Palestina Penuh Duka, Aynal Muslimun?
Opini
Sudah saatnya umat Islam dunia bersatu untuk membebaskan Al-Quds
Dengan mengambil Islam sebagai solusi
__________________
Penulis Irmawati
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Sudah hampir dua tahun kebiadaban Zionis kian merasa jemawa meski menjelang Idul Fitri. Palestina mengalami penjajahan dan genosida oleh Zionis Yahudi. Nyawa yang melayang sudah tak terhitung, sejumlah rumah dan fasilitas umum hancur. Tentu hal ini mengisahkan rasa sedih yang begitu mendalam.
Bagi umat Islam Hari Raya Idul Fitri adalah hari penuh suka cita yang disambut dengan penuh gembira karena telah berhasil menjalankan ibadah pada bulan Ramadan yang mulia dan banyak kebaikan, serta bertemu dengan bulan Syawal.
Akan tetapi, hari ini kebahagiaan tersebut belum dirasakan oleh semua umat Islam di berbagai penjuru dunia. Terlebih di Palestina dan beberapa wilayah lainnya. Mereka harus berhadapan dengan penjajah yang kejam dan makin brutal tak mengenal belas kasihan. Bahkan terusir dari tanah kelahiran, terkatung-katung di lautan dan lain-lain.
Seperti dikutip dalam Tempo.com (30-03-2025), militer Zionis menewaskan sembilan warga Palestina di Gaza. Lima di antaranya adalah anak-anak. Serangan itu terjadi ketika warga sedang melaksanakan salat Idul Fitri.
Serangan tersebut dilakukan secara serentak di kamp pengungsi Khan Younis di Gaza selatan di Kota Gaza dan di kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara. Sementara, tentara Zionis juga dikabarkan menggerebek beberapa rumah di Hebron, Tepi Barat. Mereka menduduki, mendobrak pintu dan menggeledah tempat tinggal. Militer Israel menangkap tiga orang dalam penggerebekan tersebut, termasuk seorang remaja berusia 16 tahun dan dua mantan tahanan.
Pasukan Zionis juga mendirikan lebih banyak pos pemeriksaan. Menutup jalan di dalam dan sekitar Hebron. Zionis telah menyerang secara membabi buta Jalur Gaza, Palestina, sejak Oktober 2023. (cnnindonesia.com, 30-03-2025)
Akar Masalah
Makin buruknya kondisi Palestina tentunya sangat memprihatinkan. Realita ini menunjukkan bahwa kebahagiaan umat belum sempurna. Umat Islam makin terjepit dan sengsara karena sebagian umat Islam, khususnya warga Palestina, tengah dilanda kesengsaraan bahkan nyawa mereka terancam sebelum bulan Ramadan tiba begitu pun selama bulan Ramadan hingga bulan Syawal.
Sebagai bentuk solidaritas berbagai negara lain melakukan aksi unjuk rasa besar-besaran melakukan pembelaan terhadap Palestina. Berbagai resolusi juga telah dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB, negeri-negeri muslim, bahkan dunia.
Mulai dari solusi two state solution atau dua negara, solusi diplomasi atau perdamaian. Akan tetapi, lagi dan lagi semua tidak berarti dan Palestina masih dalam kebiadaban Zionis. Karena sejatinya, solusi ini digagas oleh Barat untuk mengakui penjajahan Yahudi. Di sisi lain, dengan solusi ini berarti mengakui keberadaan negara Yahudi legal.
Terlebih, tidak adanya upaya untuk mengirimkan pasukan militer dalam membebaskan Palestina. Semua hanya disibukkan dengan kecaman semata. Tidak ada yang dilakukan oleh penguasa di negeri ini.
Alih-alih menghilangkan akar persoalan di Palestina dengan membantu mengusir penjajah. Meski hanya membuka pintu gerbang untuk mempercepat pengiriman bantuan tidak mampu dilakukan. Hanya demi menjaga kepentingan nasional.
Bahkan, ketika terjadi pelanggaran gencatan senjata pertama oleh Zionis. Tidak ada yang dilakukan kecuali hanya meminta warga Gaza bersabar dan menerima keputusan lawan. Mesir berinisiasi menyusun proposal rekonstruksi Gaza. Sebagai alternatif pengganti ide Trump yang kemudian disetujui oleh Liga Arab padahal tak berarti bagi Palestina.
