Alt Title

Kualitas Pendidikan Indonesia, Krisis Insinyur

Kualitas Pendidikan Indonesia, Krisis Insinyur

 



Politik luar negeri yang kapitalistik

menjadikan peran insinyur kurang diaplikasikan oleh negara

_________________________


KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA- Musim penghujan sudah mulai mengakibatkan bencana banjir yang terjadi di Indonesia. Bahkan disetiap lini mengalami bencana banjir yang sangat dahsyat mulai dari Lampung, Bandung, Bekasi, Bogor dan masih banyak lagi. 


Bahkan, bencana banjir tahun ini dinilai banjir terparah sepanjang tahun. Daerah yang biasa tidak mengalami banjir, tahun ini turut kebanjiran. Mulai dari tingginya curah hujan, banjir kiriman, tanggul jebol maupun meluapnya air sungai.


Hal ini dapat terjadi karena tata kelola wilayah yang semrawut sehingga minim daerah resapan air maupun irigasi air yang buntu, dan kurangnya perhatian negara dalam mencegah bencana. Negara hanya sibuk dalam menyelesaikan bencana yang tak tuntas dan terus terulang.


Dikutip dari (cnnindonesia.com, 5-3-2025), Airlangga Hartanto selaku Menteri Koordinator Bidang Perekonomian menyampaikan bahwa saat ini Indonesia masih minim insinyur. Menurutnya, insinyur bagaikan tulang punggung pembangunan berkelanjutan sebuah negara.


Seperti kehadiran para sarjana teknik yang diperlukan dalam menangkal sebuah bencana melalui implementasi teknologi. Menurutnya, kehadiran para ahli teknologi di Indoneia sangat penting dalam pembangunan infrastruktur dasar untuk melakukan pendekatan solusi berbasis alam sehingga hal ini sangat efektif untuk mengurangi risiko bencana alam sekaligus menjaga lingkungan dan sosial berkepanjangan.


Sejatinya, keberadaan insinyur sangatlah penting dalam mewujudkan visi Indonesia emas tahun 2045. Namun sayangnya, jumlah insinyur pada tahun 2024 hanya ada 2.670 per satu juta masyarakat. Bagimana mungkin akan mencapai visi Indonesia emas, sekadar untuk menangkal bencana saja belum mampu untuk saat ini karena dari sisi kuantitas maupun kualitas masih sangat minim (krisis). 


Krisis Insinyur Buah Pendidikan Sekuler


Tak ada seorang pun tak mau menjadi ahli dalam segala bidang seperti insinyur. Namun, yang menjadi kendala saat ini sistem pendidikan yang diterapkan adalah pendidikan sekuler kapitalistik yang mengakibatkan pendidikan mahal dan berkualitas rendah.


Hal ini yang membuat setiap anak Indonesia tidak terpikir untuk menjadi insinyur. Sekadar melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya saja tidak mampu. Bahkan banyak para mahasiswa yang sudah belajar di jenjang Universitas tidak sedikit yang mengundurkan diri (berhenti) karena tak mampu untuk membayar UKT. Maka wajar jika jumlah insinyur sangatlah rendah.


Belum lagi jika berbicara kualitas. Politik luar negeri yang kapitalistik menjadikan peran insinyur kurang diaplikasikan oleh negara. Dimulai dari memberikan sarana dan prasarana dalam mengembangkan keahlian yang rendah. 


Insinyur hanya dijadikan sebagai ahli ilmu namun minim praktik untuk negara. Buktinya pembangunan infrastruktur dan tata kota, justru berbasis kepentingan ekonomi penguasa dan pengusaha padahal seharusnya hal itu diserahkan kepada para ahli (insinyur) yang mampu menata wilayah yang strategis. Tak sekadar kepentingan ekonomi yang berakibat terjadinya bencana dimana-mana.


Sistem Pendidikan Islam Melahirkan Insinyur Bekualitas


Sistem Islam mampu menghasilkan generasi yang haus akan ilmu. Bahkan setiap rakyat tak mengenal usia, baik anak-anak hingga orang tua berlomba-lomba dengan semangat terus menimba ilmu tanpa bosan sehingga mampu mewujudkan jumlah insinyur yang mencukupi dan berkualitas. Sistem pendidikan berbasis akidah Islam dan bebas biaya menjadikan  setiap individu tak ada beban dalam menguasai segala ilmu dunia maupun akhirat. 


Negara juga akan melibatkan secara optimal dalam pembangunan negara. Khalifah akan bertanya dan merujuk kepada para ahli terlebih dahulu dalam mengambil keputusan sehingga tidak terjadi salah kebijakan maupun salah sasaran. Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam ketika peristiwa perang Badar.


Rasulullah mendengarkan perkataan Hubab bin Al-Mundzir yang memiliki keahlian dalam bidang stategi perang. Pendapat mayoritas dan keuntungan tidak memiliki nilai dalam penetapan keputusan. Akan tetapi, keputusan itu berdasarkan pendapat para ahli karena perkara strategi perang memerlukan pengkajian dan analisis yang mendalam. 


Begitu halnya di bidang infrastruktur negara amat mengoptimalkan peran para ahli. Di mana para ahli akan dilibatkan untuk menganalisis tempat dari sisi kekuatan tanah yang sesuai dengan desain teknis pembangunan sehingga menghasilkan bangunan yang kokoh dan stategis tanpa sedikitpun merugikan rakyat.


Sering dijumpai banyak peninggalan bangunan pada masa Daulah Islam yang berdiri kokoh dan mengagumkan. Maka hanya dengan pendidikan Islamlah yang mampu melahirkan para insinyur yang berkualitas. Wallahualam bissawab. [SM/MKC]


Aini Rahmalia, S. SI