Alt Title

Kapitalisme Biang Matinya Jiwa Menasihati

Kapitalisme Biang Matinya Jiwa Menasihati

 



Mudah untuk mendendam dan menyakiti sehingga fitrah manusia

untuk saling menasihati berpotensi menjadi terkikis

_______________________


Penulis Inge Oktavia Nordiani

Kontributor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Hidup hari ini serba tidak aman di tengah kebutuhan hidup yang semakin sulit. Kehidupan yang sulit akan memunculkan pula tingginya tingkat kriminalitas.


Fitrah-fitrah kemanusiaan semakin tercerabut. Impitan kehidupan dan tidak mudahnya akses untuk meng-upgrade keimanan meniscayakan kehidupan yang acuh.


Upaya membuat kebenaran menjadi relatif pun gencar dinarasikan. Kehidupan menjadi semaunya sendiri mengikuti keinginan perut dan hawa nafsunya. Hal ini sangat mungkin terjadi dalam sistem sekularis-kapitalistik yang terjadi mengedepankan asas manfaat di dalam pengambilan keputusan suatu masalah 


Menyeru Kebaikan Menjadi Ancaman


Tidak sedikit hari ini kasus-kasus upaya pembunuhan dengan modus tidak terima terjadi di kota besar hingga di pelosok negeri. Sebagai contoh kejadian yang terjadi di kota Bekasi. 


Sandi Permana seorang artis pemeran dalam sinetron Mak Lampir. Ia ditusuk di beberapa bagian tubuhnya oleh tetangganya sendiri. Istri Sandy, Ade Andriani curiga pelaku sakit hati karena ia ditegur soal kebiasaannya yang suka mabuk-mabukan di lingkungan perumahan. 


Teguran itu diberikan kala rapat RT beberapa bulan lalu. Diduga lama memendam kebencian, pelaku berakhir melakukan pembunuhan dengan menusuk menggunakan obeng. Pelaku juga melukai wajah dan badan korban menggunakan pisau. (Suara.com, 14/01/2025)


Berita senada juga terjadi di ujung timur Pulau Madura tepatnya di Kepulauan Kangean-Sumenep. Motor seorang guru di Celong-Kangean dibakar pemuda pengangguran. Motor milik Nordin warga desa Pajenangger, Kecamatan Arjasa Pulau Kangean ludes terbakar.


Peristiwa ini diduga diawali pada saat pelaku merasa tersinggung dengan isi wejangan yang disampaikan korban pada saat upacara bendera. Pelaku murka karena korban nyenggol kebiasaan anak muda di kampung yang suka mabuk-mabukan. Pada saat pulang sekolah korban dihadang pelaku bersama teman-temannya di tengah jalan hingga terjadi keributan. Beruntung tidak sampai terjadi pembunuhan. Nordin diamankan oleh warga sementara sepeda motornya dibakar (Detik Jatim, 15-01-2025)


Mahalnya Budaya Menasihati


Apa yang terjadi pada dua contoh kasus di atas sangat berdampak terhadap kondisi psikologis seseorang. Sejatinya manusia adalah makhluk sosial. Saling menasihati dengan cara terbaik sudah tentu merupakan konsekuensi logis dari hidup sosial.


Namun, kehidupan sekuler-kapitalistik hari ini menjadikan kita menjadi orang-orang yang bersifat individualistis. Memandang Hak Asasi Manusia (HAM) secara kebablasan hingga sikap merasa urusanku-urusanku dan urusanmu-urusanmu. Tidak peduli apakah yang dilakukan adalah sebuah kemaksiatan ataupun bukan. 


Akibat dari sikap ini adalah ketika ada seseorang menegur dan menasihati yang terlahir adalah rasa sakit hati. Mudah untuk mendendam dan menyakiti sehingga fitrah manusia untuk saling menasihati berpotensi menjadi terkikis sedikit demi sedikit. Bahkan cari aman, menahan diri untuk tidak menegur dan menasihati.


Islam sebagai Solusi Pasti


Islam tidak mengajarkan sikap individualistis. Justru ketika di dunia adalah saatnya manusia untuk saling menegur, menasihati dan memotivasi dengan cara yang baik. Sebagaimana Islam adalah agama nasihat di mana tuntunan ajaran agama ini harus dilestarikan sebelum hari pembalasan nanti. Manusia akan bertanggung jawab atas dirinya sendiri.


Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-An'am: 94,


وَلَقَدْ  جِئْتُمُوْنَا  فُرَا دٰى  كَمَا  خَلَقْنٰكُمْ  اَوَّلَ  مَرَّةٍوَّتَرَكْتُمْ  مَّا  خَوَّلْنٰكُمْ  وَرَآءَ  ظُهُوْرِكُمْ  ۚ وَمَا  نَرٰ ى  مَعَكُمْ  شُفَعَآءَكُمُ  الَّذِيْنَ  زَعَمْتُمْ  اَنَّهُمْ  فِيْكُمْ  شُرَكٰٓـؤُا  ۗ لَقَدْ  تَّقَطَّعَ  بَيْنَكُمْ  وَضَلَّ  عَنْكُمْ  مَّا  كُنْتُمْ  تَزْعُمُوْنَ


"Dan kamu benar-benar datang sendiri-sendiri kepada Kami sebagaimana Kami ciptakan kamu pada mulanya, dan apa yang telah Kami karuniakan kepadamu, kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia). Kami tidak melihat pemberi syafa'at (pertolongan) besertamu yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu (bagi Allah). Sungguh telah terputuslah (semua pertalian) antara kamu dan telah lenyap dari kamu apa yang dahulu kamu sangka (sebagai sekutu Allah)." 


Islam sangat menganjurkan umatnya untuk saling menasihati sebagai tanda rasa saling menyayangi. Justru tidak ada rasa sakit hati. Kondisi seperti ini membutuhkan peran pemimpin negara yang tentu kembali pada napas Islam sehingga pola pikir dan pola sikap masyarakatnya menjadi sesuai dengan tuntunan Islam.


Bi'ah (kebiasaan) menasihati menjadi hal yang lumrah. Bahkan selain bisa membuat seseorang lebih baik berdampak pula pada menyelamatkannya dari azab Allah. Amar makruf nahi mungkar harus senantiasa dilazimkan dalam kehidupan.

 

Sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. At-Taubah: 71,


وَالۡمُؤۡمِنُوۡنَ وَالۡمُؤۡمِنٰتُبَعۡضُهُمۡ

اَوۡلِيَآءُ بَعۡضٍ‌ۘ يَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡكَرِ وَيُقِيۡمُوۡنَ الصَّلٰوةَ وَيُؤۡتُوۡنَ الزَّكٰوةَ وَيُطِيۡعُوۡنَ اللّٰهَ وَرَسُوۡلَهٗ‌ؕ اُولٰۤٮِٕكَ سَيَرۡحَمُهُمُ اللّٰهُؕ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيۡزٌ حَكِيۡمٌ


"Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan salat, menunaikan zakat dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi Rahmat oleh Allah. Sungguh Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana." 


Ustaz Ismail Yusanto mengatakan risiko-risiko paling besar dalam perjuangan ialah mati. Tapi apakah yang tidak berjuang tidak akan mati? Berarti mati bukanlah risiko perjuangan karena yang tidak berjuang juga akan mati.


Oleh karena itu, sifat individualisme mendesak untuk dienyahkan agar tidak mematikan fitrah menasihati sehingga keseimbangan dalam kehidupan dapat berjalan dengan baik. Wallahualam bissawab. [SM/MKC]