Alt Title
Negeri Oplosan Ramadan Buka-Bukaan

Negeri Oplosan Ramadan Buka-Bukaan

 


Negeri oplosan Ramadan momentum Allah menunjukkan jalan

Terbuka semua tabir kebusukan dari bangkai yang tersimpan


___________________


Penulis Hanif Kristianto 

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, PUISI - Apakah betul masih ada yang asli di negeri ini?
Sistem negara aja mengadopsi demokrasi
Asalnya dari Yunani kuno yang tak menjawab masalah manusia zaman kini
Bikin modar urusan di sana-sini


Apakah masih ada yang jujur di negeri ini?

Tukang ngibul dan penipu merajalela di sana-sini

Dipertontonkan di berita media yang disaksikan jutaan manusia

Pelakunya tak pernah malu disebut tak tahu meski manusia mengetahuinya


Apakah masih ada adil di negeri ini?

Main tangan dan hakim sendiri hadir sebagai algojo di muka bumi ini

Merasa sakti dan berkuasa sikat yang tiada suka

Tak lagi berpikir dosa yang penting puas menumpahkan darah


Oplosan kini menjadi oposan

Menipu jutaan rakyat demi dunia yang fana dan sesaat

Seolah harta melimpah mampu menyelamatkannya

Padahal tiada berguna jika tak digunakan ibadah dan amal saleh lainnya


Negeri oplosan kosong dari isi membela kepentingan rakyat

Semua dikomoditikan dan dibisniskan

Jutaan rakyat menjadi obyek mengeruk kekayaan

Segelintir orang dalam rakus, tamak, dan hamba kebendaan


Negeri opolosan Ramadan buka-bukaan

Ketika setan ramai dibelenggu

Pintu neraka ditutup rapat-rapat

Banyak dari mereka diborgol dan masuk bui dengan tanpa malu diri


Negeri oplosan Ramadan momentum Allah menunjukkan jalan

Terbuka semua tabir kebusukan dari bangkai yang tersimpan

Busuk tetaplah busuk

Bohong tetaplah bohong


Mau dikata apalagi akan kondisi negeri ini?

Ramadan waktu merefleksi malah pusing mikirin hidup sendiri

Tak peduli kanan dan kiri

Penguasanya malah sibuk memoles citra dan tak berani menentukan arah sendiri


Negeri oplosan

Warganya keceplosan

Bayar di mana-mana

Memuluskan yang ditunda-tunda 


Negeri oplosan

Ramadan menghadirkan keaslian

Ramadan telah membuka mana yang haq dan mana yang batil

Ramadan telah menampar muka bagi yang flexing seolah jadi orang peduli sedunia [Dara/MKC]

Program MBG Setengah Hati, Islam Punya Solusi

Program MBG Setengah Hati, Islam Punya Solusi




Islam sebagai sistem kehidupan memiliki solusi hakiki 

dalam menangani masalah gizi masyarakat

______________________


Penulis Neni Maryani

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pendidik


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Dana makan bergizi gratis (MBG) adalah anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah untuk menyediakan makanan bergizi secara gratis bagi masyarakat yang membutuhkan. Program ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat dengan memastikan akses nutrisi yang baik.


Dalam pelaksanaannya, dana MBG tidak boleh digunakan untuk "sharing" atau dibagi-bagi ke program lain. Pemerintah daerah (Pemda) hanya boleh membantu dalam hal infrastruktur pendukung program ini, bukan dalam pendanaan langsung.


Program makan bergizi gratis (MBG) seharusnya menjadi terobosan untuk mengatasi masalah gizi bagi peserta didik dan kelompok rentan seperti ibu hamil, menyusui, balita, dan lansia. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa program ini masih jauh dari kata ideal.  Kapasitas dapurnya hanya mampu menyediakan 3.500 porsi makanan, sedangkan kebutuhan untuk peserta didik saja mencapai 3.300 porsi, hanya tersisa 200 porsi untuk kelompok rentan lainnya. (kompas.com, 18-02-2025)


Dari angka tersebut, terlihat jelas bahwa MBG bukanlah solusi komprehensif. Skema yang diterapkan justru menunjukkan lemahnya perencanaan dan ketidaksiapan pemerintah dalam menangani masalah gizi secara serius. Apalagi jumlah yang terbatas ini belum tentu bisa mencakup seluruh ibu hamil, menyusui, balita, dan lansia yang membutuhkan. Ini menunjukkan bahwa MBG lebih bersifat tambal sulam dari pada solusi fundamental.


Akar Masalah: Sistem yang Tidak Berpihak pada Rakyat


Ketimpangan dalam distribusi gizi ini bukanlah hal baru dalam sistem saat ini. Penyebab utama dari masalah gizi di Indonesia adalah sistem ekonomi yang masih berbasis kapitalisme. Dalam sistem ini, pemenuhan kebutuhan dasar rakyat, termasuk pangan dan gizi, lebih banyak bergantung pada mekanisme pasar daripada tanggung jawab penuh negara. Akibatnya, banyak keluarga yang sulit memenuhi kebutuhan gizi karena faktor ekonomi.


Selain itu, keterlibatan pemerintah daerah yang hanya sebatas penyediaan infrastruktur menunjukkan lemahnya komitmen pemerintah dalam menjamin pemenuhan kebutuhan rakyat. Jika pemenuhan gizi masyarakat hanya bergantung pada sisa porsi dari MBG peserta didik, maka jelas bahwa program ini tidak dirancang untuk menjadi solusi mendasar bagi masalah gizi di Indonesia.


Program MBG yang ada saat ini masih jauh dari solusi yang diharapkan. Dengan keterbatasan anggaran dan perencanaan yang lemah, program ini tidak mampu memberikan dampak signifikan dalam mengatasi masalah gizi masyarakat. Masalah ini menunjukkan bahwa solusi parsial dalam kapitalisme tidak akan mampu menjamin kesejahteraan rakyat secara menyeluruh.


Solusi dalam Islam: Negara Menjamin Pemenuhan Gizi Secara Penuh


Islam sebagai sistem kehidupan memiliki solusi hakiki dalam menangani masalah gizi masyarakat. Dalam Islam, pemimpin (khalifah) bertanggung jawab sepenuhnya atas kesejahteraan rakyat, termasuk pemenuhan gizi. Rasulullah ﷺ bersabda:


"Imam (pemimpin) adalah pemelihara dan dia bertanggung jawab atas rakyatnya." (HR. Bukhari dan Muslim)


Islam mewajibkan negara untuk mengelola sumber daya alam dan kekayaan negara demi kemaslahatan rakyat. Dengan sistem ekonomi Islam, negara akan memiliki sumber dana yang cukup untuk memastikan setiap warga negara mendapatkan makanan bergizi tanpa harus bergantung pada "sisa porsi". Negara juga akan mengelola distribusi pangan dengan sistem yang adil, sehingga tidak ada kelompok yang tertinggal.


Dalam sejarah peradaban Islam, kebijakan seperti Baitulmal digunakan untuk menjamin kebutuhan dasar rakyat, termasuk pangan. Ketika terjadi kelaparan di masa Khalifah Umar bin Khattab, beliau tidak hanya mengandalkan solusi parsial, tetapi mengambil tindakan komprehensif dengan membuka gudang bahan pangan negara, membagikan makanan secara langsung kepada rakyat, serta memastikan distribusi yang merata.


Jika sistem ini diterapkan, maka masalah gizi di Indonesia bisa diselesaikan secara tuntas. Tidak ada lagi kasus di mana kelompok rentan hanya mendapatkan sisa dari peserta didik. Sebaliknya, setiap individu akan mendapatkan haknya secara layak sesuai dengan kebutuhan.


