Retret Kala Efisiensi, Kebijakan Minim Empati
Opini
Hal itu sungguh membuktikan bahwa negara abai
atas tanggung jawabnya sebagai pemelihara dan pelayan rakyat
________________________
Penulis Rida Asnuryah
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Praktisi Pendidikan (Guru)
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Sebanyak 505 kepala daerah hasil Pilkada 2024 mengikuti retret selama tujuh hari di Borobudur International Golf and Country Club di kawasan Akademi Militer, Lembah Tidar, Magelang, Jawa Tengah. Program pembekalan tersebut dilaksanakan pasca para gubernur, bupati, dan wali kota terpilih dilantik di Istana Negara, Jakarta, pada Kamis (20-02-2025).
Para kepala daerah mendapat pembekalan sekaligus arahan sebelum menjalankan pemerintahan di daerahnya masing-masing. Pembekalan itu meliputi tugas pokok atau utama pemerintahan daerah, program Asta Cita, pengelolaan APBD, keselarasan antara kepala daerah dan pusat, ketahanan nasional, serta wawasan kebangsaan. (Tirto.id, 19-2-2025)
Dinilai Tidak Tepat
Penyelenggaraan retret kepala daerah tersebut kini mengundang sorotan tajam dari berbagai pihak. Pasalnya, program ini digelar saat pemerintah baru saja melakukan efisiensi anggaran. Tak tanggung-tanggung, berdasarkan SE Mendagri Nomor 200.5/628/SJ, besaran biaya akomodasi, konsumsi, dan seragam retret untuk setiap kepala daerah sebesar Rp2.750.000 per hari sehingga total untuk keseluruhannya sekitar Rp11,1 miliar. Itu pun belum termasuk biaya-biaya lainnya. Acara retret tersebut juga dinilai akan mengganggu konsolidasi yang seharusnya dilakukan oleh Pemda.
Selain itu, program tersebut dipandang tidak memiliki urgensi dalam meningkatkan kinerja pemerintahan daerah. Peneliti dari Next Policy Shofie Azzahrah mengungkapkan bahwa urgensi retret kepala daerah perlu dipertimbangkan secara cermat, terutama terkait konteks waktu pelaksanaan dan dampaknya terhadap tata kelola pemerintahan daerah. Menurut pandangannya, momentum retret kepala daerah kurang pas karena digelar menjelang Ramadan.
Ini adalah masa yang amat krusial bagi pemda karena ia dihadapkan pada tantangan kesiapan stok pangan, pengendalian inflasi daerah, serta antisipasi lonjakan arus mudik. Tantangan-tantangan tersebut seharusnya mendapat perhatian lebih dari kepala daerah. Jika kepala daerah justru absen dari tugasnya dalam waktu yang cukup panjang karena retret, ada potensi ia bakal terlambat merespons permasalahan yang berkembang di daerahnya. (Tirto.id, 19-2-2025)
Ditambah efisiensi dana yang tengah diberlakukan berdampak pada kurangnya pelayanan pada rakyat, hal itu sungguh membuktikan bahwa negara abai atas tanggung jawabnya sebagai pemelihara dan pelayan rakyat. Negara hanya memosisikan diri sebagai operator dan fasilitator untuk korporasi. Peran ini kian menguat ketika diterapkan desentralisasi kekuasaan atau penerapan otonomi daerah.
Di sisi lain, dalam retret tersedia berbagai fasilitas yang mewah. Menjadi ironis ketika ada banyak rakyat yang hidupnya susah. Apalagi ini terjadi di tengah kebijakan efisiensi anggaran untuk menyukseskan MBG dan lain-lain. Ini menunjukkan bahwa para pejabat minim empati pada rakyat yang hidup susah, padahal harusnya muncul kesadaran akan tanggung jawabnya untuk menciptakan kebijakan yang mengutamakan kepentingan rakyat.
Inilah wajah suram negara dalam kapitalisme yang mencetak para penguasa minim empati.
Penguasa Adalah Raa'in
Lain halnya dengan kapitalisme, Islam menetapkan penguasa adalah raa'in atau pengurus rakyat yang akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Taala kelak.
Sebagaimana yang disampaikan dalam hadis Rasulullah saw.
الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR. al-Bukhari)
Kala pemimpin Islam hadir menerapkan syariat secara kafah, keadilan dan penegakan kebenaran bukan sebatas teori dan janji, melainkan betul-betul terealisasi.
Terkait relasi antara penguasa dengan rakyatnya, Islam memerintahkan seorang pemimpin harus senantiasa memperhatikan rakyatnya, dan mewajibkannya agar memerintah rakyat hanya dengan Islam. Sebaliknya, peringatan keras dialamatkan kepada para penguasa yang memperlakukan rakyat dengan pengurusan yang buruk.
Sebagaimana tercantum dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ma’qil bin Yasar, ia berkata,
“Aku mendengar Nabi saw. bersabda, "Tidak seorang hamba pun yang diberi kekuasaan oleh Allah untuk memimpin rakyat, lalu ia tidak memperhatikan mereka dengan nasihat, kecuali ia tidak akan mendapatkan bau surga." (HR. Bukhari)
Didukung sistem Islam dalam menjalankan tugas ini, penguasa akan mewujudkan kesejahteraan rakyat dan memenuhi berbagai kebutuhannya. Melalui berbagai kebijakan yang mengutamakan rakyat, baik langsung maupun tidak langsung. Islam memiliki sistem pendidikan yang mampu menghasilkan generasi pemimpin yang siap mengemban amanah kepemimpinan.
Ketika dibutuhkan pembekalan maka akan diadakan seefektif, seefisien mungkin, dan fokus pada konten pembekalan, bukan pada seremonial kemewahan yang menghamburkan uang rakyat.
Sejarah mencatat gambaran tersebut. Sosok pemimpin yang menerapkan kepemimpinan Islam telah dicontohkan oleh Rasulullah saw.. Keadilan beliau dalam menegakkan hukum sungguh terpancar nyata serta perlu diketahui, bahwa figur pemimpin Islam tidak berhenti pada diri Rasulullah Muhammad saw. saja. Akan tetapi, para khalifah setelah beliau pun terus melanjutkan konsep kepemimpinan beliau. Di antaranya Khalifah Umar bin Khattab, beliau sungguh pemimpin yang peduli dan sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya.
Imam Jalaluddin as-Suyuti dalam buku Tarikhul Khulafa mengisahkan bahwa Khalifah Umar adalah orang yang pertama kali membuat lumbung-lumbung cadangan makanan (seperti tepung gandum, kurma, kismis, dan air) di antara Kota Makkah dan Madinah. Tujuannya adalah agar para pedagang, musafir, atau bahkan orang-orang yang pergi haji dan umrah tidak kelaparan jika persediaan bekal mereka habis. Makanan-makanan ini dibagikan secara gratis bagi mereka yang membutuhkannya.
Inilah refleksi pemimpin dalam negara Islam, bukankah kini sudah saatnya kita turut mengulurkan tangan, menjadi salah satu roda penggerak untuk menyongsongnya?Wallahualam bissawab. [SM/MKC]