Alt Title

Cara Islam Membentuk Generasi Emas

Cara Islam Membentuk Generasi Emas

 



Negara dengan menganut sistem Islam akan menetapkan aturan

yang akan menjauhkan para remaja dari pemikiran yang tidak berasal dari Islam


____________________



KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Dilansir dari Voi.id 16-02-2025, berdasarkan Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey pada tahun 2024, didapati bahwa sebanyak 15,5 juta remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental. Yang mana hal itu setara dengan 34,9% dari total remaja di Indonesia. Tentu, isu ini menjadi perhatian bersama.


Hal itu diungkap oleh Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga atau Wakil Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN) Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, S.E.


Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, termasuk bagi remaja. Pengaruh media sosial telah menciptakan standar dalam gaya hidup dan pencapaian. Standar ini dapat menjadi acuan bagi remaja dalam membentuk identitas diri mereka.


Berbagai platform media sosial yang ada, selain berfungsi sebagai alat penghubung untuk mengakses berbagai informasi dengan cepat, juga memudahkan kita berkomunikasi dengan siapa pun, hingga menjadi sarana edukasi dan kreativitas. Namun, penggunaan media sosial yang berlebihan atau tidak bijak dapat memengaruhi kondisi kesehatan mental generasi muda. Bahkan, anak usia lima tahun ke atas di Indonesia sudah mengakses internet untuk media sosial.


Banyak remaja yang mengalami masalah kesehatan mental akibat ketergantungan pada media sosial, yang dapat membuat mereka cenderung menutupi diri dan terisolasi, merasa cemas, serta kurang percaya diri karena kepercayaan diri mereka ditentukan oleh standar yang ada di media sosial.


Selain masalah mental pada remaja, fenomena lain yang semakin berkembang adalah konsep childfree di kalangan generasi muda. Semakin banyak orang muda yang merasa takut untuk menikah atau memilih untuk tidak memiliki anak. Data terbaru dari BPS (Susenas 2022) menunjukkan bahwa sekitar 72 ribu atau 8,2 persen perempuan memilih untuk tidak memiliki anak.


Masalah mental yang terjadi akibat pengaruh standar media sosial ini merupakan dampak dari penerapan kapitalisme sekularisme dalam berbagai aspek kehidupan. Misalnya, pendidikan sekuler menghasilkan remaja dengan perilaku liberalisme.


Liberalisme adalah paham atau ideologi mainstream yang memprioritaskan kebebasan individu sebebas-bebasnya dalam segala aspek. Saat ini, semakin jelas terlihat bahwa masyarakat menganut sistem sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Dengan demikian, negara telah gagal membentuk generasi menjadi lebih baik.


Sudah dipastikan bahwa sistem demokrasi yang dianut oleh negara Indonesia tidak menyelesaikan permasalahan yang mengakar di tengah masyarakat. Berbeda dengan negara yang di dalamnya terdapat sistem Islam. Negara dengan menganut sistem Islam akan menetapkan aturan yang akan menjauhkan para remaja dari pemikiran yang tidak berasal dari Islam.


Demikian, sistem ini akan melahirkan generasi emas yang cemerlang, seperti pada zaman kekhalifahan Sultan Muhammad Al-Fatih, sang penakluk Konstantinopel. Segala sesuatu yang berjalan dalam aturan Islam akan membentuk generasi muda yang berlandaskan syariat agama Islam.


Di sinilah, peran orang tua sangat penting dalam menjaga kesehatan mental anak dengan menanamkan nilai-nilai agama dan mengarahkan segala aktivitas menuju kebaikan yang positif. Hal ini dapat bermanfaat bagi anak, seperti dengan menyibukkan mereka dalam kegiatan belajar Islam secara menyeluruh, mengerjakan tugas sekolah, atau membantu meringankan pekerjaan orang tua.


Islam mewajibkan negara untuk membangun sistem pendidikan yang berdasarkan akidah Islam. Selain itu, negara berkewajiban mempersiapkan orang tua dan masyarakat agar dapat mendukung proses pembentukan generasi yang akan membangun peradaban Islam yang mulia dengan mental yang kuat. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]


Fauziah Al Ghauri