Hanya dengan kembali kepada sistem Islam, yakni menerapkan syariat Islam secara kafah, pemenuhan gizi masyarakat bisa dijamin secara menyeluruh. Negara akan bertanggung jawab penuh terhadap pemenuhan kebutuhan pangan rakyat, bukan hanya mengandalkan mekanisme pasar atau program berbasis sisa porsi. 


Oleh karena itu, umat harus menyadari bahwa solusi hakiki terhadap permasalahan ini hanyalah dengan menerapkan Islam secara kafah dalam seluruh aspek kehidupan. Wallahualam bissawab. [EA/MKC]

Retret di Ramadan

Retret di Ramadan

 



Retret Ramadan

Sudah banyak pencerahan untuk seruan ketakwaan


____________________


Penulis Hanif Kristianto 

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, PUISI - Mau menarik dari urusan duniawi pun bagaimana?
Hidup di alam serba kapitalisme yang terinstal dalam diri manusia
Tatkala penguasa tiada jaminan sandang, pangan, dan papan rakyatnya
Mustahil mengambil saripati Ramadan menjadi insan sempurna


Mau beristirahat dan merenung dalam sebuah pergumulan bagaimana?

Urusan duniawi di alam kapitalisme telah menyita waktu-waktu melupakan Sang Pencipta

Tatkala beribadah Ramadan dalam balutan sekularisme nyata

Kadang tiada beda ini Ramadan dan di waktu lainnya


Retret di Ramadan yang sarat akan hikmah

Bagi siapa pun yang mengambil pelajaran akan ketaatan total

Penguasa taat total kepada Allah yang telah mewajibkan syariah

Rakyat menopang ketaatan total dengan terus amar makruf nahi mungkar di sekelilingnya


Retret di Ramadan yang penuh cerita goresan duka

Tepat di awal Ramadan pekerja Sritex tak lagi masuk seperti biasanya

PHK pun melanda di mana-mana

Semua sibuk mencari dana umum siapa yang mau menanggung?


Ramadan membina kerohanian dalam balutan scale up pahala

Berebutan menempuh hari-hari dengan langgam harap rida-Nya

Setiap napas adalah zikir dan tasbih

Setiap lelaku adalah manifestasi penghambaan dalam jiwa terdalam


Ramadan membangun soliditas

Si kaya terbuka hati dan rasa dermawan di mana-mana

Sebagaimana Utsman bin Affan bagi makanan jumlah besar

Tatkala penduduk Madinah kekurangan pangan di bulan Ramadan


Ramadan mengokohkan perjuangan

Bulan Qur'an dibaca dan penuh perenungan

Sesungguhnya pinta Allah hanya satu

Manut Qur'an hidup tambah aman


Ramadan menyolidkan konsolidasi keumatan

Hitungan hari dengan meninggikan kalam Ilahi

Kalaulah Al-Qur'an dibaca dan ditadaburri

Niscaya setelah Ramadan semua dalam kemuliaan


Retret Ramadan

Sudah banyak pencerahan untuk seruan ketakwaan

Takwa sejati penguasa ialah takut kepada Allah dan Rasul-Nya

Takwa sejati penguasa ialah takut berbuat zalim dan tidak amanah atas kuasanya


Retret Ramadan

Sepanjang kisah Ramadan antara Ramadan

Sepanjang perjalanan hidup umat manusia di alam dunia

Jika Ramadan akan senantiasa tiba dan belum tentu semua bertemu dengannya [Dara/MKC]

Siapa yang Diuntungkan dengan Efisiensi Anggaran

Siapa yang Diuntungkan dengan Efisiensi Anggaran

 



Efisiensi ini juga dinilai keras ke kalangan bawah

tetapi lembek untuk kalangan atas

_________________________


Penulis Rayhana Radhwa 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah


KUNTUMCAHAYA.com, ANALISIS - Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana membujuk pihak hotel dan restoran agar tidak mengambil kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.


Ancaman PHK massal mengintai usai Presiden Prabowo Subianto menginstruksikan efisiensi, salah satunya kegiatan perjalanan dinas. Ini membuat pelaku usaha di sektor Meeting, Incentives, Conventions, and Exhibitions (MICE) mulai resah dan mengalami penurunan pendapatan. (cnnindonesia.com, 28-02-25)


Efisiensi Solusi Kusut dalam Kapitalisme


Memang, sebulan ini masyarakat Indonesia dipaksa menelan berbagai kabar pahit dari Pemerintah. Berawal dari Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja dalam Pelaksanaan APBN dan APBD Tahun Anggaran 2025 yang berisi efisiensi anggaran di hampir seluruh kementerian/lembaga dan badan. Target efisiensi ini mencapai Rp300 triliun. Efisiensi ini menjadi pro dan kontra di tengah masyarakat.


Pendukung keputusan efisiensi ini beralasan bahwa efisiensi merupakan kebutuhan negara yang sudah mengalami defisit anggaran. Beban utang yang semakin tinggi menjadi beban yang harus dihentikan. Pengeluaran yang selama ini dianggap pemborosan harus ditekan seperti perjalanan dinas, kegiatan seremonial, ATK, dll.


Di lain pihak, banyak pakar yang menilai efisiensi tak hanya berdampak pada ASN sebagai pegawai negara. Namun, efek domino dari efisiensi anggaran pemerintah ini akan dirasakan oleh masyarakat umum karena tidak bisa dimungkiri bahwa roda perekonomian masyarakat masih sangat bergantung pada pengeluaran belanja negara. Ditambah lagi, pascainstruksi dijalankan di sejumlah kementerian, banyak tenaga honorer maupun konsultan yang dirumahkan atau diputus kontrak. Efisiensi juga dinilai mempersulit operasional dan kinerja lembaga pemerintah.


Riset adalah salah satu korban efisiensi. Selain belanja jasa konsultan dan tenaga ahli di Kementerian Teknis dipangkas, Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi juga mengalami pemotongan anggaran riset. BRIN sebagai badan yang membidangi riset tak luput dari efisiensi. Kepala BRIN Tri Handoko saat Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi X DPR RI mengungkap bahwa lembaganya harus menghapus anggaran riset dan inovasi riset di 12 organisasi riset akibat pemangkasan yang signifikan tersebut (tirto.id, 13-02-25)


Menurut pengamat pendidikan Ubaid Matraji pemangkasan dana riset ugal-ugalan ini menunjukkan seolah pemerintah tidak butuh lagi data riset untuk sebuah kebijakan. Jika demikian, kebijakan pemerintah rawan dianggap hanya melandaskan pada bisikan-bisikan para kolega. (tirto.id, 13-02-25)


Lebih jauh lagi, UKT Perguruan Tinggi akan naik imbas dari efisiensi. Tentu tidak mengherankan karena periode ini sektor pendidikan tak lagi menjadi program prioritas.


Pakar Kebijakan Publik Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Achmad Nur Hidayat menambahkan efek negatif yang harus diwaspadai dari efisiensi anggaran yang signifikan. Pemangkasan anggaran yang drastis menurutnya akan berakibat pada penghentian proyek-proyek infrastruktur vital. Jalan-jalan yang rencananya diperbaiki terancam dibiarkan rusak. Proyek bendungan dan irigasi yang penting bagi sektor pertanian ditunda atau bahkan bisa jadi dibatalkan. (metrotvnews.com, 16-02-2025)


Awalnya, pemangkasan anggaran menyebabkan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai lembaga, seperti Lembaga Penyiaran Publik RRI dan TVRI. Beberapa keputusan PHK akhirnya dibatalkan karena tekanan publik. Namun, kejadian ini menimbulkan dampak psikologis dan ketidakpastian kerja bagi pegawai tetap menjadi permasalahan serius. 