Faktanya justru memperkuat ketergantungan pada bantuan komunitas dan lembaga-lembaga internasional. Terutama PBB dalam memperpanjang kepentingan AS. Diamnya dunia muslim dan negara-negara Arab menjadi sinyal adanya kepentingan negara-negara tersebut dengan Zionis maupun AS. Di sisi lain, masih tingginya ketergantungan dunia muslim dan negara-negara Arab terhadap Amerika Serikat. Menjadikan pembelaan mereka terhadap Palestina hanya sekadar retorika belaka.
Akibatnya, kepongahan Zionis akan terus terpelihara dengan terus mencaplok dan menjajah Palestina. Pada akhirnya, agresi Zionis akan terus berulang, sedangkan kemerdekaan Palestina hanyalah angan-angan.
Akar persoalan dari Palestina adalah pendudukan Zionis atas wilayah. Hanya dengan mengirimkan bala bantuan militer oleh negara-negara muslim persoalan Palestina dapat terselesaikan guna merebut dan mengusir kaum Zionis dari tanah Palestina.
Sayangnya, hal itu tak mungkin terjadi sebab umat Islam saat ini tersekat oleh ikatan nasionalisme. Fokus dan tujuan hanya mengurusi kepentingan bangsanya sendiri. Sementara, kepentingan bangsa Palestina biarkan menjadi urusan mereka.
Nation state akan merasa cukup hanya mengirimkan bantuan pangan. Hal ini diperparah oleh fakta bahwa negara-negara mayoritas muslim semuanya sekuler, taat, dan takut terhadap Amerika yang jelas-jelas melindungi Zionis. Kendati demikian, wajar jika kebiadaban terhadap Palestina terus terjadi.
Kondisi yang buruk ini hendaknya membuka mata dan hati umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya. Hal ini menunjukkan bahwa sistem yang berlaku saat ini sungguh tidak layak untuk dijadikan acuan dan penopang kehidupan manusia dalam rangka membangun peradaban.
Di sisi lain, hal ini akan menghantarkan pada kesadaran bahwa sistem sekuler sudah diambang kehancuran karena kerusakan yang amat nyata akibat sistem sekuler kapitalisme. Jika ini dibiarkan terus, lama-lama wilayah Palestina akan habis dimakan keserakahan Zionis. Di samping itu, Palestina hanya tinggal sejarah. Na’uzubillahi minzalik. Apalagi Israel adalah alat penjajahan Barat di Timur Tengah.
Saatnya Kembali pada Solusi Hakiki
Palestina butuh solusi hakiki untuk bebas dari penjajahan, yakni dengan sistem Islam. Dari sisi keimanan, Islam adalah sistem yang sahih dari Allah Swt.. Sesungguhnya tanah Palestina merupakan tanah wakaf milik kaum muslim. Bagi kaum muslim, Palestina adalah bagian dari Syam yang tak dapat dipisahkan dari ajaran Islam dan tanahnya para Nabi.
Kendati demikian, Palestina bukan persoalan kemanusiaan semata, tetapi persoalan akidah sehingga butuh solusi hakiki untuk bebas dari penjajahan. Karena persoalan Palestina jelas bukan hanya persoalan bagi penduduk Palestina atau bangsa Arab saja, melainkan pada kenyataannya adalah persoalan kaum muslim seluruh dunia untuk menjaganya dan tidak boleh dimiliki oleh siapa pun.
Untuk mengakhiri konflik tersebut, upaya yang dapat dilakukan tidak lain adalah dengan jihad, yakni perang melawan penjajahan Zionis dan mengusirnya dari tanah Palestina dengan kekuatan militer. Seperti dalam catatan sejarah Khalifah Abdul Hamid II untuk mempertahankan tanah Palestina selama kekhalifahan Islam masih berdiri.
Sudah saatnya umat Islam dunia bersatu untuk membebaskan Al-Quds dari cengkeraman Zionis. Dengan mengambil Islam sebagai solusi yang akan membantu semua muslim Palestina. Negeri-negeri muslim di dunia harus bersatu-padu mengumpulkan tentara terbaik dan armada perang terbaik mengalahkan Zionis.
Hanya saja semua dapat dilakukan kecuali adanya kepemimpinan Islam. Dengan adanya sistem Islam, umat Islam memiliki kewibawaan di hadapan orang-orang kafir. Dengan komando khalifah pula seluruh tentara kaum muslim akan bersatu berjihad untuk mengambil kembali tanah Palestina ini kepangkuan umat Islam. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]