Alt Title

Gen Z Dilanda Krisis Paruh Baya, Islam Solusi Nyata

Gen Z Dilanda Krisis Paruh Baya, Islam Solusi Nyata

 


Pemuda adalah harapan bangsa dan agen perubahan

Rakyat menggantungkan nasib negerinya pada para pemuda

______________________________


Penulis Dewi Jafar Sidik

Tim Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Kahfi [18]: 13. “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah para pemuda yang beriman kepada Tuhannya, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.”


Ayat Al-Qur’an di atas merupakan penggalan kisah tujuh pemuda Ashabul Kahfi, pemuda yang mempunyai akidah dan keimanan yang kukuh dan teguh. Mereka dapat membedakan mana yang benar dan salah, bersabar menghadapi cobaan, serta berani menentukan sikap dalam menentukan pilihan. Prinsip mereka kuat, sekuat baja. Demi menyelamatkan keimanannya, mereka berlindung di dalam gua. 


Namun, dalam kehidupan saat ini sosok pemuda yang akidah dan imannya kuat seperti pemuda Ashabul Kahfi sudah jarang ditemukan. Pasalnya dalam kehidupan saat ini, yang dipengaruhi oleh sistem sekuler adanya pemisahan agama dengan kehidupan menjadikan kehidupan pemuda mudah labil karena tidak mempunyai landasan agama dalam kehidupannya. 


Sebuah fakta mengejutkan. Studi terbaru mengungkapkan bahwa Generasi Z (Gen Z) tengah menghadapi krisis paruh baya (midlife crisis) lebih awal dari seharusnya. Studi menyatakan bahwa sebanyak 38 persen dari Gen Z mengalami krisis paruh baya diakibatkan tekanan finansial yang luar biasa. (lifestyle.okezone.com, 18-1-2025)


Krisis paruh baya adalah suatu keadaan mental yang dialami seseorang ketika memasuki umur paruh baya, kisaran 40-60 tahun. Biasanya ditandai dengan perasaan takut, bingung, khawatir, akan kenyataan bahwa hidup makin mendekati masa tua. Kondisi seperti ini sekarang telah melanda sebagian dari Gen Z (kelompok usia 13-28 tahun). Fenomena ini menunjukkan bahwa kondisi Gen Z sedang tidak baik-baik saja.


Buah Kapitalisme


Sistem kapitalis menjadikan kehidupan Gen Z dilanda berbagai permasalahan. Demikian tampak dari penerapan sistem ekonominya, politiknya, sosialnya yang liberal dan materialistik, hingga sistem pendidikannya.


Sistem ekonomi kapitalisme menjadikan Gen Z harus merasakan bekerja dengan upah yang tidak sepadan dan minim. Nampaknya dunia usaha pun lebih memihak pada pengusaha besar, ketimbang pada Gen Z sehingga mereka merasa sulit jika hendak mengembangkan bisnis usahanya. Mirisnya lagi, sistem saat ini tidak menjadikan negara sebagai raain, pihak yang bisa menjamin kebutuhan hidup rakyatnya. Akibatnya, Gen Z dan masyarakat mudah merasakan putus asa tersebab kehidupan mereka belum ada kesejahteraan.


Sistem politik yang bertumpu pada kapitalisme menjadikan beban hidup masyarakat termasuk Gen Z makin berat. Kapitalisme melestarikan kekuasaan oligarki. Berbagai kebijakannya, seperti pungutan pajak yang beragam dan makin naik, subsidi yang berkurang, tarif listrik dan air yang kian mahal, hingga digulirkannya regulasi yang sering kali memihak pada korporasi. Semuanya menyebabkan hidup masyarakat termasuk Gen Z penuh dengan kesulitan dan kesempitan.


Sistem sosial yang materialistik dan liberal turut pula memengaruhi kehidupan Gen Z, menjadikan hidup mereka tanpa arah dan tujuan yang jelas. Media sosial turut membawa pengaruh yang kurang baik bagi perilaku mereka yang sering kali merasa takut ketinggalan (FOMO) terhadap sesuatu yang sedang tren.