Efisiensi anggaran disinyalir juga memiliki muatan politis. Bagaimana tidak, efisiensi anggaran tidak menyasar Dewan Perwakilan Rakyat. Pemerintah dianggap memiliki kekhawatiran peraturan-peraturan yang dibuatnya di masa datang akan dipersulit dan menuai hambatan jika anggaran dewan dipotong. Di sisi lain, banyak masyarakat yang bertanya-tanya hasil kinerja dewan karena awal periode pemerintahan ini sudah banyak kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada masyarakat. Namun, DPR tak berbuat apa-apa, misalnya larangan distribusi LPG 3 kg.


Efisiensi ini juga dinilai keras ke kalangan bawah, tetapi lembek untuk kalangan atas. Dengan besarnya proporsi efisiensi di ranah teknis, operasional, pelayanan, kajian, riset, dsb, ternyata tak sejalan dengan pengeluaran anggaran di level pejabat. Nyatanya, kabinet baru sangat gemuk. Jumlah menteri dan wakil menteri mencapai ratusan. Ditambah lagi staf khusus dan utusan khusus. Otomatis belanja gaji dan tunjangan kinerja untuk mereka juga bengkak. Belum lagi biaya protokolernya.


Efisiensi juga nampak tak berjalan di antara para pejabat bahkan presiden sendiri. Kunjungan luar negeri yang dirasa tidak penting membawa banyak rombongan dan protokoler. Pada perayaan Hari Republik India, Presiden Prabowo mengirimkan Kontingen Patriot Indonesia yang berjumlah 352 personel pasukan defile serta marching band. Rapat kabinet dengan konsumsi air minum premium yang harganya 10 kali lipat air minum mineral yang umum dikonsumsi masyarakat.


Semakin mengejutkan lagi, belakangan terkuak justru sebagian anggaran efisiensi akan disalurkan ke Dana Anagata Nusantara (Danantara). Sebuah lembaga investasi yang dimiliki pemerintah yang mengelola sejumlah BUMN. Kritik tajam tersampaikan oleh banyak pakar karena ternyata petinggi Danantara adalah petinggi-petinggi politik, rangkap jabatan para pejabat, ditambah mantan-mantan presiden. Aroma korupsi dan politik balas budi menguar menyakitkan hati rakyat yang tengah kesulitan ekonomi.


Fakta-fakta itu menunjukkan betapa penguasa dalam sistem demokrasi kapitalisme tidak berpihak kepada rakyat. Kekuasaan yang diraih melalui pemilu bak pertaruhan judi. Saat menang dan berkuasa, mereka akan berusaha mencari jalan memulihkan biaya kampanye dan memberikan imbalan budi bagi pihak-pihak pendukung selama pemenangan dan kampanye. Penguasa seperti ini akan mengkhianati rakyat dan menggerogoti harta kekayaan rakyat dari APBN.


Pos Pemasukan dan Pengeluaran Sistem Ekonomi Islam 


Dalam Islam, terpilihnya pemimpin negara melalui baiat membuat visi penguasa hanya tertuju pada kepentingan Islam dan rakyat. Kebijakannya akan sesuai syariat termasuk kebijakan penggunaan pendapatan negara yang masuk ke Baitulmal. Sistem keuangan dalam Islam terdiri dari pos-pos anggaran yang pengeluarannya telah diatur oleh syariat sesuai Al-Qur'an dan Sunnah. Pengeluaran-pengeluaran dilaksanakan sesuai tingkat prioritas. Dengan demikian, kebijakan pengeluaran sudah pasti efisien tanpa perlu adanya efisiensi.


Prioritas tertinggi dalam pengeluaran negara tentu pengeluaran untuk kepentingan hidup mati rakyat misalnya pembangunan rumah sakit dan segala macam peralatan dan obat medis, recovery bencana alam, dan yang semacamnya. Berikutnya terkait akidah dan syakhshiyah, di dalam Islam pendidikan itu kebutuhan primer yang harus dipenuhi negara.


Kemudian keamanan negara secara internal dengan pembiayaan peradilan dan satuan kepolisian, sedangan kedaulatan keluar dengan pembiayaan aktivitas jihad. Pengeluaran anggaran juga diperhitungkan dari pemerataan wilayah jadi tidak ada ceritanya anggaran untuk ibukota jor-joran, tapi masih banyak desa tertinggal.


Rencana proyek yang tidak prioritas baru dijalankan kalau masih ada anggaran. Namun, pendapatan negara Islam sangat besar karena bersumber dari zakat, sumber kepemilikan umum, serta berbagai macam pendapatan negara. Jadi sangat cukup memenuhi berbagai kebutuhan negara dan rakyatnya. Demikian secuil gambaran anggaran dalam Islam yang bisa dipelajari lebih lanjut dalam kitab Sistem Keuangan Daulah Khilafah karya Syaikh Abdul Qadim Zalum.


Islam juga menuntun sistem pengawasan dan peradilan yang tegas termasuk terhadap penggunaan anggaran negara. Seorang Qadhi Madzalim memiliki kewenangan untuk terus menerus mengawasi kebijakan negara apakah terdapat kezaliman atau tidak.


Pengawasan ini mencakup bila pemimpin negara menetapkan pengeluaran anggaran Baitulmal yang hanya menguntungkan sekelompok orang dan merugikan masyarakat umum akan ditindak. Seorang Qadhi Madzalim boleh langsung menuntut kelalaian khalifah tanpa adanya aduan bila bukti sudah didapatkan. Wallahualam bissawab.

Retret Kala Efisiensi, Kebijakan Minim Empati

Retret Kala Efisiensi, Kebijakan Minim Empati

 


Hal itu sungguh membuktikan bahwa negara abai

atas tanggung jawabnya sebagai pemelihara dan pelayan rakyat

________________________


Penulis Rida Asnuryah

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Praktisi Pendidikan (Guru)


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Sebanyak 505 kepala daerah hasil Pilkada 2024 mengikuti retret selama tujuh hari di Borobudur International Golf and Country Club di kawasan Akademi Militer, Lembah Tidar, Magelang, Jawa Tengah. Program pembekalan tersebut dilaksanakan pasca para gubernur, bupati, dan wali kota terpilih dilantik di Istana Negara, Jakarta, pada Kamis (20-02-2025).


Para kepala daerah mendapat pembekalan sekaligus arahan sebelum menjalankan pemerintahan di daerahnya masing-masing. Pembekalan itu meliputi tugas pokok atau utama pemerintahan daerah, program Asta Cita, pengelolaan APBD, keselarasan antara kepala daerah dan pusat, ketahanan nasional, serta wawasan kebangsaan. (Tirto.id, 19-2-2025)


Dinilai Tidak Tepat


Penyelenggaraan retret kepala daerah tersebut kini mengundang sorotan tajam dari berbagai pihak. Pasalnya, program ini digelar saat pemerintah baru saja melakukan efisiensi anggaran. Tak tanggung-tanggung, berdasarkan SE Mendagri Nomor 200.5/628/SJ, besaran biaya akomodasi, konsumsi, dan seragam retret untuk setiap kepala daerah sebesar Rp2.750.000 per hari sehingga total untuk keseluruhannya sekitar Rp11,1 miliar. Itu pun belum termasuk biaya-biaya lainnya. Acara retret tersebut juga dinilai akan mengganggu konsolidasi yang seharusnya dilakukan oleh Pemda.


