yang terjadi. Mengapa demikian? Karena negara-negara yang mayoritas adalah kaum muslim masuk ke dalam jaringan PBB sehingga mereka terikat dari padanya dan tidak memiliki hak untuk bertindak tanpa adanya persetujuan dari USA. Oleh sebab itu, untuk mengakhiri penjajahan ini akan terus menjadi harapan tanpa penyelesaian yang menyeluruh.


Di samping itu, kaum muslim yang tergerak hatinya terus melakukan bukti nyata dalam mendukung dan membantu Gaza. Di mana masyarakat di belahan dunia melakukan aksi bela Palestina, memberikan bantuan berupa makanan, obat-obatan, dan lainnya. Di samping itu, meramaikan seluruh media sosial untuk membantu saudara-saudara di Gaza, Palestina.


Hanya ini yang bisa dilakukan oleh masyarakat tidak lebih. Untuk melawan negara, harus dengan negara bukan masyarakat. Jika demikian yang terjadi, maka sampai kapan pun tidak akan ada yang namanya kemenangan. Untuk menghentikan penjajahan harus ada negara yang bisa menghentikannya. Negara ini tidak akan lahir dalam kapitalisme atau sosialisme yang pandangan hidupnya hanya untuk materi semata.


Di mana saat ini, negara menerapkan sistem yang tidak berasal dari hukum Allah Swt. sehingga menjadikan seluruh musibah, seperti terjadinya penjajahan yang luar biasa sadisnya. 


Sebagaimana firman Allah Swt. yang artinya: “Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?” (QS. Al Ma’idah: 50)


Jihad Solusi Penjajahan


Di samping memberikan bantuan finansial kepada masyarakat di Gaza, sebagian masyarakat juga menyerukan untuk diberlakukannya jihad sebagai solusi untuk membantu Palestina. Akan tetapi, masyarakat lupa bahwa jihad adalah kewajiban dari negara bukan masyarakat. Di mana jihad akan terjadi apabila negara yang mengadakannya bukan individu apalagi masyarakat.


Benar bahwa jihad adalah solusi untuk menyelesaikan penjajahan ini. Namun, jihad adalah hukum Islam. Hukum Islam hanya bisa diterapkan pada negara Islam. Masalahnya, apakah saat ini sudah ada negara Islam? Tidak ada. Negeri kaum muslim baru ada. Negara Islam maksudnya negara yang menerapkan sistem Islam, bukan kapitalisme apalagi sosialisme.


Harus dipahami dengan jelas bahwa ketika berbicara negara penjajah, maka akan berbicara negara yang membebaskan. Dalam sejarah, hanya negara Islam yang bisa melakukan pembebasan bagi negara-negara yang dijajah. 


Semua ini bisa terjadi ketika negara tersebut menerapkan Islam sebagai sistem peraturan hidupnya. Sudah jelas bahwa solusi dari masalah ini adalah dengan menerapkan sistem Islam. Alhasil, Palestina bisa terbebas dari penjajah Zionis Israel.


Khatimah


Sesungguhnya dunia di bawah kepemimpinan kapitalisme sudah di ujung tanduk. Penjajahan dipelihara, kemiskinan dunia karena ekonomi liberal kapitalistik, dan penyakit masyarakat karena sistem sosial yang sekularistik. Menjadikan umat Islam terus dalam kesengsaraan. Menawarkan syariat sebagai solusi tuntas terhadap permasalahan dunia menjadi urgensi saat ini.


Hanya Islam yang mampu menjawab tantangan dunia sehingga mengembalikan kepercayaan umat Islam kepada aturan agama merupakan tugas yang memiliki kepentingan mendesak. Peran inilah yang harus dijalankan semaksimal mungkin, agar menjadikan dorongan besar di tubuh umat ini untuk kembali memperjuangkan tegaknya aturan Islam secara kafah. Dorongan yang didasarkan pada keimanan terhadap Allah Swt. dan hari akhir. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]