Alt Title

Gaza Membara, Dunia Membisu

Gaza Membara, Dunia Membisu

 



Negara-negara di dunia seolah-olah buta, tuli, dan bisu

Mereka menyaksikan genosida di depan mata, namun memilih diam

_________________________________


Penulis Leni Sartika 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah Islam Kafah 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI- Gaza kembali menjadi lautan darah dan air mata. Di balik puing-puing bangunan yang hancur, suara tangisan anak-anak tak bersalah menggema, memecah langit Palestina yang kelam. Israel terus melancarkan serangannya tanpa rasa belas kasih.


Sejak intensitas serangan meningkat pada 18 Maret 2025, setidaknya ada 322 anak telah menjadi korban jiwa. Angka ini hanyalah sebagian kecil dari penderitaan besar yang dialami rakyat Palestina. Di balik setiap angka, ada nama, wajah, dan keluarga yang hancur.


Tragisnya, di balik semua ini Amerika Serikat berdiri kokoh sebagai pendukung utama Israel. Bukan hanya dalam kata-kata, tetapi juga dalam pasokan senjata dan perlindungan politik di panggung Internasional. Dunia Internasional, termasuk lembaga-lembaga seperti PBB, terikat dan tak mampu berbuat apa-apa. Resolusi demi resolusi diblokir, bantuan kemanusiaan terhambat, dan keadilan dikesampingkan.


Negara-negara di dunia seolah-olah buta, tuli, dan bisu. Mereka menyaksikan genosida di depan mata, namun memilih diam. Mereka melihat anak-anak terbunuh, rumah-rumah hancur, dan rakyat Gaza dibombardir tanpa ampun, namun mereka tak bertindak. Sebagian karena takut, sebagian karena kepentingan politik, sebagian lagi karena sudah kehilangan nurani.


Dalam kondisi seperti ini, kepada siapa Gaza harus berharap? Kepada siapa rakyat Palestina harus meminta pertolongan?


"Jawabannya adalah kepada kita, umat Islam."


Umat Islam adalah satu tubuh. Kita terhubung bukan hanya oleh sejarah dan darah, tetapi oleh akidah yang sama. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:


"Perumpamaan orang-orang beriman dalam kasih sayang, cinta, dan kelembutan mereka seperti satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan turut merasakan sakit, tak bisa tidur, dan demam." (HR. Muslim No. 4685)


Gaza adalah bagian dari tubuh kita. Ketika mereka tersakiti, kita semestinya juga merasakan derita yang sama.


Namun pertanyaannya, sudahkah kita benar-benar merasakannya? Sudahkah kita terjaga di malam hari karena Gaza? Sudahkah kita menyuarakan penderitaan mereka dan menuntut perubahan?


Sudah saatnya kita tidak hanya menangis atau mengutuk. Kita harus berpikir lebih dalam dan mencari solusi yang nyata dan tuntas.


Islam Solusi Tuntas


Islam tidak hanya mengajarkan kepedulian, tetapi juga memberi jalan keluar. Dalam sejarah Islam, umat tidak pernah dibiarkan terlunta-lunta, ditindas oleh musuh, selama ada institusi yang menaungi dan melindungi mereka, itulah Khilafah.


Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia. Dengan Khilafah, umat Islam tidak akan tercerai-berai dalam sekat-sekat nasionalisme buatan penjajah Barat. Tidak akan ada lagi "negara ini tidak mau ikut campur" atau "itu bukan urusan kami." Semua negeri muslim adalah satu, semua penderitaan umat Islam di mana pun adalah urusan bersama.


Di bawah Khilafah, negara-negara Islam tidak hanya akan mengecam kekejaman Israel, tetapi juga akan bertindak. Mereka akan mengerahkan militer untuk membebaskan tanah suci, membela rakyat tertindas, dan menumbangkan kekuasaan zalim. Dukungan nyata bukan hanya dalam bentuk doa atau bantuan kemanusiaan, tetapi dalam bentuk kekuatan yang mampu menghentikan agresi secara tegas dan tuntas.


Maka satu-satunya jalan untuk membebaskan Gaza adalah dengan jihad dan Khilafah. Jihad adalah bentuk nyata perjuangan umat Islam dalam membela agama, kehormatan, dan nyawa sesama muslim. Namun, jihad tidak bisa dilakukan secara individu tanpa kepemimpinan. Oleh karena itu, dibutuhkan institusi negara Islam yang akan mengorganisir kekuatan umat secara terpusat dan strategis.


Inilah saatnya umat Islam bangkit dari tidur panjang. Saatnya kita menyadari bahwa penderitaan Gaza adalah panggilan untuk bersatu. Dakwah pemikiran harus digalakkan, kesadaran harus dibangkitkan, dan kerja-kerja perubahan harus dimulai dari sekarang. Kita harus membangun kesadaran bahwa hanya dengan kembali kepada Islam secara kafah dan memperjuangkan tegaknya Khilafah, umat ini akan kembali mulia dan mampu membebaskan saudara-saudaranya yang tertindas.


Gaza tidak bisa menunggu lebih lama. Anak-anak di sana membutuhkan perlindungan. Ibu-ibu yang kehilangan anaknya membutuhkan harapan dan seluruh rakyat Palestina menanti pertolongan dari umat yang katanya "satu tubuh."


Maka mari kita jawab panggilan itu dengan doa, dakwah, kesadaran, dan pada akhirnya dengan perjuangan menegakkan Khilafah. Wallahualam bissawab. [EA/MKC]