Selain itu, program tersebut dipandang tidak memiliki urgensi dalam meningkatkan kinerja pemerintahan daerah. Peneliti dari Next Policy Shofie Azzahrah mengungkapkan bahwa urgensi retret kepala daerah perlu dipertimbangkan secara cermat, terutama terkait konteks waktu pelaksanaan dan dampaknya terhadap tata kelola pemerintahan daerah. Menurut pandangannya, momentum retret kepala daerah kurang pas karena digelar menjelang Ramadan.


Ini adalah masa yang amat krusial bagi pemda karena ia dihadapkan pada tantangan kesiapan stok pangan, pengendalian inflasi daerah, serta antisipasi lonjakan arus mudik. Tantangan-tantangan tersebut seharusnya mendapat perhatian lebih dari kepala daerah. Jika kepala daerah justru absen dari tugasnya dalam waktu yang cukup panjang karena retret, ada potensi ia bakal terlambat merespons permasalahan yang berkembang di daerahnya. (Tirto.id, 19-2-2025)


Ditambah efisiensi dana yang tengah diberlakukan berdampak pada kurangnya pelayanan pada rakyat, hal itu sungguh membuktikan bahwa negara abai atas tanggung jawabnya sebagai pemelihara dan pelayan rakyat. Negara hanya memosisikan diri sebagai operator dan fasilitator untuk korporasi. Peran ini kian menguat ketika diterapkan desentralisasi kekuasaan atau penerapan otonomi daerah.


Di sisi lain, dalam retret tersedia berbagai fasilitas yang mewah. Menjadi ironis ketika ada banyak rakyat yang hidupnya susah. Apalagi ini terjadi di tengah kebijakan efisiensi anggaran untuk menyukseskan MBG dan lain-lain. Ini menunjukkan bahwa para pejabat minim empati pada rakyat yang hidup susah, padahal harusnya muncul kesadaran akan tanggung jawabnya untuk menciptakan kebijakan yang mengutamakan kepentingan rakyat.


Inilah wajah suram negara dalam kapitalisme yang mencetak para penguasa minim empati.


Penguasa Adalah Raa'in


Lain halnya dengan kapitalisme, Islam menetapkan penguasa adalah raa'in atau pengurus rakyat yang akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Taala kelak.


Sebagaimana yang disampaikan dalam hadis Rasulullah saw.


الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ


“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR. al-Bukhari)


Kala pemimpin Islam hadir menerapkan syariat secara kafah, keadilan dan penegakan kebenaran bukan sebatas teori dan janji, melainkan betul-betul terealisasi.


Terkait relasi antara penguasa dengan rakyatnya, Islam memerintahkan seorang pemimpin harus senantiasa memperhatikan rakyatnya, dan mewajibkannya agar memerintah rakyat hanya dengan Islam. Sebaliknya, peringatan keras dialamatkan kepada para penguasa yang memperlakukan rakyat dengan pengurusan yang buruk.


Sebagaimana tercantum dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ma’qil bin Yasar, ia berkata,


“Aku mendengar Nabi saw. bersabda, "Tidak seorang hamba pun yang diberi kekuasaan oleh Allah untuk memimpin rakyat, lalu ia tidak memperhatikan mereka dengan nasihat, kecuali ia tidak akan mendapatkan bau surga." (HR. Bukhari)


Didukung sistem Islam dalam menjalankan tugas ini, penguasa akan mewujudkan kesejahteraan rakyat dan memenuhi berbagai kebutuhannya. Melalui berbagai kebijakan yang mengutamakan rakyat, baik langsung maupun tidak langsung. Islam memiliki sistem pendidikan yang mampu menghasilkan generasi pemimpin yang siap mengemban amanah kepemimpinan.


Ketika dibutuhkan pembekalan maka akan diadakan seefektif, seefisien mungkin, dan fokus pada konten pembekalan, bukan pada seremonial kemewahan yang menghamburkan uang rakyat.


Sejarah mencatat gambaran tersebut. Sosok pemimpin yang menerapkan kepemimpinan Islam telah dicontohkan oleh Rasulullah saw.. Keadilan beliau dalam menegakkan hukum sungguh terpancar nyata serta perlu diketahui, bahwa figur pemimpin Islam tidak berhenti pada diri Rasulullah Muhammad saw. saja. Akan tetapi, para khalifah setelah beliau pun terus melanjutkan konsep kepemimpinan beliau. Di antaranya Khalifah Umar bin Khattab, beliau sungguh pemimpin yang peduli dan sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya.


Imam Jalaluddin as-Suyuti dalam buku Tarikhul Khulafa mengisahkan bahwa Khalifah Umar adalah orang yang pertama kali membuat lumbung-lumbung cadangan makanan (seperti tepung gandum, kurma, kismis, dan air) di antara Kota Makkah dan Madinah. Tujuannya adalah agar para pedagang, musafir, atau bahkan orang-orang yang pergi haji dan umrah tidak kelaparan jika persediaan bekal mereka habis. Makanan-makanan ini dibagikan secara gratis bagi mereka yang membutuhkannya.


Inilah refleksi pemimpin dalam negara Islam, bukankah kini sudah saatnya kita turut mengulurkan tangan, menjadi salah satu roda penggerak untuk menyongsongnya?Wallahualam bissawab. [SM/MKC]

Gaza Menyambut Ramadan Masih dalam Penjajahan

Gaza Menyambut Ramadan Masih dalam Penjajahan



Pengkhianatan zionis atas perjanjian gencatan senjata terus terjadi

Semua ini terjadi karena umat Islam tidak memiliki pelindung atau junnah


________________________________


Penulis Anis Nuraini

Kontributor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Sekitar 70 warga Palestina tewas dalam serangan beberapa waktu lalu. Serangan ini menandakan entitas Yahudi tidak pernah bersungguh-sungguh menjalankan perjanjian gencatan senjata padahal Militer Hamas sudah membebaskan sandera Israel di Nuseirat, Gaza pada Sabtu, 22-02-2025. (cnbcindonesia.com, 22-02-2025)


Kondisi Gaza tak beranjak dari keterpurukan dan kesedihan. Meskipun gencatan senjata telah dilakukan Hamas dengan entitas Yahudi di pertengahan Januari lalu padahal Ramadan dan hari kemenangan di depan mata.


Ramadan di Gaza dalam Bayang-Bayang Zionis


Zionis Yahudi masih melakukan operasi militer. Kini mereka mengalihkan serangannya ke Tepi Barat. Pengkhianatan zionis atas perjanjian gencatan senjata terus terjadi. Semua ini terjadi karena umat Islam tidak memiliki pelindung atau junnah yang dapat melindungi harta dan darah mereka. Apalagi membela mereka dari gangguan kafir penjajah. Mereka diibaratkan seperti anak ayam yang kehilangan induknya, tiada tempat untuk berlindung.


Hilangnya junnah yang melindungi mereka sehingga Gaza menyambut Ramadan masih dalam penjajahan zionis. Akibatnya, mereka berjuang sendiri dan tidak ada yang peduli terhadap nasib mereka.


Akibat Sekat Nasionalisme 


Akibat nasionalisme, kaum muslim di sekelilingnya seolah tidak peduli dengan nasib mereka. Membiarkan penjajahan umat muslim di Gaza dan enggan melakukan pembelaan. Akibatnya, hidup mereka makin sengsara padahal mereka adalah saudara seiman dan seakidah kita sebab Tuhan kita sama yaitu Allah Swt., nabi kita sama yaitu Nabi Muhammad saw., kiblat kita sama yaitu Kabah, dan kitab kita pun sama yaitu Al-Qur'an.


Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat Donal Trump berencana merelokasi warga Gaza ke sejumlah negara sebab tidak aman dan layak dihuni oleh warga Gaza sehingga meminta negara tetangga lainnya untuk bersedia menampung penduduk Gaza, seperti Mesir, Yordania, dan Indonesia. Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk mempertahankan gencatan senjata antara Israel dengan Hamas.


Gencatan Senjata Hanya Tipu Daya


Rencana presiden AS dengan bentuk upaya mempertahankan gencatan senjata antara Hamas dengan zionis adalah bohong besar. Karena sejatinya ambisi presiden AS sangat jahat. Ingin mencaplok tanah Palestina setelah semua warga Palestina mengungsi ke negara lain sehingga dengan bebasnya Presiden Trump ingin menguasai dan mengambil alih Gaza dan berencana menjadikan ibu kota Yerusalem ini menjadi milik kaum Yahudi.


Sementara itu, para penguasa negeri muslim malah cenderung diam dan menjadi ‘pelindung’ zionis. Mereka memberikan jalan pada penjajah zionis untuk membantai warga Palestina. Memberikan berbagai bantuan berupa uang, senjata, bahkan bahan bakar kendaraan tempur yang dipakai untuk menggempur Gaza. Artinya, tangan para penguasa muslim telah berlumuran darah kaum muslim Palestina. Tanpa kecuali termasuk bayi dan anak-anak yang tidak berdosa.


Umat seharusnya makin menyadari pentingnya kepemimpinan Islam yaitu Daulah Islam untuk melawan dan mengusir orang-orang kafir dari tanah Palestina sebab kaum muslim pun diperintahkan untuk mengusir musuh-musuh mereka, sebagaimana firman Allah Swt. berikut:

وَٱقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ وَأَخْرِجُوهُم مِّنْ حَيْثُ أَخْرَجُوكُمْ

Artinya: "Perangilah mereka di mana saja kalian jumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian." (TQS. Al-Baqarah [2]: 191)


Pemimpin Islam sebagai pelindung dan perisai yang akan melindungi kaum muslim yang terjajah. Senantiasa akan menyeru kaum muslim dari seluruh dunia supaya membebaskan Palestina. Semuanya hanya dapat terwujud dengan jihad fi sabilillah untuk membantu para pejuang yang berada di sana. 


Negara Islam sebagai Perisai


Tegaknya Daulah Islam sebagai junnah membutuhkan dakwah dari kelompok dakwah Islam ideologis. Mereka yang menyeru umat untuk memahami Islam secara kafah dan berjuang dengan menempuh jalan sebagaimana kelompok dakwah Rasulullah saw.. 


Aktivitas ini hanya bisa dilakukan oleh kelompok dakwah ideologis Islam. Kelompok dakwah yang berlandaskan akidah yang akan mempersatukan umat kembali dengan dasar ukhuwah islamiah. Menyatukan pemikiran dan perasaan umat dengan Islam sehingga membuat kaum muslim dapat menggerakkan pemuda-pemuda di Timur Tengah. Mereka bangkit untuk melawan rezim dan bergerak ke Palestina untuk membebaskan Gaza dari tangan zionis Yahudi.

 

Hanya dengan syariat Islam di bawah kepemimpinan Daulah Islam saja yang mampu membebaskan Gaza sehingga seluruh kaum muslim, termasuk di Palestina dapat menyambut Ramadan dan beribadah di dalamnya dengan penuh suka cita. Wallahualam bissawab. [Eva/Dara/MKC]

Mengintip Hilal Memastikan Puasa di Awal

Mengintip Hilal Memastikan Puasa di Awal



Mengintip hilal bisa kok dipersatukan

Bersatulah dalam ibadah yang sama


___________________


Penulis Hanif Kristianto 

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, PUISI - Meski Indonesia sedang dirudung gelap
Semangat mengintip hilal begitu meluap
Pasca penghitungan dengan ilmu pengetahuan
Melihat hilal menjadi sunnah Nabi untuk mengawali Ramadan


Teropong-teropong obsevatorium disiapkan

Hitungan dalam ilmu falakiyah dikaitkan dengan sabda baginda

Hingga menjelang matahari terbenam

Semua mata menyaksikan baik dengan terang atau teropong pengetahuan


Mengawali puasa bisa kok serentak di mana-mana

Satu bumi satu bulan yang beredar dalam orbit kekuasaan-Nya

Pada tanda alam semesta agar manusia berpikir akan penciptaan semesta

Pelajaran penting dimensi menentukan awal Ramadan yang sebenarnya mudah


Berbeda wilayah tak jadi masalah

Batas nasionalisme imajiner bisa saja mencair

Kekokohan dan persatuan akidahlah ini perintah pertama dan utama

Begitulah selayaknya umat Islam beribadah sesuai perintah-Nya


Mengintip hilal memastikan puasa di awal

Bulan Al-Qur'an sebagai petunjuk dan penjelas manusia

Sebagai cahaya yang menerangi gelap Indonesia

Sebagai obat penawar yang menyembuhkan luka Indonesia


Mengintip hilal bisa kok dipersatukan

Bersatulah dalam ibadah yang sama

Bergabunglah dalam nuansa yang penuh berkah

Bersingkirlah dari paham yang sempit dengan batasan lokasi dan pecah belah


Mengintip hilal

Memastikan bulan baru telah menyapa

Manusia beriman bergembira

Harapan tingkatan takwa predikat utama


Mengintip hilal

Tanpa lupa memperhatikan nasib rakyat Indonesia

Ramadan ini tontonan penipuan menghiasi pemberitaan

Wajah gelap dari pengembat berwajah pejabat


Memastikan puasa di awal

Pada saat yang sama Ramadan mengajarkan banyak hikmah

Penguasa hendaknya kembali bertobat dan mendekat kepada Sang Pencipta

Berbanggalah ketika berkuasa menjunjung tinggi syariat di atas segalanya


Memastikan puasa di awal

Pada saat yang sama banyak yang terlunta-lunta dan terlantar atas kezaliman

Ciri takwa kolektif adalah mengambil pelajaran untuk terus berbenah

Bertakwa itu garis lurus dengan penegakkan syariat kafah [Dara/MKC]

Korupsi Tak Terbendung, Bukti Kegagalan Sistem Kapitalisme-Demokrasi

Korupsi Tak Terbendung, Bukti Kegagalan Sistem Kapitalisme-Demokrasi

 


Penerapan sistem kapitalisme-demokrasi telah mendorong seseorang

untuk saling memperebutkan jabatan, bahkan dengan jalan kotor sekalipun


_____________________


Penulis Anis Nuraini 

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Presiden RI Prabowo Subianto menyebut tingkat korupsi di Indonesia mengkhawatirkan. Ia menegaskan bakal membasmi koruptor yang merugikan negara.


"Tingkat korupsi di negara saya sangat mengkhawatirkan. Dan itulah, mengapa saya bertekad untuk menggunakan seluruh tenaga, seluruh wewenang yang diberikan kepada saya oleh konstitusi untuk mencoba mengatasi penyakit ini," kata Prabowo.


Hal ini disampaikannya di Forum Internasional World Governments Summit 2025 di Dubai, Uni Emirat Arab, yang dihadiri secara virtual, pada Kamis. (kompas.com, 13-02-2025)


Korupsi Semakin Menghawatirkan 


Korupsi di Indonesia diakui memang sangat mengkhawatirkan. Mirisnya, pernyataan untuk menghapus korupsi tidak sejalan dengan kenyataan di lapangan, korupsi makin tak terbendung. Banyak para pejabat dari tingkat eksekutif, yudikatif, hingga legislatif dan lain-lainya melakukan korupsi.


Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat selama 3 (tiga) tahun terakhir, kasus korupsi di Indonesia tahun 2021 jumlah kasus 533 dengan jumlah tersangka 1.173 orang, tahun 2022 sebanyak 579 kasus dengan jumlah tersangka 1.396, sepanjang tahun 2023 ada 791 kasus jumlah tersangkanya mencapai 1.695 orang. (kompas.com)


Penyebab para koruptor yang melakukan korupsi adalah akibat ketiadaan iman dan takwa di dalam diri mereka. Meskipun mereka semua mengeyam pendidikan tinggi. Pola pikir dan pola sikap masyarakat sudah dipengaruhi, oleh gaya hidup materialistik dan hedonistik. Kebahagiaan diukur dengan banyak materi atau uang, tidak peduli cara mendapatkannya mau halal atau haram, walaupun harus melakukan korupsi. 


Sekularisme Biang Korupsi 


Sekularisme telah membuka peluang terjadinya korupsi secara sistemik, penguasa, dan para pejabat negara. Mulai level jabatan, MPR, DPR, DPD, hakim, polisi, gubernur, wali kota, lurah hingga kades dan lain- lain. Mereka tidak amanah atas jabatan yang mereka miliki, bahkan khianat. Karena tidak ada rasa takut pada Allah Swt. dalam diri mereka padahal jabatan mereka akan dipertanggungjawabkan di akhirat.


Penerapan kapitalisme-demokrasi telah mendorong seseorang untuk saling memperebutkan jabatan, bahkan dengan jalan kotor sekalipun. Biaya yang digunakan pun tidaklah sedikit. Sangat wajar jika saat sudah menjabat, ia akan mencari cara agar uang yang sudah dikeluarkan harus kembali, bahkan terus berupaya memperkaya diri dengan cara yang instan, yakni dengan korupsi pada berbagai bidang. 


Di sisi lain, sistem demokrasi membuka peluang para oligarki untuk menggelontorkan dana dalam pemilihan wakil rakyat dan pejabat sehingga siapa pun yang jadi pemimpin pasti akan tunduk pada pemilik modal. Tidak aneh jika kemudian banyak UU yang memihak kepada oligarki, seperti UU Cipta Kerja, revisi UU KPK. Sebelumnya ada UU Minerba, UU migas dan lain-lain.

 

Pemimpin, pejabat, dan wakil rakyat membuat aturan yang akan makin menguntungkan para pemilik modal. UU yang dibuat oleh pemerintah dan DPR lebih banyak berpihak kepada oligarki dibandingkan untuk kepentingan rakyat sendiri. Akhirnya negara lemah di hadapan oligarki. Bahkan kepentingan rakyat dikorbankan untuk kepentingan oligarki.


Islam Mencegah Korupsi 


Berbeda dengan penerapan sistem Islam, Islam akan menutup rapat-rapat celah korupsi kemungkinan korupsi menjadi nol. Penerapan syariat secara kafah (menyeluruh) dalam seluruh aspek kehidupan yang akan membuat masyarakat memiliki keimanan dan ketakwaan begitu pula para pejabatnya.


Para pejabat atau pegawai di negara Islam akan digaji secara layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mulai dari rumah, kendaraan, bahkan pembantu jika dibutuhkan, mereka terbiasa untuk hidup sederhana. Dengan itu, peluang mencari penghasilan lain dengan memanfaatkan jabatan bisa diatasi. 


Sebagaimana sabda Rasulullah saw.: "Barangsiapa yang telah kami ambil untuk melakukan suatu tugas dan kami telah menetapkan rezeki (gaji atau upah) maka harta yang dia ambil selain gaji dari kami adalah ghulul (pengkhianatan, korupsi, atau penipuan).” (HR. Abu Dawud).


Negara Islam akan menyita harta para pejabat yang dinilai berlebihan dari seharusnya. Hal ini dapat terwujud karena penerapan sistem sanksi Islam yang tegas dan menjerakan untuk para pejabat yang melakukan korupsi akan dikenakan berupa takzir, di penjara yang lama, dan di denda, bahkan bisa sampai hukuman mati atau dipancung, sesuai dengan dampak dan tingkat korupsinya. 


Negara juga memiliki sistem pendidikan yang membentuk generasi bersyakhsiyah Islamiah, yakni pola pikir dan pola sikap sesuai Islam agar jauh dari kemaksiatan. Tolok ukurnya haram dan halal, baik dan buruk sesuai syarak.

 

Dengan adanya kontrol masyarakat dorongan dari akidah Islam. Melalui dakwah amar makruf nahi mungkar akan terus dilakukan agar tidak ada pejabat yang menyalahgunakan kekuasaannya sehingga berjalan pemerintahan yang bersih dari berbagai penyelewengan. Hanya dengan penerapan Islam secara kafah oleh negara, korupsi dapat diberantas dengan tuntas. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]

Indonesia Gelap hanya Islam sebagai Solusi

Indonesia Gelap hanya Islam sebagai Solusi

 



Kaum intelektual ini mestinya mampu untuk mengindera bahwa sistem saat ini sudah jelas 

tak bisa diharapkan untuk menjadi solusi berbagai permasalahan ini


___________________



KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Mahasiswa kembali bergerak, kali ini mereka bergerak seiring dengan munculnya tagar Indonesia Gelap. Tagar ini mulai muncul awal Februari lalu ketika gas melon ditetapkan untuk bisa dibeli di pangkalan saja. (Tirto.id, 18-02-2025) 


Selain itu, isu ini mencuat seiring dengan banyaknya kebijakan yang dipandang semakin menyengsarakan rakyat termasuk kebijakan efisiensi yang dianggap merugikan rakyat. Mirisnya, efisiensi ini diberlakukan ketika kabinet semakin gemuk dan pemotongan anggaran justru diambil dari fasilitas publik yang langsung berdampak pada rakyat.


Bergerak kalangan mahasiswa seperti membawa angin segar. Hal ini menunjukkan bahwasanya pemuda negeri ini masih hidup. Pemuda negeri ini masih bertaring untuk membela rakyat. Namun sayangnya, solusi yang ditawarkan belumlah menyentuh akar permasalahannya. Solusi yang ditawarkan hanya sebatas permukaan saja, yakni dengan kembali kepada demokrasi kerakyatan.


Akar permasalahan karut marutnya negeri ini justru berasal dari sistem demokrasi yang diterapkan saat ini. Sistem ini telah menjadikan penguasa sebagai pengendali negara, bahkan lebih mengerikan lagi ketika kita tahu bahwa oligarkilah yang ternyata menjadi penguasa sebenarnya.


Kekuasan oligarki jelas dimudahkan dengan kebijakan saat ini yang memuluskan berbagai akal bulus mereka untuk menjajah negeri kita secara halus. Berbagai kebijakan atas dalih suara rakyat diterapkan. Namun nyatanya, justru memberikan kesengsaraan kepada rakyat


Kaum intelektual ini mestinya mampu untuk mengindera bahwa sistem saat ini sudah jelas tak bisa diharapkan untuk menjadi solusi berbagai permasalahan ini. Mestinya mereka juga bisa paham bahwa ada solusi lain yang lebih efektif untuk mengeluarkan Indonesia dari kegelapan dunia dan akhirat. 


