Mencari Solusi Hakiki untuk Palestina
OpiniMengacu pada sabda Nabi Muhammad saw.,
bahwa seorang pemimpin (khalifah) adalah pelindung umat
______________________________
Penulis Dyah Pitaloka, S. Hum.
Tim Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Penderitaan warga muslim di Gaza terus menganga akibat serangan militer Israel. Selama bulan Ramadan, bahkan hingga Hari Raya Idulfitri, masyarakat Gaza masih hidup dalam bayang-bayang kekerasan dan ancaman pembunuhan massal.
Sejak Israel melanjutkan operasi militernya di Gaza pada 18 Maret 2025, tercatat sekitar 1.309 warga Palestina telah kehilangan nyawa. Korban tidak hanya berasal dari kalangan sipil, tetapi juga termasuk tenaga medis, jurnalis, dan relawan kemanusiaan.
Selain itu, pasukan Israel juga menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza. Akibatnya, sekitar 2,4 juta penduduk terancam mengalami kelaparan serta kekurangan obat-obatan. Sebelumnya, serangan militer telah merusak banyak fasilitas kesehatan dan rumah sakit di wilayah tersebut sehingga warga Gaza kesulitan mendapatkan layanan medis yang memadai.
Niat “Baik” Indonesia
Presiden Indonesia Prabowo Subianto mengumumkan bahwa Indonesia siap memberikan perlindungan sementara bagi sekitar 1.000 warga Palestina dari Gaza yang terluka, mengalami trauma, atau kehilangan orang tua akibat konflik yang sedang berlangsung. Langkah ini bertujuan untuk memberikan perawatan dan pemulihan kepada para korban sebelum mereka kembali ke Gaza setelah situasi membaik.
Prabowo menegaskan bahwa inisiatif ini bersifat kemanusiaan dan tidak dimaksudkan sebagai relokasi permanen atau perubahan demografis di wilayah Palestina. Inisiatif Prabowo ini mencerminkan komitmen Indonesia dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina dan menegaskan posisi negara dalam mendukung penyelesaian damai melalui solusi dua negara. (tempo.co, 12-04-2025)
Gelombang Penolakan Evakuasi 1000 Warga Gaza
Rencana Presiden Prabowo Subianto untuk mengevakuasi 1.000 warga Gaza ke Indonesia mendapat penolakan keras dari tiga organisasi Islam terbesar di Indonesia: Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ketiganya menilai bahwa langkah tersebut dapat dianggap mendukung upaya Israel dan Amerika Serikat untuk mengosongkan Gaza dari penduduk Palestina.
NU melalui pernyataan KH Ulil Abshar Abdalla menyebut rencana ini sebagai kesalahan besar atau blunder politik. Ia menyatakan bahwa relokasi warga Gaza justru membantu ambisi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menghapus kehadiran Palestina dari wilayah tersebut. Ia juga mengkhawatirkan Gaza akan disulap menjadi kawasan wisata oleh pihak asing.
Muhammadiyah lewat Anwar Abbas memperingatkan bahwa memindahkan warga Gaza keluar hanya akan memperkuat pendudukan Israel. Ia menegaskan bahwa bantuan medis seharusnya dilakukan di Gaza, bukan di luar negeri karena tidak ada jaminan Israel akan mengizinkan mereka kembali.
MUI juga melalui Anwar Abbas menilai Indonesia seharusnya tidak terlibat dalam strategi politik Israel dan Amerika. Ia menyoroti relasi diplomatik lima negara yang dikunjungi Prabowo dengan Israel dan mengingatkan agar Indonesia tidak terjebak dalam manipulasi geopolitik global.
Dengan meningkatnya tekanan internasional dan kompleksitas konflik di Timur Tengah, para tokoh ini menyerukan agar pemerintah mempertimbangkan kembali kebijakan evakuasi tersebut secara bijak. (metrotvnews.com, 10-04-2025)
Kritik Rencana Relokasi Sementara Warga Gaza
Setiap orang yang mengaku beragama Islam memiliki kewajiban untuk membela dan peduli terhadap penderitaan yang dialami oleh sesama muslim, termasuk umat Islam di Gaza.
Rasulullah saw. pernah bersabda, “Tidaklah sempurna iman seseorang hingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan betapa pentingnya menumbuhkan kasih sayang dan solidaritas di antara sesama umat Islam.
Rencana relokasi atau evakuasi sementara warga Gaza sekilas pandang memang terlihat baik dan meyakinkan. Namun, pandangan ketiga lembaga Islam di atas ada benarnya. Kita wajib sebagai muslim untuk mencintai sesama muslim di Gaza seperti kita mencintai diri kita sendiri. Akan tetapi, kita tidak boleh melupakan langkah politik yang sejatinya dibutuhkan warga Gaza sebagai solusi tuntas.
Khilafah dan Jihad Solusi Hakiki
Penderitaan yang dialami warga Gaza memperlihatkan kelemahan umat Islam global akibat tidak adanya kekuatan besar yang mampu melindungi mereka. Lembaga-lembaga internasional seperti PBB, Liga Arab, maupun OKI dinilai gagal menghentikan kekejaman Israel yang mendapat dukungan penuh dari Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa. Dukungan finansial dan militer dari negara-negara besar membuat Israel merasa leluasa dan tak tersentuh.
Niat “baik” Indonesia untuk menampung dan mengevakuasi sementara warga Gaza tentu bukan solusi, melainkan bisa menjadi bumerang yang akan merugikan warga Gaza sendiri dan sikap politik Indonesia di masa depan. Oleh karena itu, menurut pandangan penulis, penting sekali peranan pemimpin atau institusi kuat yang mampu melindungi umat Islam secara menyeluruh.
Mengacu pada sabda Nabi Muhammad saw., bahwa seorang pemimpin (khalifah) adalah pelindung umat sehingga satu-satunya solusi menyeluruh atas krisis seperti di Gaza, Myanmar, dan Xinjiang adalah hanya dengan hadirnya sistem pemerintahan Islam atau Khilafah.
Indonesia dan seluruh negeri kaum muslim yang berada dalam cengkeraman Barat baik secara fisik atau finansial, bisa bangkit dan mandiri dalam naungan sistem Khilafah. Dalam sistem ini, umat akan dilindungi, tanah Palestina dibebaskan melalui jihad, dan seluruh urusan umat diatur berdasarkan syariat Islam yang bersumber dari Al-Qur'an dan As Sunnah.
Mari hempaskan sistem kapitalis yang saat ini sudah mendekati garis finish-nya. Saatnya umat kembali pada sistem rahmatan lil alamin, Khilafah Islam. Wallahualam bissawab.