Kehidupan dianggap hanya untuk mengejar materi dan menganggap sumber kebahagiaan adalah ketika memiliki banyak harta dan kekayaan. Kerja keras terkadang hanya untuk melunasi utang kredit barang untuk melengkapi gaya hidup mereka. Akibatnya, kesehatan mental mereka sering terganggu.


Sistem pendidikan yang sekuler menjadikan Gen Z tumbuh tanpa ajaran dan tuntunan agama. Pemahaman liberal dan materialistik mendominasi pola pikir mereka. Pendidikan berkualitas sulit dijangkau karena nyatanya harus membayar dengan harga mahal dan tidak merata.


Kondisi ini menjadikan Gen Z tumbuh tanpa pendidikan yang memadai. Minim literasi dan kemampuan kerja yang rendah menjadikan keterampilan mereka jauh di bawah rata-rata. Inilah yang menyebabkan Gen Z acap kali rapuh dan merasa tertekan.


Gen Z Harus Sadar


Gen Z harus menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi, dialami oleh mereka dan juga masyarakat pada dasarnya merupakan buah dari penerapan sistem kehidupan sekuler kapitalis. Kehidupan ini sangat berbeda dengan kehidupan Islam yang asasnya akidah Islam dan mengharuskan manusia mengetahui potensi dirinya serta memahami realitas kehidupannya.


Krisis paruh baya yang telah melanda Gen Z semata-mata karena kehidupan ini telah dipengaruhi oleh sistem yang bukan dari Islam. Potensi Gen Z yang begitu besar menjadi tidak terlihat, Gen Z yang tumbuh dalam zaman digital, sejatinya mahir menggunakan teknologi sehingga mereka akan sangat bisa beradaptasi terhadap teknologi baru.


Andai Gen Z dapat memahami akidah Islam dengan baik, tentu mereka akan memahami tujuan penciptaan seorang hamba hanya untuk beribadah kepada Allah Swt.. Seluruh amal perbuatan manusia berpijak pada perintah dan larangan Allah Swt..


Gen Z akan bersemangat menjadi manusia yang baik, yakni yang bermanfaat untuk sesamanya. Dengan potensi yang Gen Z miliki dalam menggunakan teknologi akan mereka persembahkan hanya untuk kebaikan umat. Ini sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad, Ath-Thabrani, Ad-Daruquthni)


Oleh karena itu, Gen Z harus dibangun kesadarannya akan perkara penting yaitu kewajiban mengembalikan lagi kehidupan Islam dengan menerapkan seluruh aturan Allah Swt. sebab jika aturan Islam diterapkan secara menyeluruh dalam kehidupan umat, maka akan membawa keberkahan dan kemuliaan bagi peradaban umat manusia.


Pemuda adalah agen perubahan dan harapan bangsa. Umat menggantungkan nasib negerinya pada para pemuda. Oleh karena itu, masalah krisis paruh baya (midlife crisis) tidak seharusnya mereka alami. Mereka mestinya mengetahui makna kehidupan itu sendiri, termasuk mengetahui di mana saja kerusakan kehidupan bisa terjadi.


Penutup


Walhasil, para pemuda harus sadar dan melek politik secara Islam. Dengan memakai sudut pandang Islam, memandang politik tidak lagi sekadar tentang kekuasaan, melainkan mengurusi urusan umat secara keseluruhan. Mereka pun harus paham ranah mana yang boleh ditempati dan mana yang tidak boleh ditempati oleh kaum muslim.


Jika pemuda mampu melek politik Islam, mereka akan mampu memegang teguh kebenaran sebagaimana pemuda Ashabul Kahfi memegang kebenaran dan mempertahankannya. Oleh karena itu, pemuda tidak perlu kawatir ikut berpolitik dan harus peduli terhadap politik. Andai mereka mau berjuang dengan memakai politik Islam untuk rakyat, pemuda seperti Ali bin Abi Thalib dan Muhammad Al Fatih bisa saja akan terlahir kembali. Wallahualam bissawab.