Cahaya Islam adalah jawabannya. Islam telah terbukti dengan sejarah yang panjang mampu untuk menyelesaikan berbagai problematik hidup manusia. Termasuk dalam urusan mengatur sistem kenegaraan. Islam pernah hadir selama lebih dari seribu tahun sebagai sebuah institusi negara yang menjadikan Islam sebagai ideologinya.


Pemuda saat ini hendaknya mengikuti jejak Rasulullah untuk mengubah dunia yang gelap dengan cahaya Islam. Pemuda mendapatkan perhatian yang istimewa dalam Islam karena para pemuda adalah yang akan mendapatkan naungan dari Allah kelak di akhirat. Ketika mereka mendedikasikan masa mudanya hanya untuk Allah dan senantiasa mengikuti segala yang dicontohkan Rasulullah.


Ada 7 golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya: …Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah …” (HR. Bukhari no. 1357 dan Muslim no. 1031)


Pemuda menjadi agenda perubahan menuju bangkitnya peradaban Islam. Dengan peradaban Islam, maka umat manusia dapat hidup dengan berbagai macam perbedaan suku, ras, dan budaya. Karena Islam hadir sebagai rahmatan lil alamin.


Islam berasal dari Sang Pencipta yang sangat mengetahui perihal makhluknya. Maka aturan dari Allah sudah tepat untuk mengatur manusia. Sudah seharusnya para pemuda bergerak atas dasar ideologi Islam.


Sudah jelas balasan bagi mereka yang senantiasa taat kepada Allah dan Rasul-Nya yakni naungan bagi pemuda di akhirat kelak di mana tidak ada naungan selain naungan dari Allah. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]


Elis Sulistiyani 

Berantas Korupsi dengan Syariat Islam, Bukan dengan Argumentasi

Berantas Korupsi dengan Syariat Islam, Bukan dengan Argumentasi




Lahirnya para pemimpin korup adalah buah dari sistem saat ini

Yaitu kapitalisme sekularisme


___________________________


Penulis Dewi Lesmana

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Presiden Prabowo Subianto mengatakan tingkat korupsi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Dengan tegas dia mengatakan bahwa dirinya akan membasmi koruptor yang telah merugikan negara.


“Tingkat korupsi di negara saya sangat mengkhawatirkan. Dan itulah mengapa saya bertekad untuk menggunakan seluruh tenaga, seluruh wewenang yang diberikan kepada saya oleh konstitusi untuk mencoba mengatasi penyakit ini,” kata Prabowo secara daring dalam Forum Internasional World Governments Summit Kamis 2025 (13-02).


Prabowo menilai bahwa korupsi adalah biang kerok semua kemunduran di sektor pendidikan, penelitian, dan pengembangan. “Menurut saya korupsi adalah akar dari semua kemunduran di sektor-sektor,” ujarnya. Mantan Menteri Pertahanan ini dengan tegas mengatakan janjinya untuk membasmi korupsi yang didukung oleh banyak pihak.


Hanya saja, janji akan membasmi korupsi tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Visi misi yang Prabowo sampaikan pada Debat Pertama Pilpres 2024. Yang pada saat itu dirinya berjanji akan memperbaiki pemerintahan, salah satunya membasmi korupsi sampai ke akarnya. Seketika berubah haluan saat dirinya sudah terpilih menjadi presiden pada Desember 2024. Dirinya melontarkan perkataan ke publik untuk memaafkan para koruptor asalkan bersedia bertobat.


Terlebih di acara HUT ke-17 Gerindra di Sentul, Jawa Barat pada Sabtu 15 Februari 2025 lalu, Prabowo mengatakan bahwa dirinya berhasil lolos dan terpilih menjadi presiden berkat  dukungan dari partai koalisi serta dukungan dari presiden sebelumnya yaitu Jokowi.


Hal ini jelas mengisyaratkan bahwa janji Prabowo untuk memberantas para koruptor tidak sungguh-sungguh. Pada Tahun 2022 lalu KPK menyebut bahwa para pelaku korupsi itu adalah para abdi negara atau pejabat pemerintahan yang memiliki jabatan penting dalam pemerintahan. Penyebab tindak korupsi yang dilakukan pun beragam.


Ini semakin membuktikan bahwa peran negara telah hilang. Saat ini negara telah tunduk kepada para pengusaha yang memiliki banyak uang. Menilik pernyataan Prabowo yang berjanji ingin membasmi korupsi nyatanya tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Ditambah lagi sekarang pernyataannya telah berubah dari yang tadinya akan membasmi korupsi dan para koruptor, sekarang ketika sudah jadi presiden bilang bahwa pelaku korupsi cukup dimaafkan saja dengan catatan orangnya mau tobat. 


Dengan demikian, janji Prabowo itu adalah sebuah janji semata tanpa ada keinginan untuk menjalankannya secara nyata alias hanya argumentasi penuh ilusi janji bapak presiden. Para pemimpin saat ini adalah orang-orang yang tidak bisa memegang amanah. Mereka menggunakan jabatannya hanya untuk memenuhi hawa nafsu saja. Kebanyakan dari mereka berbondong-bondong ingin menjadi pejabat hanya untuk memenuhi hasrat ketamakan mereka.


Seharusnya sebagai wakil umat, mereka menjadi jembatan dalam menyelesaikan persoalan umat. Akan tetapi, kenyataannya umat hanya dibutuhkan di musim pemilu saja untuk meraih suara rakyat. Lahirnya para pemimpin korup ini adalah buah dari sistem kapitalisme sekularisme.


Saatnya untuk membuang sistem sekuler kapitalisme dan kembali kepada syariat Islam. Islam adalah sebuah ideologi yang tidak hanya mengurusi perkara ibadah ruhiyah saja, melainkan akidah siyasi (politik). Sudah seharusnya sistem ini diterapkan sebagai aturan kehidupan manusia seluruhnya. Sistem Islam ini dapat diterapkan apabila kembali tegak dalam Daulah Islamiah. 


Dalam kitab Daulah Islamiyah, Syekh Taqiyudin An-Nabhani menyebutkan bahwa negara Khilafah-lah yang akan mewujudkan kembali kehidupan Islam di tengah masyarakat. Tentu setelah dilakukan upaya dakwah yang memahamkan umat dengan ideologi Islam secara sempurna yang akan melahirkan umat yang berpikir cemerlang dan mendalam.


Dalam sistem Islam, tidak akan ada celah bagi siapa pun untuk melakukan tindak kejahatan korupsi. Dengan menerapkan sanksi yang tegas dan memberi efek jera kepada pelaku kejahatan. Dalam Islam, ada sistem sanksi yang berperan sebagai zawajir (pencegah) dan jawabir (penebusan) dengan tujuan agar seseorang yang tidak melakukan pelanggaran hukum tidak akan melanggar lagi. Apabila sanksi ini diterapkan, maka bisa menjadi penebus dosanya. 


Sanksi hukum untuk pelaku korupsi tidak sama dengan sanksi bagi pencuri, yaitu potong tangan. Dalam QS. Al-Maidah ayat 38 disebutkan bahwa sanksi untuk pelaku korupsi (khianat) adalah takzir, di mana jenis dan kadarnya ditentukan oleh hakim. Sanksinya bisa ringan, seperti diberi wejangan atau diingatkan oleh hakim, bisa juga penjara, membayar denda, diumumkan di ruang publik, hukuman cambuk, hingga hukuman yang tegas, yakni hukuman mati. Tata cara pelaksanaan hukuman mati bisa dengan digantung atau dipancung.


Berat dan ringannya sanksi hukum takzir ini tergantung pada seberapa berat dan ringannya tindakan kejahatan yang dilakukan (Syekh Abdurrahman al-Maliki rahimahullah, An-Nizhamu al-Uqubat fii al-Islam).


Begitulah cara Islam untuk memberantas tindak kejahatan korupsi. Sejatinya, jabatan atau kekuasaan merupakan amanah bagi para pemangkunya yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Ini adalah beban tanggung jawab yang sangat berat karena bisa mendatangkan siksaan di akhirat apabila amanah tersebut disalahgunakan.


Dengan demikian, membasmi tindak kejahatan korupsi tidak cukup dengan kata-kata atau sekadar janji semata. Melainkan harus ada upaya keras dan tegas yang dilakukan oleh seorang pemimpin negara, salah satunya dengan menetapkan sanksi hukum yang tegas yang memberikan efek jera pada pelaku sekaligus memberi contoh bagi umat agar tidak melakukan kejahatan yang sama. Bukan hanya sekadar komitmen tanpa ada kerja nyata.  Wallahualam bissawab. [Ttr/Dara/MKC]

Miris! Kriminalitas Meningkat

Miris! Kriminalitas Meningkat

 



Masyarakat hanya mengejar kepuasan materi semata

baik itu uang, kekuasaan jasadiah, dan sejenisnya

________________________


Penulis Kiki Zaskia

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan  Pemerhati Kebijakan Publik


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI- Kriminalitas parah dengan kadar kekerasan yang makin mengerikan. Di Sumatra Selatan, seorang pria inisial I (40 tahun) menganiaya ibu kandungnya sendiri inisial SA (80 tahun).


Pria tersebut sudah diamankan pihak kepolisian. Kekerasan tersebut terjadi akibat kalah bermain judi online, lalu sang ibu enggan memberikan uang untuk bermain judi online (judol). (Dilansir detik.com, 09-02-2025)


Tak hanya sadis, bahkan pelaku kriminal juga pada usia muda yang biasanya dianggap masih polos, tetapi ternyata seorang remaja tega membuang bayinya yang berjenis kelamin laki-laki di dalam parit (anak sungai). Tragedi ini terjadi di Kecamatan Tangaran, Kabupaten Sambas. (Dilansir rri.co.id, 10-02-2025)


Kejadian terbuangnya bayi ini juga terjadi di beberapa wilayah di Indonesia salah satunya penemuan mayat bayi di Kali Ceringin, Kabupaten Bogor.


Sistem Kehidupan Sekuler-Kapitalistik


Kasus kriminalitas tersebut menjadi sebuah kondisi yang memprihatinkan masyarakat luas. Hal ini perlu untuk diinsafi apa sebenarnya yang menjadi akar masalah dari merebaknya kriminalitas di Indonesia. Tentu tidak lain yang perlu mempertanggungjawabkan ketidakamanan lingkungan masyarakat yaitu pemerintah. 


Hal penting lainnya yang perlu untuk dipastikan bahwa kenyataannya di negeri ini pada dasarnya telah mengadopsi sistem kehidupan sekuler-kapitalistik. Kehidupan dengan paham sistem tersebut membuat masyarakat tidak lagi menggunakan tolok ukur syariat sebagai asasnya dalam berpikir dan bertindak. Konsekuensi perbuatan, pahala dan dosa tidak lagi diperhatikan. 


Masyarakat hanya mengejar kepuasan materi semata baik itu uang, kekuasaan jasadiah dan sejenisnya. Akhirnya, semua bidang kehidupan menjadi rusak di segala sektor. Di antaranya sistem sanksi yang lemah di mana keputusan berdasarkan kesepakatan manusia itu sendiri.


Hasilnya, sanksi yang ada tidak mendapatkan hasil maksimal sebab kejahatan dan kriminalitas makin meningkat. Perbuatan yang telah jelas keharamannya seperti judol, durhaka kepada ibu, berzina bahkan membunuh sudah menjadi hal yang biasa. 


Tatanan dalam Daulah Islamiah 


Pada hakikatnya sistem sekularisme menjadi sebuah aturan yang menyesatkan. Hal ini berbeda dalam kebijakan di sistem negara Islam dengan lapisan-lapisan bekerja yang efektif, untuk mewujudkan rasa aman bagi masyarakat. Susunan lapisan tersebut ada pada individu yang saleh, masyarakat islami kemudian dengan negara yang menerapkan syariat Islam. 


Pada tatanan individu, syariat memerintahkan agar mereka menjadi hamba beriman dan bertakwa. Kesadaran ini akan menjadi benteng untuk tidak melakukan perbuatan kemaksiatan, kezaliman, kerusakan, bahkan dapat membantu agar orang-orang di sekitarnya disadarkan untuk tidak berbuat kriminal. Tanpa menghilangkan peran negara untuk membina kepribadian mereka menjadi kepribadian Islam. 


Pada tatanan negara, Daulah Islamiah menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam untuk membentuk masyarakat yang islami. Di samping itu, sistem pendidikan dalam Islam akan mendidik aqliyah dan nafsiyah agar sesuai dengan Islam. Bahkan, Daulah Islam juga akan mengutus para da’i ke berbagai penjuru negeri untuk mengajarkan akidah dan syariat Islam. 


Kemaksiatan seperti ini tidak akan dibiarkan berkembang dengan cara amar makruf nahi mungkar menjadi budaya di tengah mereka. Selain dengan dorongan keimanan Daulah Islamiah menutup pintu kriminalitas dengan menjamin kesejahteraan rakyat. 


Sistem ekonomi Islam yang diterapkan khalifah akan menjamin setiap individu rakyat terjamin kebutuhan pokok dan publiknya. Kebutuhan pokok setiap individu rakyat dapat terpenuhi karena daulah menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup untuk laki-laki balig mencari nafkah. Daulah hanya memastikan harga bahan pangan, sandang, dan papan terjangkau. Kebijakan seperti ini akan membuat masyarakat merasakan tingkat kesejahteraan di level individu. Sementara untuk kebutuhan dasar publik seperti kesehatan dan pendidikan dijamin secara langsung oleh negara. 


Masyarakat bisa menikmati layanan tersebut secara gratis dan berkualitas. Jika kebutuhan hidup telah terjamin maka tidak ada lagi alasan seseorang untuk berbuat kriminalitas. Bahkan, seandainya masih adanya pelaku kriminal, Daulah Islam menerapkan sistem sanksi Islam (uqubat) untuk menciptakan kemananan di tingkat masyarakat. Uqubat Islam bersifat jawabir dan zawajir.


Jawabir ‘uqubat’ sebagai penebus dosa pelaku dan membuatnya jera. Sementara, sebagai zawajir, membuat masyarakat tidak melakukan kemaksiatan yang sama. Oleh karena itu, jika seorang anak menganiaya ibunya, bahkan sampai menghilangkan nyawa makan pelaku akan dikenai saksi jinayat berupa kisas (pembalasan serupa). Pelaku zina juga akan dikenai rajam atau cambuk. 


Jika uqubat ini diterapkan masyarakat akan mencegah dirinya tidak berbuat hal serupa. Sementara, bagi pelaku dia akan diampuni dosanya dan dipastikan jera. Sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Abdurrahman al-Maliki dalam kitabnya Nidzamul Uqubat. 


Itulah tiga pilar tegaknya Islam untuk mewujudkan keamanan. Adanya ketakwaan individu, kontrol masyarakat, dan penerapan sistem sanksi oleh Daulah Islam membuat kemanan bukan sesuatu yang mustahil dirasakan mayarakat. Di sisi lain, hal yang sangat perlu untuk diinsafi bahwa kebutuhan akan penerapan Islam kafah semakin urgen. Wallahualam bissawab. [SM/MKC]